TintaSiyasi.id -- Dalam kehidupan dunia yang penuh dengan hiruk-pikuk pencarian status, kekuasaan, dan kehormatan, manusia sering terjebak dalam upaya meraih kemuliaan dengan jalan yang keliru. Padahal, Allah Ta'ala telah menegaskan dalam Al-Qur'an bahwa kemuliaan sejati (ʿizzah) hanya dimiliki oleh Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman.
Mari kita simak dengan lebih dalam tafsir beberapa ayat agung yang membimbing kita kepada hakikat kemuliaan sejati:
1. Surah Al-Munafiqun Ayat 8
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
يَقُوْلُوْنَ لَئِنْ رَّجَعْنَاۤ اِلَى الْمَدِيْنَةِ لَيُخْرِجَنَّ الْاَ عَزُّ مِنْهَا الْاَ ذَلَّ ۗ وَلِلّٰهِ الْعِزَّةُ وَلِرَسُوْلِهٖ وَلِلْمُؤْمِنِيْنَ وَلٰـكِنَّ الْمُنٰفِقِيْنَ لَا يَعْلَمُوْنَ
yaquuluuna la-ir roja'naa ilal-madiinati layukhrijannal-a'azzu minhaal-azall, wa lillaahil-ʿizzatu wa lirosuulihii wa lil-mu'miniina wa laakinnal-munaafiqiina laa ya'lamuun
"Mereka berkata, 'Sungguh, jika kita kembali ke Madinah (kembali dari perang Bani Mustaliq), pastilah orang yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah dari sana.' Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tidak mengetahui." (QS. Al-Munafiqun 63:8)
Tafsir dan Refleksi:
Ayat ini berbicara tentang ucapan sombong Abdullah bin Ubay, pemimpin kaum munafik, yang mengklaim dirinya lebih mulia daripada Rasulullah Muhammad ﷺ dan para sahabat beliau. Dengan angkuhnya, ia berkata bahwa ia akan mengusir Rasulullah dari Madinah.
Namun, Allah membantah ucapan itu dengan menegaskan bahwa ʿizzah (kemuliaan, kekuatan, dan kehormatan) hanyalah milik Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang beriman.
Pelajaran penting di sini adalah bahwa kemuliaan tidak tergantung pada jumlah harta, jabatan, atau kekuatan duniawi, melainkan pada keterhubungan seorang hamba kepada Allah melalui iman dan amal saleh.
Allah juga menyebutkan bahwa kaum munafik "tidak mengetahui", karena mata hati mereka telah buta oleh kesombongan dan cinta dunia.
2. Surah Fathir Ayat 10
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
مَنْ كَانَ يُرِيْدُ الْعِزَّةَ فَلِلّٰهِ الْعِزَّةُ جَمِيْعًا ۗ اِلَيْهِ يَصْعَدُ الْكَلِمُ الطَّيِّبُ وَالْعَمَلُ الصَّالِحُ يَرْفَعُهُ ۗ وَالَّذِيْنَ يَمْكُرُوْنَ السَّيِّئَاتِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيْدٌ ۗ وَمَكْرُ أُوْلٰٓئِكَ هُوَ يَبُوْرُ
man kaana yuriidul-ʿizzata fa lillaahil-ʿizzatu jamiiʿaa, ilaihi yashʿadul-kalimuth-thayyibu wal-ʿamalush-shaalihu yarfaʿuh, walladziina yamkuruunas-sayyi-aati lahum ʿadzaabun syadiid, wa makru ulaaa-ika huwa yabuur
"Barang siapa menghendaki kemuliaan, maka (ketahuilah) kemuliaan itu semuanya milik Allah. Kepada-Nyalah akan naik perkataan-perkataan yang baik, dan amal kebajikan Dia akan mengangkatnya. Adapun orang-orang yang merencanakan kejahatan, mereka akan mendapat azab yang sangat keras, dan rencana jahat mereka akan hancur." (QS. Fatir 35:10)
Tafsir dan Refleksi:
Dalam ayat ini, Allah membuka jalan bagi siapa pun yang menginginkan kemuliaan sejati: bukan dengan membanggakan keturunan, kekayaan, atau jabatan, melainkan dengan memperbanyak kalimah thayyibah (ucapan baik seperti zikir, doa, syahadat) dan amal saleh.
Allah menjanjikan bahwa perkataan yang baik akan naik ke hadapan-Nya, dan amal salehlah yang akan mengangkat derajat seseorang.
Ini adalah seruan bagi kita untuk memperbaiki kualitas ibadah, lisan, dan perbuatan sehari-hari agar Allah memuliakan kita di dunia dan akhirat.
3. Surah An-Nisa Ayat 139
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
ٱلَّذِيْنَ يَتَّخِذُوْنَ الْكٰفِرِيْنَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُوْنِ الْمُؤْمِنِيْنَ ۗ أَيَبْتَغُوْنَ عِندَهُمُ الْعِزَّةَ ۖ فَإِنَّ الْعِزَّةَ لِلّٰهِ جَمِيعًا
alladziina yattakhidzuunal-kaafiriina awliyaa'a min duunil-mu'miniina, a yabtaghuuna 'indahumul-ʿizzata fa innal-ʿizzata lillaahi jamiiʿaa
"(Yaitu) orang-orang yang menjadikan orang-orang kafir sebagai pemimpin dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Ketahuilah bahwa semua kekuatan itu milik Allah."
(QS. An-Nisa' 4:139)
Tafsir dan Refleksi:
Allah mengkritik orang-orang yang meninggalkan kaum mukminin demi mencari pengaruh dan kehormatan dari orang-orang kafir. Mereka berilusi bahwa kemuliaan bisa diperoleh melalui loyalitas kepada kekuatan duniawi yang kufur kepada Allah.
Padahal Allah menegaskan bahwa semua kemuliaan adalah milik-Nya. Bergantung kepada selain Allah demi kehormatan hanyalah kehinaan terselubung.
Pelajaran penting: jangan pernah berkompromi dengan prinsip iman hanya demi ingin dipandang mulia oleh dunia. Kemuliaan sejati lahir dari keteguhan memegang kebenaran walaupun dunia memandang hina.
Penutup: Di Mana Kita Mencari Kemuliaan?
Tiga ayat ini memberikan arah yang jelas: kemuliaan hakiki tidak diperoleh dari harta, kekuasaan, popularitas, atau pujian manusia.
Kemuliaan hanya diberikan Allah kepada siapa yang benar-benar: Tulus beriman, Ikhlas beramal, Menjaga lisan dan perbuatannya di jalan yang diridai Allah.
Bersabarlah dalam iman, karena di sisi Allah-lah kemuliaan sejati menanti. Sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ: "Sesungguhnya Allah mengangkat derajat suatu kaum dengan Al-Qur'an, dan merendahkan yang lain dengan sebab meninggalkannya." (HR. Muslim)
Semoga kita termasuk golongan yang Allah muliakan dengan iman, amal saleh, dan keteguhan hati di jalan-Nya.
Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual, Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo)