Tintasiyasi.id.com -- Dalam perjalanan ruhani, manusia sering kali dihadapkan pada banyak persimpangan. Ada jalan yang tampak mudah namun menyesatkan, ada pula jalan yang tampak sulit namun hakikatnya membimbing menuju kebenaran sejati. Di antara berbagai pilihan itu, hanya ada satu jalan yang pasti mengantarkan kita kepada Allah: yaitu jalan mengikuti utusan-Nya yang sempurna, Nabi Muhammad ﷺ.
Sebab, petunjuk jalan menuju Allah hanyalah dengan mengikuti utusan-Nya yang sempurna.
Allah Ta'ala berfirman:
"Katakanlah (Muhammad), 'Jika kalian mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian.'"
(QS. Ali 'Imran: 31)
Ayat ini menjadi pilar utama dalam memahami bahwa cinta kepada Allah tidak bisa dipisahkan dari ketaatan kepada Rasulullah ﷺ.
Meneladani beliau bukan sekadar meniru gerakan lahiriah, tetapi menghidupkan kembali nilai-nilai kenabian dalam kehidupan: kejujuran, kasih sayang, ketabahan, tawadhu', dan kecintaan kepada kebenaran.
Mengapa Harus Mengikuti Rasulullah ﷺ
Nabi Muhammad ﷺ bukan hanya seorang penyampai wahyu. Beliau adalah teladan paripurna dalam segala aspek kehidupan: dalam ibadah, dalam muamalah, dalam menghadapi ujian, dalam memimpin, bahkan dalam mencintai dan mengasihi sesama makhluk.
Allah memilih beliau sebagai penuntun umat manusia, karena tanpa bimbingan seorang utusan, manusia tidak akan mampu mencapai kedudukan mulia di sisi Rabb-nya.
Sebagaimana Allah berfirman:
"Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) Hari Akhir dan yang banyak mengingat Allah."
(QS. Al-Ahzab: 21)
Refleksi Diri: Sejauh Mana Kita Mengikuti Sang Utusan?
Setiap insan perlu bertanya kepada dirinya sendiri:
Apakah aku telah mengikuti jejak Rasulullah dalam ibadahku?
Dalam tutur kataku?
Dalam caraku bermuamalah dengan manusia dan makhluk lainnya?
Dalam caraku bersabar atas ujian dan tetap bersyukur dalam nikmat?
Mengikuti beliau bukan hanya saat di masjid, dalam shalat atau doa. Tetapi juga saat kita berbicara dengan keluarga, saat kita berdagang, saat kita mengelola emosi, bahkan dalam cara kita bermimpi dan berharap.
Menghidupkan Cinta kepada Rasulullah dalam Kehidupan Sehari-hari
1. Membaca dan Merenungi Sirah Nabawiyah.
Memahami perjalanan hidup Rasulullah ﷺ adalah langkah awal untuk mengenalnya. Dengan mengenal, kita akan mencintai. Dan dengan cinta, ketaatan akan lahir dengan ringan.
2. Mengamalkan Sunnah dengan Ikhlas.
Menghidupkan sunnah tidak berarti kita harus melakukan semua sekaligus. Mulailah dari hal-hal kecil, seperti tersenyum kepada orang lain, berkata jujur, menjaga amanah, dan memperbanyak zikir.
3. Menghadirkan Rasulullah dalam Doa.
Memperbanyak shalawat kepada beliau akan memperdalam cinta di hati. Sebab shalawat adalah bentuk penghormatan dan ikatan ruhani antara umat dan nabinya.
4. Menjadikan Akhlak Nabi sebagai Cermin Hidup.
Di tengah dunia yang penuh kegaduhan, kita perlu menenangkan jiwa dengan akhlak Rasulullah: sabar, lembut, adil, dan pemaaf.
Penutup: Jalan Pasti Menuju Allah
Pada akhirnya, kehidupan ini adalah perjalanan pulang. Setiap detik yang berlalu adalah langkah menuju perjumpaan dengan Allah. Maka, agar tidak tersesat, kita butuh petunjuk yang benar, dan itu adalah dengan mengikuti utusan-Nya yang sempurna.
Rasulullah ﷺ bersabda:
"Semua umatku akan masuk surga kecuali yang enggan." Para sahabat bertanya, "Siapa yang enggan, wahai Rasulullah?" Beliau menjawab, "Barangsiapa mentaatiku, dia masuk surga. Dan barangsiapa mendurhakaiku, maka sungguh ia telah enggan (masuk surga)." (HR. Bukhari)
Semoga Allah menjadikan kita termasuk hamba-hamba yang setia mengikuti Rasul-Nya, mencintai beliau dengan segenap jiwa, dan kelak beroleh syafaat beliau di hari yang tiada naungan kecuali naungan Allah.
اللهم اجعلنا من أتباع نبيك المصطفى وأحشرنا في زمرته برحمتك يا أرحم الراحمين.
Segala kebaikan ada ketika kita mengikuti Rasulullah. Sebaliknya segala keburukan ada ketika kita tinggalkan sunnahnya.
Mengikuti Rasulullah: Kunci Segala Kebaikan
Segala kebaikan berawal dari satu hal: mengikuti Rasulullah ﷺ.
Sebaliknya, segala keburukan bermula saat manusia berpaling dari sunnahnya.
Inilah hakikat yang harus disadari oleh setiap jiwa yang mendambakan keselamatan dunia dan akhirat. Sebab Rasulullah ﷺ diutus bukan hanya untuk menyampaikan wahyu, tetapi untuk menjadi uswah hasanah — teladan terbaik dalam menjalani hidup yang diridhai Allah.
Allah Ta'ala berfirman:
"Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) Hari Akhir dan yang banyak mengingat Allah."
(QS. Al-Ahzab: 21)
Mengikuti Rasulullah adalah Jalan Kebaikan
Setiap sunnah yang diajarkan Rasulullah ﷺ adalah jalan menuju kebaikan, meskipun secara lahiriah tampak kecil atau sederhana.
Senyuman kepada sesama, adab ketika makan, ucapan salam, ketulusan dalam berbicara — semua itu, dalam pandangan Allah, adalah kebaikan yang bernilai besar.
Rasulullah ﷺ bersabda:
"Janganlah engkau meremehkan kebaikan sekecil apa pun, meskipun hanya sekadar menemui saudaramu dengan wajah ceria."
(HR. Muslim)
Bahkan sekecil apa pun sunnah yang kita hidupkan, ia akan menjadi cahaya di dunia dan penolong di akhirat. Setiap langkah mengikuti sunnah berarti mendekat kepada ridha Allah.
Meninggalkan Sunnah adalah Awal Keburukan
Sebaliknya, meninggalkan sunnah perlahan-lahan akan memudarkan cahaya hidayah dalam hati. Ketika sunnah-sunnah ditinggalkan, kebaikan dalam hidup ikut memudar. Akhlak menjadi kasar, hati menjadi keras, dan kehidupan terasa hampa.
Rasulullah ﷺ memperingatkan:
"Barang siapa yang berpaling dari sunnahku, maka ia bukan termasuk golonganku." (HR. Bukhari dan Muslim)
Meninggalkan sunnah bukan hanya soal amal lahiriah, tetapi tanda lemahnya cinta dan kehormatan terhadap Nabi ﷺ. Dan dari situlah keburukan bermula: ketika hati lebih mengikuti hawa nafsu daripada meneladani Rasulnya.
Refleksi Diri: Sudahkah Kita Menjadi Pecinta Sunnah?
Setiap orang yang mengaku mencintai Rasulullah ﷺ harus merenung:
Sudahkah sunnah beliau menjadi bagian dari napas hidup kita?
Apakah dalam keluarga kita sunnah beliau dihidupkan?
Apakah dalam bisnis kita, adab beliau dijadikan pedoman?
Apakah dalam kesedihan dan kebahagiaan, kita meneladani sikap beliau?
Mencintai sunnah bukan sekadar dalam klaim, melainkan dalam kesungguhan hati dan amal nyata.
Membangun Cinta dan Kepedulian terhadap Sunnah
1. Memahami Keutamaan Sunnah.
Belajar tentang sunnah akan membuat kita sadar betapa berharganya setiap ajaran Rasulullah ﷺ dalam semua aspek kehidupan.
2. Mengamalkan Sunnah dalam Kesederhanaan.
Tidak perlu menunggu bisa mengamalkan semua sekaligus. Mulailah dari hal-hal kecil: adab makan, adab tidur, memperbanyak salam, membaca doa-doa harian.
3. Menyebarkan Sunnah dengan Hikmah.
Jadikan sunnah sebagai bagian dari dakwah hidup kita — dengan kelembutan, keteladanan, dan kasih sayang.
4. Menjaga Semangat Cinta kepada Rasulullah.
Perbanyak membaca shalawat, mempelajari sirah nabawiyah, dan membiasakan dzikir, agar cinta itu selalu hidup di dalam hati.
Penutup: Meniti Jalan Sunnah
Kehidupan ini terlalu singkat untuk disia-siakan mengikuti hawa nafsu. Jalan keselamatan hanyalah dengan meniti jejak Rasulullah ﷺ.
Sungguh, seluruh kebaikan bertumbuh di bawah naungan sunnah, dan seluruh keburukan mengintai mereka yang berpaling darinya.
Semoga Allah menjadikan kita bagian dari orang-orang yang setia, yang senantiasa menjaga sunnah beliau dengan cinta, dengan amal, dan dengan keikhlasan.
اللهم اجعلنا من أحباب نبيك، ومن الذين يحيون سنته، ولا تجعلنا من الغافلين.
Oleh: Dr.Nasrul Syarif,M.Si.
(Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo )