Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Bangkrutnya Sistem Buatan Manusia: Dunia Sedang Terbakar (Serial Islam Solusi Total dan Global Bagian 5)

Sabtu, 03 Mei 2025 | 13:38 WIB Last Updated 2025-05-03T06:39:06Z


1. Demokrasi: Mimpi Busuk yang Dipoles Janji

TintaSiyasi.id-- Dulu demokrasi dipuja sebagai puncak peradaban. Katanya, ini sistem yang memberi ruang partisipasi rakyat. Menjamin kebebasan dan menjunjung keadilan. 

Tapi semua itu cuma mitos yang sudah lama bangkrut. Demokrasi sejak awal lahir dari kompromi antara kepentingan elit. Ia bukan sistem Ilahiyah. Demokrasi buatan manusia yang sarat cacat bawaan.

Lihatlah realitasnya. Di banyak negara Barat, demokrasi hanyalah topeng untuk kekuasaan pemodal. Yang menang bukan yang benar. Yang menang yang punya logistik dan backing politik. Suara rakyat hanya jadi formalitas lima menit di bilik suara. Setelah itu semua dikendalikan oleh elite dan oligarki.

Di Amerika Serikat, negeri yang katanya kiblat demokrasi, politik sudah jadi milik korporasi. Lobi-lobi industri senjata, farmasi, dan energi mengatur arah kebijakan. Pemilu hanya ajang pertarungan modal. Bukan adu gagasan. Demokrasi telah berubah jadi plutokrasi: kekuasaan di tangan orang kaya.

Di Prancis, rakyat turun ke jalan berbulan-bulan memprotes kebijakan pensiun dan biaya hidup. Tapi penguasa tetap bebal. Rakyat hanya diberi hak bicara. Bukan kuasa menentukan. Demokrasi Eropa sudah berubah jadi tirani terhadap mayoritas yang melayani elite minoritas.

2. Bangkrutnya Demokrasi di Indonesia

Indonesia pun tak lebih baik. Demokrasi di negeri ini sudah jadi lelucon pahit. Pemilu 2024 membuktikan bahwa suara rakyat bisa dipermainkan, direkayasa. Bahkan dibajak terang-terangan.

Jokowi, yang katanya dari rakyat, justru memperalat demokrasi. Di negeri ini, demokrasi bermetamorfosa dari demokrasi prosedural, transaksional, dan akhirnya demokrasi kriminal. Jokowi memainkan kekuasaan demi dinasti politiknya.

KPU yang semestinya independen berubah jadi kepanjangan tangan kekuasaan. Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) diintervensi lewat hubungan keluarga. Lembaga-lembaga yang semestinya netral tunduk pada kekuasaan. Demokrasi Indonesia ambruk bukan karena kekurangan prosedur. Ia rontok karena semua prosedur bisa dibeli dan dimanipulasi.

Apakah ini sistem terbaik untuk masa depan bangsa? Tidak! Demokrasi terbukti gagal memberi keadilan. Gagal membela rakyat. Gagal mencegah tirani. Yang kuat makin kuasa. Yang lemah makin ditindas.

3. Kapitalisme: Panglima Oligarki, Perusak Dunia

Jika demokrasi adalah sistem politiknya, maka kapitalisme adalah jantung ekonominya. Keduanya ibarat dua sisi koin yang sama: menuhankan manusia, mengabaikan hukum Allah. Kapitalisme mengajarkan kebebasan memiliki tanpa batas. Siapa yang punya modal, dia yang berkuasa. Negara hanya jadi wasit. Bukan pelaku dan penjaga distribusi keadilan.

Di Amerika, kapitalisme menciptakan jurang kaya dan miskin yang makin lebar. 1% orang terkaya menguasai lebih dari separuh kekayaan nasional. Sementara rakyatnya banyak yang tidur di tenda dan antre makanan gratis. Kapitalisme tak menyelesaikan kemiskinan. Ia justru melestarikannya demi kepentingan segelintir elite.

Di Afrika, kapitalisme berwujud kolonialisme ekonomi. Negara-negara kaya mengeruk tambang, minyak, dan sumber daya alam. Semua itu dilakukan sambil memiskinkan penduduk lokal. Bantuan luar negeri hanya jadi jebakan utang. Ini bukan kerja sama. Ini perampokan berjubah investasi. Bahkan, ini adalah invasi!

Di Indonesia, kapitalisme tampak nyata di tangan para taipan. Hutan dikuasai korporasi. Tambang dipegang segelintir keluarga. Rakyat cuma kebagian debu, lumpur, dan banjir. Negara memihak pemilik modal, bukan rakyat. Pajak dikejar dari UMKM dan rakyat kecil. Tapi pengampunan diberikan pada konglomerat pengemplang triliunan.

Kapitalisme bukan solusi, tapi pangkal kehancuran. Ia menuhankan pasar, menyingkirkan peran negara. Kapitalisme menjadikan manusia sekadar alat produksi.

4. Sosialisme: Obat Gagal yang Berujung Derita

Sebagian orang lalu berpaling ke sosialisme. Katanya ini sistem yang lebih adil karena menolak kesenjangan. Tapi sejarah membuktikan sebaliknya. Sosialisme, terutama versi komunisme, melahirkan tirani negara yang lebih bengis.

Uni Soviet runtuh setelah 70 tahun menindas rakyatnya. Korea Utara jadi penjara raksasa. Kuba hidup dalam embargo dan keterbatasan. Sosialisme mencabut hak milik, membunuh semangat individu. Sistem ini menggantikan eksploitasi modal dengan eksploitasi negara. Ia gagal total!

Islam tidak butuh sosialisme. Kita punya konsep kepemilikan yang jelas, distribusi yang adil. Negara yang bertanggung jawab atas kebutuhan dasar rakyat.

5. Sistem Buatan Manusia: Gagal, Bangkrut, dan Usang

Demokrasi, kapitalisme, dan sosialisme, semuanya produk akal manusia. Sekularisme adalah akarnya: mencabut agama dari kehidupan publik. Mereka menolak aturan Allah. Lalu membuat hukum sendiri yang lemah, bias, dan mudah dibajak kepentingan.

Kita butuh sistem dari Dzat Yang Maha Tahu. Bukan sistem buatan manusia yang serba terbatas. Allah SWT berfirman:

**ما تعبدون من دونه إلا أسماءً سميتموها أنتم وآباؤكم ما أنزل الله بها من سلطانٍ إن الحُكمُ إلا للهِ أمر ألا تعبدوا إلا إياهُ ذلكَ الدِّينُ القَيِمُ وَلَكنْ أكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ**

"Kamu tidak menyembah yang selain-Nya melainkan hanya (menyembah) nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu menamainya (sebagai tuhan); Allah tidak menurunkan hujah apa pun untuk itu. Hukum itu hanyalah milik Allah. Dia memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui." (QS. Yusuf [12]: 40).

Bersambung ke Bagian Enam: Keunggulan Sistem Islam yang Kaffah

Jakarta, 29 April 2025
Oleh. Edy Mulyadi, Wartawan Senior

Opini

×
Berita Terbaru Update