"Walaupun bisa dikatakan secara sistem tadi memang masing-masing akan mengambil kebijakan sendiri, tapi sebagaimana kita lihat ya, gambaran secara umum bisa kita pahami bahwa semakin ke sini semakin kelihatan komersialisasi pendidikan untuk masuk di kedokteran," ungkapnya dalam TintaSiyasi Channel dengan tema Dugaan Perundungan Mahasiswa PPDS, Inikah Dampak Pendidikan Seluler?, Jumat (06/09/2024).
Ia mengungkapkan, fakta untuk hanya sekadar uang masuk saja untuk melanjutkan pendidikan di bidang kedokteran bisa mencapai ratusan juta per orang. Ditambah lagi adanya sistem pendidikan internship di kedokteran tersebut, menambah panjangnya waktu pembelajar bagi calon dokter.
"Kita tidak bisa langsung kemudian menerapkan atau mengaplikasikan ilmunya, harus ada ujian kompetensi dan sebagainya. Sistem itu justru bukan memberikan kemudahan kepada dokter-dokter, tapi malah semakin ke sini semakin sulit," ia menuturkan.
Hal ini menurutnya, karena negeri ini memiliki paradigma kapitalisme demokrasi yang mempertimbangkan keuntungan dalam segala hal termasuk di bidang pendidikan. Sehingga wajar jika ada orang yang mengatakan hanya orang yang mampu saja yang bisa sekolah. “Sangat tampak sekali komersialisasi pendidikan dampaknya bagi peserta didik yang memiliki latar belakang kurang mampu,” ungkapnya.
"Ya, itu secara ekonomi. Jadi memang kelihatan bahwa walaupun anak-anak kita pintar saat ini, kalau tidak punya uang itu akan susah menembus fakultas kedokteran," ia melanjutkan.
"Nah, kalau pun dikatakan ada jalur khusus yang orang bisa masuk tanpa tes dengan biaya yang rendah itu kan kuotanya sangat minim dibandingkan dengan perbandingan jumlah penduduk Indonesia secara keseluruhan tentunya," pungkasnya.[] Fadhilah Fitri