Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Berkomitmen kepada Syariat: Kunci Bahagia Dunia dan Akhirat

Senin, 28 April 2025 | 19:22 WIB Last Updated 2025-04-28T12:22:57Z

Tintasiyasi.id.com -- Dalam perjalanan panjang kehidupan ini, setiap kita sedang menuju satu tujuan: kebahagiaan sejati. Namun, betapa banyak yang tersesat di tengah jalan, tergelincir karena fatamorgana dunia yang menipu. Di tengah kerumitan zaman, Syeikh Abdul Qadir al-Jailani — seorang sulthanul auliya — memberikan petunjuk yang tak lekang oleh waktu:

"Berkomitmen kepada ajaran syariat adalah syarat kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Maka jagalah dirimu untuk tidak melanggarnya, dan jauhilah orang-orang yang melanggarnya."

Syariat Bukanlah Beban. Ia adalah Cahaya.

Syariat membimbing hati yang gelisah menuju ketenangan. Ia membingkai hidup agar tetap dalam orbit kebenaran, menjauhkan kita dari kekosongan makna dan kehampaan jiwa.

Di era ini, saat kebenaran sering diputarbalikkan, dan batasan halal-haram dipermainkan, komitmen kepada syariat menjadi bukti keberanian sejati. Bukan sekadar ritual lahiriah, tapi sebuah pernyataan: bahwa kita memilih Allah di atas segalanya.

Menjaga Diri dari Pelanggaran

Setiap pelanggaran syariat, sekecil apa pun, adalah retakan di dinding keimanan kita. Retakan yang, jika dibiarkan, bisa merobohkan seluruh bangunan hati. Maka Syeikh Abdul Qadir menasihati kita: "Jagalah dirimu."

- Jaga pandanganmu dari yang diharamkan.
- Jaga lisanmu dari kebohongan dan ghibah.
- Jaga hatimu dari hasad, riya, dan sombong.

Kemenangan terbesar bukanlah mengalahkan orang lain melainkan mengalahkan nafsumu sendiri.

Menjauhi Orang-orang yang Melanggar

Lingkungan adalah cermin masa depanmu. Siapa yang kau dekati, itulah ke mana kau akan berjalan.
Syeikh Abdul Qadir al-Jailani mengingatkan, jangan hanya kuat menjaga diri, tetapi juga bijak memilih teman. Berada di tengah mereka yang meremehkan syariat hanya akan melemahkan iman, mengaburkan prinsip, dan menumpulkan nurani.

Berani berkata tidak. Berani menjauh. Demi menjaga hati tetap hidup.

Sebuah Ajakan untuk Kita Semua

Kini, saat dunia menawarkan berjuta distraksi, mari kita genggam erat petunjuk ini.
Mari kita buktikan cinta kepada Allah bukan hanya dalam kata, tetapi dalam pilihan hidup sehari-hari.

Bersyariat itu Keren. Taat itu Kuat. Konsisten itu Elegan

Jadikan syariat sebagai pakaian kehormatanmu,
sebagai mahkota di kepalamu,
dan sebagai jalan yang mengantarmu pulang —
kepada kebahagiaan dunia dan akhirat.

Jalan paling dekat menuju Allah adalah menetapi kewajiban sebagai hamba, memegang teguh ajaran syariat Islam dan istiqamah dalam ketakwaan.

Jalan Paling Dekat Menuju Allah

Dalam dunia yang penuh hiruk-pikuk ambisi dan godaan, banyak orang bertanya:
"Bagaimana jalan tercepat menuju Allah?"
Jawaban para salihin, jawaban para wali Allah, selalu sederhana namun dalam:

"Jalan paling dekat menuju Allah adalah menetapi kewajiban sebagai hamba, memegang teguh ajaran syariat Islam, dan istiqamah dalam ketakwaan."

Inilah rahasianya:
Bukan dengan jalan pintas, bukan dengan amalan yang menghebohkan, tapi dengan konsistensi sederhana dalam ketaatan.

Menetapi Kewajiban sebagai Hamba

Tugas utama kita di dunia ini bukanlah menjadi terkenal, kaya, atau berkuasa — melainkan menjadi hamba yang taat.
Kita diciptakan bukan untuk dunia, tapi untuk mengabdi kepada-Nya.

- Menegakkan shalat tepat waktu
- Menunaikan zakat
- Berpuasa dengan penuh keikhlasan
- Menjaga amanah dan kejujuran
- Berbakti kepada orang tua
Inilah langkah-langkah kecil yang membangun kedekatan dengan Allah.

Kewajiban itu berat, karena surga itu tinggi. Namun siapa yang menetapinya, akan dimuliakan Allah di dunia dan di akhirat.

Memegang Teguh Ajaran Syariat Islam

Syariat adalah peta jalan menuju surga.Tanpa syariat, perjalanan menuju Allah akan tersesat di jalan-jalan gelap penuh tipu daya.

- Syariat menjaga akidah kita tetap bersih
- Syariat menjaga akhlak kita tetap mulia
- Syariat menjaga amal kita tetap lurus
Memegang syariat berarti memeluk cahaya.
Dan siapa yang berjalan dalam cahaya, ia akan sampai kepada Sang Cahaya — Allah Azza wa Jalla.

Istiqamah dalam Ketakwaan

Kunci terakhir — dan yang paling berat — adalah istiqamah.

Berjalan lurus itu mudah di awal, tapi sulit dijaga hingga akhir.
Istiqamah berarti sabar dalam taat, sabar meninggalkan maksiat, dan sabar menghadapi ujian.

Setiap hari mungkin terasa biasa. Tapi justru dalam keseharian itulah Allah menilai siapa yang sungguh-sungguh mencintai-Nya.

Rasulullah ﷺ bersabda:
"Katakanlah, aku beriman kepada Allah, lalu beristiqamahlah!"
(HR. Muslim)

Penutup: Jalan Terdekat Itu Sudah di Depan Kita

Banyak orang mengira jalan menuju Allah itu jauh. Padahal sesungguhnya, jalan itu sudah ada di hadapan kita: menetapi kewajiban, memegang syariat, dan istiqamah dalam takwa.

Jangan mencari jalan lain. Jangan menunggu nanti.

Setiap sujudmu, setiap istighfarmu, setiap air mata tobatmu — adalah langkah-langkah kecil yang mendekatkanmu kepada-Nya.
Hari ini. Sekarang. Mulailah.

Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
(Penulis Buku Gizi Spiritual dan Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo)

Opini

×
Berita Terbaru Update