TintaSiyasi.id -- Ketua Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa Dr. Ahmad Sastra, mengatakan, sistem kapitalisme yang melahirkan oligarki rakus dan serakah, selalu menjadi perusak lingkungan.
"Sistem kapitalisme yang melahirkan oligarki rakus dan serakah, selalu menjadi perusak lingkungan," ungkapnya dikutip TintaSiyasi.id, Selasa (10/6/2025).
Oligarki sebagai anak kandung kapitalisme dalam konteks ini kata Ahmad, berarti kekuasaan ekonomi dan politik dikendalikan oleh segelintir orang atau korporasi besar. Oigarki adalah bentuk kekuasaan yang dikendalikan oleh kelompok kecil, biasanya elite kaya dan berpengaruh secara politik. Ambisi tak terbatas untuk menumpuk kekayaan melalui penguasaan tanah, tambang, hutan, dan sumber daya alam lainnya adalah karena karakter rakus dan serakah kaum oligarki ini. Pengejaran keuntungan jangka pendek tanpa mempertimbangkan dampak jangka panjang terhadap ekosistem dan masyarakat.
"Kelompok ini sering memengaruhi kebijakan publik agar menguntungkan mereka, termasuk melonggarkan regulasi lingkungan. Mereka bisa menggunakan lobi, kampanye politik, dan media untuk mempertahankan status quo dan menghindari tanggung jawab ekologis," paparnya.
Sementara itu, lanjutnya, kerakusan kaum oligaki ini sering tidak mendapat hambatan karena memiliki koneksi langsung ke kekuasaan politik. Mereka mampu membentuk undang-undang, meloloskan izin, dan menghindari sanksi hukum. Aparat negara sering kali justru melindungi kepentingan korporat, bukan rakyat.
"Kerakusan oligarki atas eksploitasi lingkungan adalah salah satu faktor utama penyebab krisis ekologis global. Dalam banyak kasus, segelintir elite ekonomi dan politik memanfaatkan kekuasaan mereka untuk menguras sumber daya alam demi keuntungan pribadi, sering kali dengan mengorbankan kesejahteraan masyarakat luas dan keberlanjutan lingkungan," urainya.
Selanjutnya, ia menambahkan, dampak gabungan dari kapitalisme yang rakus dan kekuasaan oligarkis menciptakan berbagai kerusakan lingkungan.
"Misalnya, deforestasi untuk pertanian komersial atau tambang. Pencemaran udara dan air oleh industri. Perubahan iklim akibat pembakaran bahan bakar fosil. Eksploitasi berlebih terhadap lahan, laut, dan keanekaragaman hayati," terangnya.
Ia memberikan contoh nyata kejahatan akibat kerakusan oligarki adalah perusahaan minyak besar yang terus mengebor wilayah sensitif secara ekologis meskipun ada peringatan ilmiah. Konglomerat agribisnis yang membuka lahan sawit dengan membakar hutan tropis. Pemerintah yang membiarkan tambang merusak tanah adat demi.
"Korporasi raksasa mengambil alih ribuan hektar tanah untuk perkebunan monokultur (seperti sawit dan tebu). Oligarki dengan pongahnya sering mengusir masyarakat adat dan petani kecil. Proyek infrastruktur skala besar seperti bendungan, tambang, dan kawasan industri yang merusak lingkungan lokal dan melanggar hak-hak komunitas," terangnya.
Selanjutnya, dampak sosial dan ekologis akibat kerakusan kaum oligarki ini adalah adanya ketimpangan ekonomi yang makin tajam. Sering juga terjadi konflik agraria dan kriminalisasi terhadap pembela lingkungan. Bahkan kerakusan oligakri juga sering menimbulkan krisis iklim global dan kehilangan keanekaragaman hayati di semua belahan dunia, khususnya negara berkembang yang menerapkan kapitalisme dan dijajah oligarki, Indonesia termasuk kategori ini.
"Kerusakan ekologi akibat ulah tangan manusia adalah salah satu ancaman terbesar terhadap kehidupan di Bumi saat ini. Manusia, sebagai makhluk dominan dalam ekosistem, telah melakukan eksploitasi besar-besaran terhadap alam demi pembangunan, industri, dan konsumsi yang menyebabkan ketidakseimbangan ekosistem, punahnya spesies, dan krisis iklim," pungkasnya.[] Alfia Purwanti