Tintasiyasi.ID -- Iwan Januar, Direktur Siyasah Institute, mengatakan bahwa saat saluran aspirasi disumbat maka kemungkaran merajalela.
"Saat
saluran aspirasi disumbat, kemungkaran merajalela, karena tidak ada orang yang
mau menegur," jelasnya di channel Guru Muslim Inspiratif: Kritik
Dibungkam, Moral Diabaikan: Ada Apa Dunia Pendidikan Kita, Kamis (17 April
2025).
Ia
memaparkan, orang yang berani menegur pun kemudian disumbat aspirasinya, bahkan
ditakut-takuti dengan pemecatan.
"Sebuah
pemikiran harus dihadapi dengan pemikiran. Jangan sampai otak dihadapi dengan
otot," tambahnya.
Ia
mengungkapkan, ketika orang kritis menyampaikan aspirasinya dihadapkan dengan
hukum, diancam dengan UU ITE, bahkan dipersekusi kemudian dikirim surat kaleng.
"Jadinya
tidak nyaman dan takut menyampaikan aspirasinya," lanjutnya.
Edukasi
Masyarakat
"Seorang
guru bukan hanya sekadar mengajar maple (mata pelajaran), namun harus mampu
mengedukasi masyarakat," terang Iwan.
Ia
melanjutkan, mengedukasi masyarakat bisa lewat lagu, puisi, novel, opini yang
ditulis melalui media sosial.
"Tujuan
utama pendidikan mencetak masyarakat dan mencetak manusia berpikir kritis, objektif,
adil," paparnya.
Ia
membeberkan, kalau guru dilarang menyampaikan aspirasi atau kritik, sejatinya
bangsa ini sedang menyiapkan generasi yang mereka buta matanya, tuli telinganya,
dan buta hatinya.
"Pokoknya
kayak pakai kacamata kuda, lempeng aja," sindirnya.
"Dunia
pendidikan sedang digiring menuju jurang kehancuran," sahutnya.
Ia
menguraikan, hancurnya nalar kritis masyarakat, anak didik, dan tenaga pendidik
pun dibuat mati nalar kritisnya.
“Dalam Islam
menyampaikan amar makruf nahi mungkar adalah kewajiban bagi seluruh Muslim,
baik kiai, ulama, maupun seorang guru. Kewajiban ini luar biasa tinggi
derajatnya,” tutupnya.[] Yesi