Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Kiai Shiddiq Al-Jawi Beberkan Fikih Sosmed

Kamis, 23 Januari 2025 | 17:37 WIB Last Updated 2025-01-23T10:37:57Z

Tintasiyasi.ID -- Ahli Fikih Islam K.H. Shiddiq Al-Jawi membeberkan Fikih terkait sosmed (social media) yang meliputi pokok bahasan pengertian sosmed, hukum-hukum umum terkait sosmed, dan berbagai hukum terkait sosmed.

 

“Saya akan membahas fikih sosmed yang meliputi pokok bahasan pengertian sosmed, hukum-hukum umum terkait sosmed, dan berbagai hukum terkait sosmed,” tuturnya, Kamis (23/01/2025), di YouTube Ngaji Shubuh bertajuk Fikih Sosmed.

 

Pengertian Sosmed

 

“Sosmed adalah pelantar digital (platform digital) secara online yang memfasilitasi penggunanya untuk saling berinteraksi atau bersosialisasi dengan cara membagikan berbagai sarana ekspresi konten, seperti berita, tulisan (ide), foto, video, dan sebagainya,” kutipnya dari Wikipedia.

 

Definisi sosmed (وَسَائِلُ التَّوَاصُلِ الإْجَتْمَاعِيٌّ):

وَسَائِلُ التَّوَاصُلِ الإْجَتْمَاعِيٌّ هِيَ مَنْظُومَةٌ مِنْ الشَّبَكَاتِ الْإِلِكْتِرُونِيَّةِ الَّتِي تَسْمَحُ لِلْمُشْتَرِكِ فِيهَا بِإِنْشَاءِ مَوْقِعٍ خَاصٍّ بِهِ، وَمِنْ ثَمَّ رَبْطُهُ مِنْ خِلَالِ نِظَامٍ اجْتِمَاعِيٍّ إِلِكْتِرُونِيٍّ مَعَ أَعْضَاءِ الْآخَرِينَ لَدَيْهِمْ الِاهْتِمَامَاتُ وَالْهِوَايَاتُ نَفْسُهَا،

فَهِيَ شَبَكَاتٌ اجْتِمَاعِيَّةٌ تَفَاعُلِيَّةٌ تُتِيحُ التَّوَاصُلَ لِمُسْتَخْدِمِيهَا فِي أَيِّ وَقْتٍ يَشَاؤُونَ وَفِي أَيِّ مَكَانٍ مِنْ الْعَالَمِ، وَظَهَرَتْ عَلَى شَبَكَةِ الِانْتَرْنِتْ مُنْذُ سَنَوَاتٍ قَلِيلَةٍ وَغَيَّرَتْ فِي مَفْهُومِ التَّوَاصُلِ وَالتَّقَارُبِ بَيْنَ الشُّعُوبِ وَاكْتَسَبَ اسْمَهَا الِاجْتِمَاعِيَّ كَوْنُهَا تُعَزِّزُ الْعَلَاقَاتِ بَيْنَ بَنِي الْبَشَرِ،

وَتُعَدُّ فِي الْآوِنَةِ الْأَخِيرَةِ وَظِيفَتَهَا الْإِجْتِمَاعِيَّةَ لِتُصْبِحَ وَسِيلَةً تَعْبِيرِيَّةً وَاحْتِجَاجِيَّةً

 

Definisi sosmed adalah suatu sistem jaringan elektronik yang memungkinkan anggotanya membuat situs web-nya sendiri, dan kemudian menghubungkannya melalui sistem sosial elektronik dengan anggota lain yang mempunyai minat dan hobi yang sama.

 

Definisi lain media sosial adalah jejaring sosial interaktif yang memungkinkan penggunanya berkomunikasi kapan saja mereka mau dan di mana saja di dunia.


“Media sosial ini muncul di internet beberapa tahun yang lalu dan mengubah konsep komunikasi dan pendekatan hubungan antarmasyarakat dan memperoleh nama sosialnya karena memperkuat hubungan antar manusia. Belakangan ini, fungsi sosialnya dianggap sebagai sarana ekspresi dan protes,” kutipnya dari Wizarat At-Tanmiyyah Al-Ijtima’iyyah ‘Umman, Atsaru Istikhdam Wasā`il Al-Tawāshul Al-Ijtimā’i ‘Ala Tanasyu`ati Al-Thifli fi Al-Mujtama’ Al-’Ummani, hlm. 49-50).

 

Definisi Sosmed (وَسَائِلُ التَّوَاصُلِ الإجَتْمَاعِيٌّ) lainnya:

 

وَسَائِلُ التَّوَاصُلِ الإجَتْمَاعِيٌّ هِيَ مَجْمُوعَةٌ مِنْ الْمَوَاقِعِ عَلَى شَبَكَاتِ الْإِنْتَرْنِتْ الَّتِي تُتِيحُ الْأَفْرَادَ فِي بِنْيَةِ مُجْتَمَعٍ افْرَاضِيٍّ، يَجْمَعُ بَيْنَ أَفْرَادِهَا إِهْتِمَامٌ مُشْتَرَكٌ يَتِمُّ التَّوَاصُلُ بَيْنَهُمْ مِنْ خِلَالِ الرَسَائِلِ وَ الْإِطْلَاعِ عَلَى الْمِلَفَّاتِ الشَّخْصِيَّةِ، وَمَعْرِفَةِ أَخْبَارِهِمْ وَمَعْلُومَاتِهِمْ الَّتِي يُتِيحُونَهَا لِلْعَرْضِ

 

“Media sosial adalah sekelompok situs di jaringan internet yang memungkinkan individu-individu untuk berpartisipasi dalam struktur komunitas virtual, yang menggabungkan kepentingan bersama di antara mereka, dan yang berkomunikasi satu sama lain melalui surat, atau melalui peninjauan atas arsip-arsip pribadi, serta berita dan informasi tentang mereka sesuai apa yang mereka tampilkan,” kutipnya dari Markaz Nun li Al-Ta`līf wa Al-Tarjamah, Fiqh Al-Tawāshul Al-Ijtimā’i, Beirut : Jam’iyyah Al-Ma’arif Al-Islamiyyah Al-Tsaqafiyyah, hlm. 13).

 

Kiai Shiiddiq memberikan contoh-contoh sosmed di antaranya Facebook, Instagram, LinkedIn, Pinterest, Snap Chat, X, TikTok, YouTube, Whatsapp.

 

Hukum-Hukum Umum Seputar Sosmed

 

Pertama, sebagai sarana (al-wasīlah), sosmed hukum asalnya adalah mubāh (dibolehkan syariat), dan tidak diharamkan kecuali berdasarkan dalil khusus. Kaidah fikih menyatakan :

 

الْأَصْلُ فِي الْأَشْيَاءِ الْإِبَاحَةُ مَا لَمْ يَرِدْ دَلِيْلُ التَّحْرِيمِ

 

“Hukum asal untuk benda (materi) adalah mubah selama tidak terdapat dalil khusus yang mengharamkan.” (Taqiyuddin An-Nabhani, Al-Syakhshiyyah Al-Islamiyyah, 3/28).

Kedua, walaupun hukum asalnya mubāh (dibolehkan syariat), jika penggunaan sosmed mengakibatkan terjadinya keharaman, maka hukumnya haram:


 اَلْوَسِيْلَةُ إِلَى الْحَرَامِ حَرَامٌ

 

“Segala wasīlah (perantaraan, baik berupa benda maupun perbuatan) yang membawa kepada yang haram, hukumnya haram.”

 

Ia memberikan dengan dua syarat: (1) ada dugaan kuat wasīlah itu membawa kepada yang haram, (2) ada dalil syar’i untuk sesuatu yang diharamkan itu. (Taqiyuddin An-Nabhani, Nizhāmul Islām, hlm. 94).

 

Ketiga, sosmed sebagai sarana (al-wasīlah), hukum penggunaannya mengikuti hukum tujuan penggunaannya. Kaidah fikih menyatakan:

 

اَلْوَسَائِلُ تَتْبَعُ الْمَقَاصِدَ فِيْ أَحْكَامِهَا

 

“Segala sarana itu hukumnya mengikuti tujuan-tuannya.” (M. Shidqi Al-Burnu, Mausū’ah Al-Qawā’id Al-Fiqhiyyah, 12/199)

 

Keempat, walaupun hukum asalnya mubah (dibolehkan syariat), jika penggunaan sosmed mengakibatkan terjadinya bahaya (madarat), maka hukumnya haram :

 

اَلْأَصْلُ فِي الْمَضَارِّ اَلتَّحْرِيْمُ

 

“Hukum asal untuk segala sesuatu yang berbahaya (al-madhār) adalah haram.” (Taqiyuddin An-Nabhani, Al-Syakhshiyyah Al-Islāmiyyah, 3/458).

 

Kelima, jika satu kasus tertentu mengakibatkan bahaya (madarat), sedang secara umum hukumnya boleh, maka hukumnya haram hanya untuk kasus tertentu itu saja:

 

كُلُّ فَرْدٍ مِنْ أَفْرَادِ اْلأَمْرِ الْمُبَاحِ إذَا كَانَ ضَارّاً أَوْ مُؤَدِّياً إِلى َضَرَرٍ حُرِّمَ ذَلِكَ الْفَرْدُ وَظَلَّ اْلأَمْرٌ مٌبَاحًا

 

“Setiap-tiap kasus dari perkara pokok yang hukumnya mubah, jika dia berbahaya atau dapat membawa kepada bahaya, maka kasus itu saja yang diharamkan, sedang perkara pokoknya tetap mubah.” (Taqiyuddin An-Nabhani, Al-Syakhshiyyah Al-Islāmiyyah, 3/462).

 

Keenam, jika satu kewajiban tidak dapat dilaksanakan kecuali dengan cara (uslūb) atau sarana (wasīlah) yang tertentu, maka cara (uslūb) atau sarana (wasīlah) tertentu itu menjadi wajib pula hukumnya. Kaidah fikihnya:

 

مَا لاَ يَتِمُّ الْوَاجِبُ إلَّا بِهِ فَهُوَ وَاجِبٌ

 

“Segala kewajiban yang tidak dapat terlaksana kecuali dengan sesuatu, maka sesuatu itu menjadi wajib pula hukumnya.” (Taqiyuddin An-Nabhani, Al-Syakhshiyyah Al-Islāmiyyah, 3/43).

 

Keenam, jika satu kewajiban tidak dapat dilaksanakan kecuali dengan cara (uslūb) atau sarana (wasīlah) yang tertentu, maka cara (uslūb) atau sarana (wasīlah) tertentu itu menjadi wajib pula hukumnya. Kaidah fikihnya :

 

مَا لاَ يَتِمُّ الْوَاجِبُ إلَّا بِهِ فَهُوَ وَاجِبٌ

 

“Segala kewajiban yang tidak dapat terlaksana kecuali dengan sesuatu, maka sesuatu itu menjadi wajib pula hukumnya.” (Taqiyuddin An-Nabhani, Al-Syakhshiyyah Al-Islāmiyyah, 3/43).

 

Ketujuh, hukum untuk apa yang ditulis, baik tulisan tangan biasa seperti dalam bentuk surat, atau tulisan digital, seperti tulisan di pesan WA, e-mail, Facebook, dsb, sama dengan hukum untuk apa yang diucapkan dengan lisan (ucapan). Kaidah fikihnya:

 

اَلْكِتَابُ كَالْخِطَابِ

 

“Tulisan hukumnya sama dengan lisan (ucapan).”

(Jalaluddin As-Suyuthi, Al-Asybah wa Al-Nazha`ir, hlm. 308)

 

Berbagai Hukum Syarak Terkait Sosmed

 

Pertama, seorang Muslim pengguna sosmed, wajib mempunyai rasa tanggung jawab pada dirinya, sehingga wajib memastikan kebenaran berita atau informasi yang akan disebarkannya. (Ishmet Al-Hammūri, Al-Ādāb Al-Syar’iyyah Li [i]stikhdām Wasā`il Al-Tawāshul Al-Ijtimā’i, hlm. 4). Firman Allah Swt:

 

مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ اِلَّا لَدَيْهِ رَقِيْبٌ عَتِيْدٌ

 

“Tidak ada suatu kata yang diucapkannya melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat).” (QS Qāf: 18).

 

Sabda Rasullah saw.:

 

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُت

 

Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah ia berkata baik atau hendaklah ia diam. (HR Al-Bukhari, no. 6018; Muslim, no. 47)

 

Kedua, tidak boleh menyebarkan berita dari orang Muslim yang fasik (tidak taat), kecuali setelah melakukan tabayun (pemeriksaan berita secara teliti).(Ishmet Al-Hammūri, Al-Ādāb Al-Syar’iyyah Li [i]stikhdām Wasā`il Al-Tawāshul Al-Ijtimā’i, hlm. 4). Firman Allah Swt.: 

 

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنْ جَاۤءَكُمْ فَاسِقٌۢ بِنَبَاٍ فَتَبَيَّنُوْٓا اَنْ تُصِيْبُوْا قَوْمًاۢ بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوْا عَلٰى مَا فَعَلْتُمْ نٰدِمِيْنَ

 

Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik datang kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu. (QS Al Hujurat: 6).

 

Ketiga, makruh hukumnya menyebarkan berita dari sumber yang tidak jelas (bersumber dari “katanya”). (Taqiyuddin An-Nabhani, Hadīts Ash-Shiyām, hlm. 117)

 

Sabda Rasulullah saw.:

 

 إنَّ اللَّهَ كَرِهَ لَكُمْ ثَلَاثًا: قيلَ وَقالَ، وإضَاعَةَ المَالِ، وَكَثْرَةَ السُّؤَالِ

 

Sesungguhnya Allah membenci kamu tiga perkara; (menyebarkan berita) dari katanya katanya, menyia-nyiakan harta, dan banyak bertanya. (HR Bukhari, no. 1477, Muslim, no. 593)

 

Keempat, tinggalkan segala bentuk berita atau informasi yang meragukan, dan hendaknya menuju pada apa yang tidak menimbulkan keraguan.

 

Sabda Rasulullah saw.:

 

دَعْ مَا يَرِيْبُكَ إِلَى مَا لاَ يَرِيْبُكَ. رَوَاهُ التِّرْمِذِي وَالنَّسَائِي وَقَالَ التِّرْمِذِيّ: حَدِيْثٌ حَسَنٌ صَحِيْحٌ

 

Tinggalkanlah sesuatu yang membuatmu ragu, dan kerjakanlah sesuatu yang tidak membuatmu ragu. (HR At Tirmidzi dan An-Nasa’i. Imam At-Tirmidzi berkata, ”Hadis ini derajatnya hasan sahih).

 

Kelima, tidak boleh menyebarkan berita yang menyangkut kehormatan seorang Muslim, yang dapat menimbulkan kerusakan di masyarakat. Firman Allah Swt.:

 

اِذْ تَلَقَّوْنَهٗ بِاَلْسِنَتِكُمْ وَتَقُوْلُوْنَ بِاَفْوَاهِكُمْ مَّا لَيْسَ لَكُمْ بِهٖ عِلْمٌ وَّتَحْسَبُوْنَهٗ هَيِّنًاۙ وَّهُوَ عِنْدَ اللّٰهِ عَظِيْمٌ ۚ وَلَوْلَآ اِذْ سَمِعْتُمُوْهُ قُلْتُمْ مَّا يَكُوْنُ لَنَآ اَنْ نَّتَكَلَّمَ بِهٰذَاۖ سُبْحٰنَكَ هٰذَا بُهْتَانٌ عَظِيْمٌ

 

(Ingatlah) ketika kamu menerima (berita bohong) itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit pun, dan kamu menganggapnya remeh, padahal dalam pandangan Allah itu soal besar. Dan mengapa kamu tidak berkata ketika mendengarnya, "Tidak pantas bagi kita membicarakan ini. Mahasuci Engkau, ini adalah kebohongan yang besar." (QS An-Nur : 15-16).


Keenam, tidak setiap yang kita ketahui, kita sebarkan kepada orang lain.

 

Sabda Rasulullah saw.:

 

 كَفَى بِالْمَرْءِ كَذِبًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ

 

Cukup seseorang dianggap berdusta jika dia menceritakan setiap apa saja yang dia dengar. (HR Muslim, Abu Dawud, dan Ibnu Hibban)

 

Ketujuh, tidak boleh menyebarkan info atau data pribadi dari seseorang (nama, no HP, Alamat rumah, dsb), kecuali dengan izinnya. Firman Allah Swt.:

 

وَّلَا تَجَسَّسُوْا

 

Janganlah kamu mencari-cari berita (melakukan kegiatan mata-mata). (QS Al-Hujurat : 12)

 

Kedelapan, dianjurkan (sunah hukumnya) menutupi aib seorang Muslim, khususnya Muslim yang diketahui selama ini berkelakuan baik (dzawil hai’at).  Sabda Rasulullah saw.:

 

مَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ

 

Barang siapa menutupi aib seorang Muslim, maka Allah akan menutupi aib orang tersebut di dunia dan akhirat. (HR Ibnu Majah).

 

Adapun jika seorang Muslim selama ini diketahui tidak berkelakuan baik, maka sunah membuka aibnya kepada masyarakat. (Imam Nawawi, Syarah Muslim, 16/135).)

 

Kesembilan, tidak boleh menghina atau merendahkan sesama Muslim dalam sosmed, sesuai firman Allah Swt.:

 

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّنْ قَوْمٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُوْنُوْا خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَاۤءٌ مِّنْ نِّسَاۤءٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّۚ

 

Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan) perempuan lain (karena) boleh jadi perempuan (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok). (QS Al-Hujurat: 11)

 

Kesepuluh, tidak apa-apa mengkritik penguasa di muka umum, seperti kritik via berbagai sosmed. Dalilnya adalah kemutlakan nas-nas mengenai muhasabah lil hukkam (mengoreksi penguasa), yang membolehkan sarana atau cara apa saja untuk menyampaikan kritik.

 

Misalnya, sabda Nabi saw.:


أَفْضَلُ الْجِهَادِ، كَلِمَةُ عَدْلٍ عِنْدَ سُلْطَانٍ جَائِرٍ

 

Seutama-utama jihad adalah menyampaikan kalimat yang adil (haq) kepada penguasa (sultan) yang zalim. (HR Abu Dawud 4346, Tirmidzi no 2265, dan Ibnu Majah no 4011).

Kesebelas, menggunakan musik dan lagu (nyanyian) sebagai latar belakang suara untuk konten sosmed, boleh hukumnya, sesuai hukum dasar untuk musik dan lagu, yaitu boleh selama tidak terdapat unsur-unsur yang mengharamkan, misalnya makna syair (lirik) yang bertentangan dengan Islam. 

 

Dalil bolehnya musik dan lagu, antara lain hadis sbb:


Dari Rubayyi’ binti Mu’awwidz ra. dia berkata:

عن الرُّبَيِّع بنت مُعَوِّذ قالت : جَاءَ النبيُّ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ فَدَخَلَ حِينَ بُنِيَ عَلَيَّ، فَجَلَسَ علَى فِرَاشِي كَمَجْلِسِكَ مِنِّي، فَجَعَلَتْ جُوَيْرِيَاتٌ لَنَا، يَضْرِبْنَ بالدُّفِّ ويَنْدُبْنَ مَن قُتِلَ مِن آبَائِي يَومَ بَدْرٍ، إذْ قالَتْ إحْدَاهُنَّ: وفينَا نَبِيٌّ يَعْلَمُ ما في غَدٍ، فَقالَ: دَعِي هذِه، وقُولِي بالَّذِي كُنْتِ تَقُولِينَ .رواه البخاري ، وأحمد ، والبيه 

 

Nabi saw. mendatangi pesta perkawinanku, lalu beliau duduk di atas dipan seperti dudukmu denganku, lalu mulailah beberapa orang hamba sahaya perempuan kami memukul gendang dan mereka menyanyi dengan memuji orang yang mati syahid pada perang Badar.


Tiba-tiba salah seorang di antara mereka berkata, “Di antara kita ada Nabi saw. yang mengetahui apa yang akan terjadi kemudian.” Maka Nabi saw. bersabda, “Tinggalkan omongan itu. Teruskanlah apa yang kamu (nyanyikan) tadi.” (HR Bukhari, Ahmad, dan Baihaqi).

 

Kedua belas, menggunakan gambar, baik lukisan atau foto sebagai ilustrasi untuk konten sosmed, boleh hukumnya, dengan syarat-syarat:

Pertama, foto atau lukisan tsb bukan foto/lukisan porno.

Kedua, jika konten creator membuat lukisan/gambar sendiri, tidak boleh membuat gambar/lukisan dari makhluk bernyawa (seperti manusia atau hewan).

Ketiga, boleh konten creator membuat lukisan/gambar sendiri, jika objeknya bukan makhluk bernyawa, misalnya tumbuhan, bangunan, mobil, dsb.

Keempat, boleh konten creator membuat lukisan/gambar melalui AI (artificial intelligence), jika objeknya bukan makhluk bernyawa. Wallahu a’lam.[] Rere

Opini

×
Berita Terbaru Update