Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Akar Masalah Judi Online Adalah Pemikiran Materialisme

Senin, 01 Juli 2024 | 14:58 WIB Last Updated 2024-07-01T07:58:41Z
TintaSiyasi.com -- Menanggapi pernyataan Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi yang mengatakan jumlah pemain judi online di Indonesia kini sudah menembus 2,7 juta orang, Pendakwah Ustaz Felix Siauw menjelaskan akar masalahnya adalah pemikiran materialisme dalam diri seseorang.

"Akar masalah yang menurut saya secara pribadi adalah ketika orang-orang itu, mereka disuruh untuk mikir tentang materialisme," ujarnya di kanal YouTube Novel Baswedan: Orang Sholeh Jangan Diam Ketika Kemaksiatan Merajalela, Sebelum Kita Diazab, Jumat (28/6/2024).

Ia memaparkan, ketika seseorang berhasil dicekoki dengan sebuah pandangan materialisme, maka mindset keberhasilan adalah keberhasilan fisik. Bahwasanya ketika mereka bisa mempunyai mobil dua, maka hal tersebut lebih mulia daripada yang mempunyai mobil satu. Ketika mereka mempunyai rumah besar, maka hal tersebut lebih keren daripada yang ngontrak. Ketika mereka bisa pergi ke luar negeri, maka hal tersebut lebih hebat daripada enggak pergi ke luar negeri.

"Nah, lawan daripada materialisme adalah apa yang ditunjuk oleh Rasulullah, yang dibangun peradabannya oleh Rasulullah bahwa mulianya kamu adalah karaktermu, mulianya kamu adalah bagaimana cara kamu menghandle harta atau ketika kamu menghandle tidak punya harta. Bagaimana cara kamu meng-handle ibumu, ketika ibumu lagi marah atau ibumu lagi enggak marah dan seterusnya. Jadi, bagaimana respon terhadap segala sesuatu situasi. Itu yang Rasulullah ajarkan, yaitu karakter" paparnya.

Kalau manusia kaya, maka dia akan jujur lanjutnya. Kalau dia miskinpun, maka dia akan tetap berlaku jujur. Begitulah yang dibangun oleh Islam, yaitu peradaban non fisik. Sedangkan, peradaban-peradaban di masa Rasulullah SAW hidup pada saat itu adalah peradaban materialistis. Misalnya ketika di saat yang sama peradaban Islam hanya berbentuk kotak, karena Masjid Nabawi dibuat kotak dan Ka'bah juga kotak, maka peradaban Byzantium pada saat itu sudah Hagia Sofia. Peradaban Persia dan kota-kota metropolisnya yang sudah luar biasa.

"Mereka menganggap bahwa fisik itu adalah pemuas. Nah, ini membuat orang-orang jadi akhirnya berpikir dengan cara yang salah. Di dalam Al-Qur'an bahwasanya influencer memainkan pengaruh besar di sini. Nah, influence nya siapa? Dalam masalah waktu zamannya Nabi Musa dan Firaun, yaitu Qorun," kisahnya.

Maka, di dalam Al-Qur'an lanjutnya, ketika Qarun membawa hartanya, lantas orang-orang keluar untuk melihat Qorun membawa hartanya dan mereka bicara, 'Wah ingin saya seperti Qorun, enak banget hidupnya.'

"Dan ini yang terjadi sekarang ini kompleksitas. Ketika orang mulai ingin kemudian untuk punya harta dan memandang segala sesuatu mulia dengan harta, maka dia mulai bermasalah. kayaknya handphone saya belum di update nih tahun ini. Dia mulai punya masalah ketika iphone-nya iPhone 12 sementara yang keluar paling baru iPhone 15 misalnya atau iPhone berapa?," lanjutnya.

Ia memberi contoh bahwa manusia akan merasa bermasalah ketika motornya sudah sepuluh tahun belum bisa diganti baru. Manusia akan merasa bermasalah saat mereka tidak bisa pergi keluar negeri. Mereka akan menjadi masalah dengan apapun yang awalnya mereka tidak ada masalah. Alhasil, mereka berjudi. 

"Akhirnya ada yang motivasi, lu kayak gua aja nih, gua slot misalnya dan segala macam. Akhirnya, dia melakukan hal-hal seperti ini. Nah, maka problematika ini berangkat dari salah berpikir kemudian menjadi permasalahan publik kemudian menjadi permasalahan negara," pungkasnya.[] Nabila Zidane

Opini

×
Berita Terbaru Update