TintaSiyasi.id -- Hidayah-Nya Lebih Mahal daripada Kehilangan Kita, dan Ampunan-Nya Lebih Besar daripada Dosa Kita
Pengantar: Di Balik Keluhan yang Kita Lontarkan
Dalam hiruk-pikuk kehidupan, manusia sering lebih cepat mengeluh daripada bersyukur. Ketika sedikit saja terjadi ketidaknyamanan—rezeki yang tertunda, rencana yang gagal, atau impian yang tertunda—lidah ini mudah menggerutu. Tapi pernahkah kita sejenak berhenti dan menghitung, berapa banyak nikmat Allah yang masih tetap menyertai kita?
“Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir.”
(QS. Al-Ma'arij: 19)
Padahal, keluhan kita tak pernah mampu menandingi lautan nikmat-Nya. Kita mungkin kehilangan satu, dua hal dalam hidup. Tapi kita lupa bahwa setiap pagi kita masih bisa membuka mata, masih diberi udara untuk bernapas, masih diberi akal untuk berpikir, dan hati yang masih bisa merasa cinta, harap, dan takut kepada Allah.
1. Nikmat-Nya Lebih Banyak dari Keluhan Kita
Manusia cenderung fokus pada apa yang kurang, bukan pada apa yang cukup. Kita mengeluh karena belum mendapatkan sesuatu, tapi tidak menyadari betapa banyaknya yang sudah kita miliki.
“Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya.”
(QS. Ibrahim: 34)
Coba hitung nikmat ini:
Iman dan Islam
Kesehatan yang memampukan kita beraktivitas
Orang-orang terkasih di sekitar kita
Kesempatan belajar, bekerja, beramal
Waktu dan kesempatan bertaubat
Satu nikmat saja, seperti air yang masuk ke tenggorokan saat kita kehausan, sudah tidak ternilai harganya. Maka ketika kita mengeluh karena urusan dunia, sejatinya kita sedang lupa bahwa kita hidup dalam limpahan nikmat yang tak berujung.
2. Hidayah-Nya Lebih Mahal daripada Kehilangan Kita
Kehilangan adalah bagian dari kehidupan. Kita pernah kehilangan uang, teman, kesempatan, bahkan orang yang kita cintai. Tapi tak ada kehilangan yang lebih menyakitkan daripada kehilangan hidayah Allah.
“Barang siapa diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barang siapa yang disesatkan-Nya, maka engkau tidak akan mendapatkan seorang penolong pun baginya.”
(QS. Al-Kahfi: 17)
Hidayah tidak bisa dibeli. Ia adalah cahaya yang Allah sinarkan ke dalam hati hamba-Nya yang dikehendaki. Bila kita masih merasa bersalah karena dosa, itu tanda bahwa hidayah masih tinggal dalam hati. Bila kita masih tergerak untuk memperbaiki diri, maka itu bukti bahwa Allah masih menuntun kita.
Kehilangan dunia masih bisa diganti, tapi kehilangan hidayah adalah kehilangan arah hidup dan keselamatan akhirat.
3. Ampunan-Nya Lebih Besar daripada Dosa Kita
Tak ada manusia yang sempurna. Semua pernah tergelincir dalam salah dan dosa. Tapi yang membedakan adalah: apakah kita mau kembali?
“Katakanlah (wahai Muhammad): ‘Wahai hamba-hamba-Ku yang telah melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya.’”
(QS. Az-Zumar: 53)
Ampunan Allah bukan seperti manusia yang mudah kecewa dan menyimpan dendam. Allah itu Al-Ghaffar, Maha Pengampun yang mencintai taubat hamba-Nya. Bahkan dalam satu hadis disebutkan:
“Seandainya kalian tidak berdosa, niscaya Allah akan membinasakan kalian dan mengganti kalian dengan kaum lain yang berdosa, lalu mereka memohon ampun kepada Allah dan Allah mengampuni mereka.”
(HR. Muslim)
Artinya, kesalahan bukan akhir dari segalanya, justru menjadi gerbang untuk kembali dengan rendah hati. Ampunan Allah tidak terbatas—selama kita tidak berhenti mengetuk pintu-Nya.
Penutup: Saatnya Mengubah Keluhan Menjadi Kesyukuran
Kehidupan ini bukan tempat yang sempurna, tetapi ladang ujian. Ujian itu tak selalu berarti Allah membenci, kadang itu tanda bahwa Allah sedang membersihkan kita dari kelalaian, sedang membentuk kita menjadi pribadi yang lebih kuat, lebih bijak, dan lebih dekat kepada-Nya.
Mari kita ubah mindset:
Dari mengeluh menjadi menerima dan bersyukur
Dari meratapi kehilangan menjadi mencari hidayah dan makna
Dari merasa tak pantas karena dosa menjadi bersemangat kembali karena rahmat-Nya luas
Karena sesungguhnya...
Nikmat-Nya lebih banyak daripada keluhan kita.
Hidayah-Nya lebih mahal daripada kehilangan kita.
Ampunan-Nya lebih besar daripada dosa kita.
Doa Penutup:
"Ya Allah, jadikan kami hamba-Mu yang pandai menghitung nikmat-Mu, yang teguh saat kehilangan, dan yang selalu kembali kepada-Mu saat tergelincir. Jangan palingkan hati kami setelah Engkau beri petunjuk. Tetapkan kami dalam iman hingga akhir hayat."
Aamiin ya Rabbal ‘Alamin.
Oleh. Dr. Nasrul Syarif, M.Si. (Penulis Buku Gizi Spiritual dan Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo)