Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Intervensi Amerika Membuat Sudan Menjadi Neraka?

Jumat, 30 Mei 2025 | 17:33 WIB Last Updated 2025-05-30T10:33:46Z

TintaSiyasi.id -- Di awal bulan Mei ini, RSF (Rapid Sudan Forces - Pasukan Dukungan Cepat) mengirimkan drone nirawak ke Port Sudan. Sejumlah 8 drone meledakkan diri menghancurkan pangkalan udara utama dari negara Sudan. Serangan subuh ini mengakibatkan putusnya aliran listrik semi total di daerah Port Sudan dan sekitarnya.

Serangan ini merupakan bagian dari rentetan konflik yang masih berlanjut hingga saat ini di negeri tersebut. Terdapat dua pihak bersenjatan yang bersengkata dalam konflik berkepanjangan ini. Pertama adalah RSF yang bermarkas di Darfur, bagian barat dari Sudan. Kedua adalah SAF (Sudanese Armed Forces – Angkatan Bersenjata Sudan) yang bermarkas di Port Sudan, bagian timur dari Sudan yang bersinggungan langsung dengan Laut Merah.

Khartum yang merupakan Ibukota dari Sudan dan terletak di tengah-tengah negeri telah menjadi arena peperangan selama beberapa tahun terakhir. Berbagai fasilitas penting hancur, para penduduk terpaksa mengungsi, dan fungsi ibukota lumpuh total dan berpindah ke Port Sudan. Ke sanalah dipindahkan fungsi bandara internasional yang satu-satunya berfungsi saat ini. 

Dalam bulan lalu, SAF berhasil memukul mundur RSF dari Khartum dan Omdurman (kota di bagian barat dari Khartum). Saat itulah, mentalitas SAF naik dan mereka merasa percaya diri untuk menyerang benteng terakhir dari RSF yang berada di Darfur. Namun sebelum itu terjadi, RSF meluncurkan serangan fajar ke bandara internasional satu-satunya dengan kekuatan drone yang tidak diperkirakan oleh SAF. Menegaskan secara tidak langsung bahwa mereka masih memiliki kekuatan tempur yang sangat banyak dan membuat keraguan pihak SAF.

Pihak yang paling dirugikan dari rentetan kekacauan yang terjadi adalah rakyat Sudan sendiri. Konflik ini menyebabkan fasilitas listrik dan air bersih tak berfungsi sebagaimana seharusnya. Hingga banyak dari mereka terpaksa mengonsumsi air yang tercemar guna menyambung hidup. Ini menyebabkan muncul wabah Kolera yang mengancam keberlangsungan hidup dari para pengungsi.

Dalam beberapa kejadian, beberapa warga sipil juga menjadi korban dari RSF. Setelah kekalahannya di Khartum dan banyak korban berjatuhan dari pihaknya, ia perlu menghimpun tentara tambahan demi memperkuat dirinya. Salah satunya adalah dengan menangkap warga sipil dan memaksa mereka untuk memilih satu di antara dua hal, menjadi tentara RSF atau membayar tebusan untuk dibebaskan.

Di sisi lain, pihak yang bermain dan diuntungkan dalam konflik ini adalah Amerika. Baik RSF maupun SAF merupakan kepanjangan tangan dari Amerika di negeri tersebut. Amerika mempertontonkan dengan ciamik kepada dunia sejauh mana pengaruhnya dalam konflik suatu negara. Ia akan terus membuat kedua pihak tersibukkan dengan memerangi saudaranya sendiri.

Adapun tujuan Amerika saat ini adalah untuk memecah belah kaum muslim yang merupakan mayoritas penduduk Sudan. Sebagaimana sebelumnya Sudah telah terpecah menjadi Sudan dan Sudan Selatan, Amerika menargetkan terpecahnya Sudan menjadi bagian timur yang dipimpin oleh SAF dan bagian barat yang dipimpin oleh RSF.

Jika kelak itu yang terjadi, pihak yang paling dirugikan adalah kaum Muslim. Di mana Amerika berhasil mewujudkan perpecahan dengan membagi-bagi wilayah yang diduduki oleh kaum Muslim. Maka sudah semestinya bagi seorang Muslim untuk menolak seluruh intervensi asing atas konflik yang terjadi di negeri kaum Muslim. Karena sejatinya, yang diiginkan oleh Amerika dan musuh-musuh Islam adalah perpecahan dan kelemahan kaum Muslim.[]


Fahmi Burhan
(Mahasiswa)

Opini

×
Berita Terbaru Update