Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Berlabuh di Puncak Bukit Keamanan: Jalan Taat Menuju Keselamatan Hakiki

Selasa, 05 Agustus 2025 | 09:41 WIB Last Updated 2025-08-06T15:08:44Z

TintaSiyasi.id -- “Jika engkau patuh dan taat kepada rencana yang dibuat Allah SWT, bahtera keselamatan akan membawamu berlabuh di puncak bukit keamanan.”
— Ibnu Athaillah as-Sakandari

Pendahuluan: Di Tengah Lautan Kehidupan.

Kehidupan adalah samudra luas yang penuh gelombang. Ada saat angin berhembus lembut, langit cerah, dan perahu kehidupan kita melaju tenang. Namun, tak jarang badai menerjang, gelombang mengganas, dan arah menjadi tak menentu. Di sinilah kita diuji: ke mana arah kita sebenarnya? Dan kepada siapa kita berlindung saat arah kompas hidup menjadi kabur?

Ibnu Athaillah as-Sakandari, seorang ulama dan sufi besar dalam Islam, memberikan nasihat emas yang patut direnungkan oleh setiap insan: taatlah kepada rencana Allah, niscaya engkau akan dibawa kepada tempat paling aman — puncak bukit keamanan. Ini bukan sekadar kata-kata puitis. Ini adalah kunci kehidupan, sumber ketenangan batin, dan petunjuk arah sejati di tengah kekacauan dunia.

Menafsirkan Puncak Bukit Keamanan

Dalam metafora Ibnu Athaillah, “puncak bukit keamanan” adalah tempat tertinggi yang dicapai oleh orang-orang yang benar dalam iman dan amal. Bukit itu tinggi karena untuk mencapainya diperlukan pendakian — ikhtiar, sabar, dan keikhlasan. Bukit itu aman karena di sanalah pertolongan Allah menaungi, jauh dari derasnya arus dunia dan jebakan setan.

Yang membawa kita ke sana adalah bahtera keselamatan, yaitu ketaatan dan kepatuhan kepada takdir dan perintah Allah. Bukan karena kepintaran, kekuatan, atau harta. Sebab semua itu rapuh di hadapan kehendak Allah. Hanya dengan pasrah, berserah diri, dan taat sepenuh hati, seseorang dapat sampai pada "puncak" yang dimaksud: ketenangan jiwa, perlindungan ilahi, dan akhir hidup yang husnul khatimah.

Teguh Berpegang pada Allah: QS. Ali Imran: 101

Allah SWT berfirman dalam QS. Ali Imran ayat 101:
"Dan bagaimana kamu (sampai) menjadi kafir, padahal ayat-ayat Allah dibacakan kepada kamu, dan Rasul-Nya pun berada di tengah-tengah kamu? Barangsiapa berpegang teguh kepada (agama) Allah, maka sungguh dia telah diberi petunjuk ke jalan yang lurus."

Ayat ini menyerukan kepada umat Islam agar senantiasa berpegang teguh kepada Allah, bukan kepada hawa nafsu atau opini dunia. Dalam konteks ayat ini, Allah menyindir mereka yang berpaling dari kebenaran padahal telah mendapatkan petunjuk melalui Rasul dan wahyu. Kekuatan sejati ada pada mereka yang menggenggam agama Allah dengan sepenuh hati — itulah jalan lurus yang tak pernah menyesatkan.

Taat: Menyelaraskan Hati dengan Rencana-Nya

Taat kepada Allah bukan hanya menaati hukum-hukum syariat dalam ritual ibadah, tetapi juga menyelaraskan hati dengan kehendak dan rencana-Nya dalam hidup ini. Ada tiga bentuk ketaatan yang menjadi tonggak perjalanan menuju bukit keamanan:

1. Taat Syariat
Menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Ini adalah bentuk ketaatan yang paling kasatmata dan awal.

2. Taat Takdir (Ridha terhadap Qadha dan Qadar)
Menerima segala ketentuan Allah, baik yang menyenangkan maupun yang menyakitkan, dengan hati yang ridha. Inilah maqam keimanan yang tinggi, di mana seorang hamba tidak memberontak pada takdir-Nya.

3. Taat Ruhani (Ikhlas dan Tawakal)
Menyerahkan seluruh urusan kepada Allah dengan penuh tawakal dan mengikhlaskan seluruh amal hanya kepada-Nya. Ini adalah bentuk tertinggi dari penghambaan.

Ujian: Bagian dari Rencana-Nya

Dalam kehidupan, tak semua berjalan sesuai keinginan kita. Kadang doa belum dikabulkan, usaha belum membuahkan hasil, bahkan kesedihan datang bertubi-tubi. Namun ketahuilah, semua itu bagian dari rencana Allah yang tak pernah sia-sia. Ujian justru menjadi jalan penyucian jiwa dan sarana pengangkatan derajat.

Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya besarnya pahala sesuai dengan besarnya ujian. Dan sesungguhnya jika Allah mencintai suatu kaum, maka Dia menguji mereka.”
(HR. Tirmidzi)

Taat dalam kondisi senang mungkin mudah, tetapi taat dalam ujian — itulah tanda cinta sejati kepada Allah.

Buah dari Ketaatan: Keamanan Jiwa

Ketika hati telah pasrah, taat, dan ridha kepada Allah, maka lahirlah satu nikmat yang tak ternilai: ketenangan jiwa. Inilah keamanan sejati — hati yang tak lagi digoncang ketakutan, tak panik oleh dunia, dan tak gentar menghadapi kematian. Di situlah seseorang telah mencapai “puncak bukit keamanan”.

Firman Allah:
"Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram."
(QS. Ar-Ra’d: 28)

Penutup: Naiklah ke Bahtera, Jangan Lompat di Tengah Lautan

Wahai jiwa-jiwa yang gelisah, jangan tinggalkan bahtera ketaatan hanya karena badai belum reda. Jangan melompat ke laut hanya karena engkau belum melihat daratan. Tetaplah di bahtera itu, karena ia akan mengantarmu — cepat atau lambat — menuju tempat yang Allah janjikan: puncak bukit keamanan.

Setialah dalam ibadah. Bersabarlah dalam musibah. Tawakal-lah dalam usaha. Dan yakinlah bahwa rencana Allah lebih baik daripada rencanamu sendiri.
“Waktu-Nya mungkin tak sesuai harapanmu, tapi hasil-Nya akan melebihi mimpimu.”
(Hikmah Ibn Athaillah)

Doa Penutup
اللهم اجعلنا من عبادك الذين رضوا بقضائك، وسلموا لأمرك، واطمأنت قلوبهم بذكرك، وبلغتهم إلى أعلى درجات الإيمان بك.
Ya Allah, jadikan kami hamba-hamba-Mu yang ridha terhadap keputusan-Mu, tunduk pada perintah-Mu, tenteram hatinya dengan mengingat-Mu, dan Engkau anugerahkan kepada mereka puncak iman dan keselamatan sejati. Aamiin.

Oleh. Dr. Nasrul Syarif, M.Si.  (Penulis Buku Gizi Spiritual dan Dosen Pascasarjana  UIT Lirboyo)

Opini

×
Berita Terbaru Update