TintaSiyasi.id-- Dalam kesunyian malam, di antara dingin yang menggigit dan sunyi yang menenangkan, terselip ruang bagi hati untuk berdialog dengan Sang Pemilik Cinta. Di saat itulah jiwa mulai bertanya: Sudah seberapa besar cintaku kepada-Mu, Ya Ilahi?
Cinta yang Terlupakan
Seringkali kita begitu mudah mengucapkan, "Aku mencintai Allah." Tapi benarkah cinta itu hidup dalam relung amal dan perilaku kita sehari-hari? Kita mencintai dunia, mengejarnya siang dan malam. Namun untuk Allah, kadang hanya sisa waktu yang kita beri.
Cinta sejati kepada Allah tak sekadar kata. Ia adalah pengorbanan, adalah ketaatan, adalah air mata dalam sepertiga malam terakhir. Cinta itu bukan sekadar merasa damai saat mendengar ayat-ayat suci, tapi juga berjuang dalam menjalankan setiap perintah dan menjauhi larangan-Nya, walau berat terasa.
Muhasabah: Menimbang Ulang Arah Cinta
Setiap insan butuh muhasabah—berhenti sejenak dari hiruk-pikuk dunia untuk melihat ke dalam jiwa. Kita bertanya dengan jujur:
Siapa yang pertama kali kuingat saat bangun tidur?
Kepada siapa hatiku bergantung saat masalah datang?
Kepada siapa aku berharap saat semua pintu tertutup?
Jika bukan Allah yang menjadi jawabannya, mungkin sudah saatnya cinta itu kita luruskan kembali.
Cinta yang Menghidupkan Jiwa
Cinta kepada Allah bukanlah cinta yang membuat kita lalai, tapi justru menghidupkan. Ia mendorong kita untuk menjadi hamba yang lebih sabar, lebih ikhlas, lebih tenang. Saat hati dipenuhi cinta Ilahi, dunia tak lagi menyesakkan. Kita tetap berjalan di atas dunia, tapi jiwa kita terhubung pada langit.
Itulah cinta yang membebaskan dari keraguan, dari kesedihan, dan dari kegelisahan. Cinta kepada Allah adalah pelita yang tak pernah padam, bahkan ketika semua cahaya dunia padam.
Menjadi Pecinta Sejati
Imam al-Ghazali pernah berkata, "Cinta kepada Allah adalah akar segala kebaikan." Dari cintalah lahir kesungguhan dalam ibadah, keteguhan dalam musibah, dan keindahan dalam akhlak.
Jadikan setiap langkah sebagai bukti cinta. Jadikan zikir sebagai napas cinta. Jadikan setiap doa sebagai nyanyian rindu kepada Sang Maha Cinta.
Penutup
Muhasabah Cintaku Ya Ilahi bukan hanya renungan malam ini. Ia adalah ajakan untuk kembali pada hakikat cinta yang hakiki. Mari kita cintai Allah dengan sebenar-benarnya cinta: cinta yang jujur, cinta yang hidup dalam amal, cinta yang menyelamatkan. Karena pada akhirnya, hanya cinta kepada-Nya yang tak pernah mengecewakan.
Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.