Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Inilah Tiga Kesadaran yang Dibutuhkan Umat

Minggu, 16 Februari 2025 | 08:12 WIB Last Updated 2025-02-16T01:12:50Z
TintaSiyasi.id -- Cendekiawan Muslim Ustaz Ismail Yusanto memaparkan tiga kesadaran yang dibutuhkan umat saat ini.

"Pertama kesadaran historis. Karena umat Islam sekarang, tidak bisa dilepaskan dari umat Islam di masa lalu," ungkapnya di kanal YouTube UIY Official, Jumat (14/2/2025), Mau Bangkit? Umat Butuh 3 Kesadaran.

Ia mengatakan, apa yang terjadi sekarang, sesungguhnya terkait erat dengan apa yang terjadi di masa lalu. Dengan demikian, karena itu jika igin mengetahui mengapa umat Islam menjadi seperti sekarang ini, jawabannya sesungguhnya ada di masa lalu. Semua sudah tahu bahwa umat Islam ini hari begitu rupa lemah atau mundur di segala bidang, terutama di bidang politik itu karena umat tidak lagi hidup dalam kehidupan Islam.

Ia menjelaskan, umat Islam hari ini tidak lagi dipimpin oleh seorang pemimpin yang semestinya memimpin. Kemudian tidak hidup dalam sebuah institusi yang sesuai dengan ajaran Islam, itulah khilafah, selepas Khilafah Utsmani tahun 1924 runtuh.

"Nah karena itu, meski juga kemudian umat harus memahami, kenapa dia (khilafah) bisa runtuh. Kaka kesadaran historis akan menentukan bagaimana umat itu membaca situasi ini hari. Bahwa situasi ini hari semua adalah akibat dari sebuah sebab yang lebih besar. Karenanya, maka ketika umat itu berusaha untuk mencari penyelesaian atau mencari solusi di atas berbagai persoalan yang dihadapi ini hari itu atau berpulang kepada apa yang dia pahami sebagai penyebab itu gitu," tegasnya.

Ia mengungkapkan, fakta sejarah yang sebenarnya, negeri ini dibangun dengan spirit Islam. Mulai dari kebangkitan nasional itu sesungguhnya dipelopori oleh Sarekat Islam. Kemudian penyelenggaraan pendidikan itu di pelopori Kiai Haji Ahmad Dahlan, Islam. 

"Kemudian Khilafah Utsmani runtuh lalu respon (tokoh Muhammadiyah, Al Irsyad, Syarikat Islam) seperti apa itu Islam, lalu kalau kita bicara tentang TKR TNI PKR oleh PETA, kemudian Hizbullah itu Islam," ungkapnya.

Kemudian, ia menambahkan, konstituante itu sesungguhnya berdasarkan Islam, resolusi jihad Islam, kemudian bagaimana Bung Karno itu menemui Kiai Haji Hasyim Ashari untuk menanyakan respon yang ditampakkan ketika mengetahui bahwa Belanda akan masuk lagi Indonesia itu juga semangatnya Islam, semuanya Islam.

"Nah kalau dibiarkan begitu saja maka negeri ini itu menjadi memang betul-betul sesuai fakta itu Islam, spirit Islam, karena itulah maka ada upaya yang sangat jelas apa yang kita sering disebutkan sebagai penguburan dan pengaburan sejarah," urainya.

Kedua, kesadaran politik. Ketika sudah tahu bahwa dulunya umat Islam ini begini (masa lalu), lalu menjadi begini (sekarang), karena seperti yang tadi sudah disampaikan (tidak memiliki pemimpin dan institusi) maka di situ umat pasti akan bicara tentang harusnya hidup di dalam kehidupan Islam.

"Kehidupan Islam itu, kehidupan yang didalamnya diatur dengan syariah secara kaffah. Ketika seorang Muslim itu punya kesadaran bahwa tidak boleh dirinya dan masyarakat, negaranya diatur kecuali dengan Islam, itulah yang saya maksud sebagai kesadaran politik. Bahwa mestinya umat Islam itu diatur dengan Islam," tegasnya.

Ketiga, kesadaran partisipasi. Setelah tahu bahwa umat Islam itu harus diatur dengan syariat Islam saja, sementara dia (umat) menyaksikan ini hari itu tidak terjadi, maka mustinya umat akan bergerak untuk melakukan perubahan. Perubahan, guna mewujudkan tatanan kehidupan yang berdasarkan aturan Islam.

Ia menjelaskan, dorongan umat melakukan partisipasi (perubahan) adalah akidah. Akidah yang membawa mereka kepada kesadaran bahwa tidak ada kebaikan kecuali hidup ini sesuai dengan Islam. Diatur dengan Islam, dan untuk Islam. Di sinilah pentingnya penanaman tauhid. Penjelasan akidah yang kokoh tetapi sekaligus juga akidah yang produktif
Artinya, akidah yang mendorong amal. 

"Kalau di dalam konteks perjuangan, ya kita yang mendorong orang itu untuk bergerak, berpartisipasi di dalam perubahan itu. Nah itu yang paling penting," terangnya.

Karena itulah, kata UIY, umat Islam tidak bisa memisahkan antara amal dengan iman, iman dengan amal. Menjelaskan tentang akidah, harus diikuti dengan buah dari akidah itu yaitu ketundukan atau ketaatan pada syariah. Sebaliknya juga kalau bicara tentang pentingnya seorang Muslim melaksanakan syariah harus didasarkan kepada dorongan keimanan.[] Alfia Purwanti

Opini

×
Berita Terbaru Update