TintaSiyasi.id -- Semarak kemenangan idulfitri nyatanya tak membawa kebahagiaan sepenuhnya untuk setiap umat muslim. Bagaimana tidak, serangan demi serangan yang dilakukan zionis Israel terhadap palestina masih terus berlanjut. Setidaknya 51.240 warga Palestina telah dipastikan tewas dan 116.931 terluka dalam perang Israel di Gaza sejak dimulai 18 bulan lalu. Kantor Media Pemerintah Gaza memperbarui jumlah korban tewas menjadi lebih dari 61.700, dengan mengatakan ribuan orang yang hilang di bawah reruntuhan diduga tewas. (Aljazeera.com)
Salah satu yang menjadi korban dalam serangan brutal Israel pekan ini adalah seorang jurnalis foto bernama Fatima Hassouna. Foto-foto luar biasa karya fatima mendokumentasikan kehidupan dibawah pengepungan Zionis Israel dirilis secara global mengungkap korban jiwa imbas agresi. Fatima juga selalu membagikan kondisi terkini palestina di akun media sosialnya. Ia pernah viral karena menulis pesan menyentuh sebagai dukungan untuk palestina, Di salah satu unggahan di Instagram, Fatima menyebut ingin kematian dia menjadi suluh perlawanan agresi Israel.
"Jika saya meninggal, saya ingin kematian saya menggema dan tak sekadar menjadi angka. Saya ingin kematian yang didengar dunia, dampak yang bertahan lama, dan gambar abadi yang tak terkubur oleh ruang dan waktu," tulisan Fatima di Instagram pada Agustus 2024.
Kementerian Kesehatan di Gaza pada Jumat (18/4) menyatakan Fatima tewas bersama dengan tujuh anggota keluarganya di kediaman mereka di Jalan Al Nafaq, Kota Gaza. Kementerian juga menyatakan kedua orang tua Fatima selamat tetapi mengalami luka serius dan dirawat di Intensive Care Unit (ICU). (CNNIndonesia.com)
Serangan terus menurus ini menyebabkan krisis pangan di Gaza. Seluruh akses perbatasan ditutup dan tidak ada apapun dipasar. Untuk mendapatkan protein sangat-sangat sulit sehingga seorang warga Palestina bernama Majida qanan mengatakan bahwa dirinya terpaksa memakan kura dan membagikan kepada keluarganya untuk mencukupi kebutuhan protein.
Diamnya Para Penguasa Muslim
Sudah banyak aksi yang dilakukan oleh berbagai kalangan masyarakat menuntut para pemimpin supaya bergerak, bersatu untuk melawan Zionis Israel, Akan tetapi nyatanya pemimpin2 muslim di berbagai belahan dunia hanya mencukupkan diri dengan kecaman tanpa adanya aksi nyata.
Para penguasa negeri-negeri muslim juga salah dalam metode memerdekakan Palestina. Tidak sedikit dari mereka yang mengusulkan solusi batil yakni solusi dua negara (two state solution). Maksudnya ialah satu untuk rakyat Palestina dan satu lagi untuk rakyat Zionis Yahudi. Konsep ini tidak hanya batil tapi juga menyakiti dan mengkhianati umat Islam seluruh dunia. Pengkhianatan para penguasa muslim ini tidak sampai disitu saja tapi mayoritas dari mereka menjalin hubungan diplomatik dengan entitas Yahudi.
Pertanyaannya, bagaimana bisa umat Islam di seluruh dunia membebaskan Palestina sementara para pemimpinnya saling bermesraan dengan negara penjajah?
Padahal Sultan Abdul Hamid II sudah memberikan teladan dengan menolak keras Theodor Hertzl yang ingin menyuap dirinya demi merebut Palestina. Ia berkata : “Nasihati Hertzl agar jangan meneruskan rencananya. Aku tidak akan melepaskan walau sejengkal tanah ini(Palestina), karena ia bukan milikku. Tanah itu adalah hak umat Islam. Umat Islam telah berjihad demi kepentingan tanah ini dan mereka telah menyirami tanah ini dengan darah mereka. Yahudi silahkan menyimpan harta mereka. Jika suatu saat ke Khilafahan Turki Usmani runtuh, kemungkinan besar mereka bisa mengambil Palestina tanpa membayar harganya. Akan tetapi, sementara aku masih hidup, aku lebih rela menusukkan pedang ke tubuhku daripada melihat tanah Palestina dikhianati dan dipisahkan dari Khilafah Islamiyah. Perpisahan adalah sesuatu yang tidak akan terjadi. Aku tidak akan memulai perpisahan tubuh kami selagi kami masih hidup.”
Persatuan Kaum Muslim
Allah memerintahkan umat islam memberi pertolongan pada saudaranya sesama muslim, karena sesama muslim adalah saudara. Rasulullah saw. juga bersabda bahwa umat Islam adalah satu tubuh. Sehingga menjadi kewajiban bagi setiap muslim untuk ikut berjuang dalam membebaskan Palestina.
Akan tetapi ini sulit dilakukan jika umat muslim masih terpecah belah dipisahkan oleh sekat-sekat nasionalisme. Sangat sulit bagi kaum muslim bersatu jika dalam kondisi ini. Maka, umat Islam harus mencampakkan nasionalisme, menyadari bahwa penjajahan hanya bisa dihentikan dengan persatuan umat dalam satu kepemimpinan global, yaitu Khilafah (perisai). Umat wajib menyeru semua muslim di seluruh dunia dengan seruan yang sama. Umat harus terus mengingatkan akan persatuan umat dan kewajiban menolong mereka. Umat harus bergerak menuntut penguasa muslim melaksanakan kewajiban menolong Palestina dengan melaksanakan jihad dan menegakkan khilafah.
Membutuhkan Khilafah
Keberadaan institusi pemerintahan Islam yakni Khilafah bukan sekedar wajib, melainkan sangat dibutuhkan. Khilafah adalah kepemimpinan umum bagi kaum muslim di seluruh dunia, yang menerapkan syariah Islam secara kaffah (menyeluruh) dan mengemban dakwah Islam keseluruh penjuru dunia. Khilafah sebagai pemimpin umum muslim sedunia bertanggung jawab melindungi umat dari penindasan dan melindungi wilayah kaum muslim dimanapun dari penjajahan.
Keberadaan Khilafah sebagai institusi politik tentu akan dapat menyatukan kekuatan negeri kaum muslim yang terpecah belah, menyatukan kekuatan militer, politik dan ekonomi umat Islam untuk mengusir penjajahan Zionis Yahudi.
Oleh karena itu, pembebasan Palestina saat ini pun hanya mungkin dilakukan dengan persatuan kaum muslim seluruh dunia, juga dengan kekuatan politik dan militer yang kokoh. Dan itu akan terwujud dengan adanya Khilafah ditengah-tengah kaum Muslim.
Oleh: Annisa Fitri
Aktivis Dakwah