Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Palestina Butuh Solusi Paripurna, Tidak Cukup Dipandang Saja

Sabtu, 15 Juni 2024 | 07:57 WIB Last Updated 2024-06-15T00:57:24Z


Tintasiyasi.id.com -- Aksi bela Palestina terus dilakukan masyarakat di berbagai belahan dunia. Terlebih setelah muncul ungkapan All Eyes On Rafah. Semua mata tertuju pada Rafah. Di mana Rafah merupakan wilayah yang dianggap paling aman di Palestina sehingga sekitar 50% penduduk Gaza mengungsi di sana. Namun, nyatanya Yahudi Isr4el tetap mengarahkan senjatanya ke arah tenda-tenda pengungsi di sana.

Siapapun yang masih punya hati dan melek informasi, pasti akan merasa geram dengan kebrutalan Yahudi Isr4el atas umat Islam di Palestina. Masyarakat Amerika, Eropa, hingga Asia, kini terus menyuarakan pembelaan terhadap kaum muslimin Palestina. (Cnbcindonesia.com, 11-5-2024)

Di berbagai titik Nusantara pun ramai massa berkumpul demi menyuarakan Free Palestine dan Stop Genoside. (Kompas.com, 31-5-2024)

Berbagai aksi ini menunjukkan bahwa masyarakat dunia masih memiliki empati melihat kezaliman yang menimpa kaum muslimin di Palestina. Namun, perlu diperhatikan betul jangan sampai aksi ini berhenti pada solusi-solusi semu. 

Sudah semestinya aksi ini dimanfaatkan untuk menyadarkan umat bahwa masalah di Palestina bukan sekedar konflik antar kelompok, tapi ini masalah penjajahan. 

Aksi ini juga harus menjadi moment untuk menyadarkan umat bahwa para penguasa telah menjadi para pengecut dengan mencukupkan diri pada kecaman tanpa mengirimkan pasukan untuk mengusir penjajah Isr4el. Dan aksi solidaritas ini juga penting untuk membuka mata dunia bahwa solusi hakiki untuk Palestina bukan two state solution atau bahkan sekadar mengarahkan pandangan mata pada Palestina. 

Namun, solusi bagi para penjajah adalah dengan jihad mengusir para penjajah tersebut. Sedangkan mengusir para penjajah dan memerdekakan Palestina ini tidak mungkin tanpa adanya khilafah Islamiyah.

Penjajahan di Palestina, Masalah bagi Seluruh Umat Islam

Tanah Palestina merupakan tanah kharajiyah. Ia merupakan tanah wakaf kaum muslimin. Artinya, ketika ada pihak yang berusaha merampas tanah tersebut, maka kewajiban untuk mempertahankannya berada di pundak setiap kaum muslimin di dunia. Terutama umat Islam di wilayah terdekat dengan Palestina. Terlebih, Rasulullah SAW bersabda:

المُسْلِمُ أَخُو المُسْلِمِ، لاَ يَظْلِمُهُ، وَلاَ يَخذُلُهُ، وَلَا يَكْذِبُهُ، وَلَايَحْقِرُهُ.

"Seorang muslim adalah saudara untuk muslim lainnya. Karenanya, dia tidak boleh menzaliminya, menelantarkannya, berdusta, dan menghina yang lain." (HR Muslim)

Hadits senada juga menyebutkan:

الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لَا يَظْلِمُهُ وَلَا يُسْلِمُهُ

“Seorang muslim itu saudara bagi muslim yang lainnya, dia tidak menzaliminya dan tidak menyerahkannya (pada musuh).” (HR Bukhari).

Itu semua menunjukkan kewajiban kita kaum muslimin untuk peduli dengan masalah Palestina.

Tidak Cukup Memandang Saja

Adanya All Eyes On Rafah cukup membuka mata dunia atas kekejian perilaku zionis. Hanya saja, memandang dan menyuarakan pembelaan ini harus disertai dengan solusi tuntas atas persoalan Palestina. Umat Islam dan seluruh umat di dunia, tidak cukup hanya memandang pada Rafah ataupun Palestina secara utuh. Tidak hanya itu! 

Akan tetapi, butuh adanya pengiriman pasukan yang berupaya betul untuk mengusir zionis laknatullah dari bumi Palestina. Maka, aksi bela Palestina harus berisi seruan pada para penguasa muslim untuk mengirimkan tentaranya ke medan jihad Palestina. Tentara ini dikirim bukan sekedar untuk berjaga, tetapi riil untuk mengusir para penjajah zionis.

Sayangnya dalam sekat-sekat nasionalisme saat ini, para penguasa kaum muslimin terserang penyakit wahn . Mereka begitu cinta dengan dunia, cinta kekuasaan, cinta sanjungan, dan rela menjadi kaki tangan barat untuk memecah belah umat di bawah sekat nasionalisme. Mereka juga takut kematian, takut kekuasaannya digulingkan oleh negara superpower

Sehingga, untuk sekedar mengirim tentara saja mereka enggan. Yang mereka lakukan hanya mengutuk dan mengecam kelakuan biadab zionis. Mereka justru menjadi penjaga eksistensi zionis dengan menyerukan solusi dua negara two state solution. Padahal sejatinya, bukan itu yang dibutuhkan Palestina. 

Bagaimana mungkin umat membagi dua tanah wakaf tersebut dan memberikan 'sebagian'nya pada zionis laknatullah, sedangkan si perampas sendiri sebetulnya menginginkan untuk merampas 'semua' tanah Palestina? Betapa bodohnya umat jika memberi 'hati' bagi manusia-manusia zalim yang menginginkan 'jantung' umat?

Butuh Pemimpin Mobilisasi Tentara

Tidak bisa dielakkan lagi, bahwa solusi tuntas dan paripurna atas penjajahan di Palestina terwujud dengan memobilisasi pasukan dari berbagai negara. Dan untuk menggerakkan pasukan kaum muslimin yang jumlahnya besar ini butuh satu komando, butuh satu kepemimpinan. Komando untuk berjihad, menyerang dan mengusir penjajah ini hanya akan direalisasikan oleh kepemimpinan Islam yang disebut Khilafah Islamiyah.

Imam (Khalifah) dalam naungan khilafah inilah yang akan menjadi perisai bagi kaum muslimin. Jangankan genosida (pembunuhan masal), upaya untuk melecehkan seorang muslimah saja dibela oleh khalifah dengan mengirimkan tentara yang luar biasa besar. 

Wahai kaum muslimin, tidak kah kalian rindu dengan Khilafah 'ala minhajin nubuwwah yang akan melindungi seluruh umat dari berbagai bentuk kezaliman? Jika benar rindu, maka rasa rindu itu harus diwujudkan dengan berjuang mewujudkan khilafah yang dulu pernah runtuh di tangan kaki tangan barat. Saatnya berjuang. Jika tidak sekarang, kapan lagi? Apakah menunggu saudara kita dihabisi oleh zionis laknatullah? Bagaimana kita akan mempertanggungjawabkan sikap diam kita di hadapan Allah kelak? Wallahu'alam bishshowwab.[]

Oleh: Kholila Ulin Ni'ma, M.Pd.I
(Analis Mutiara Umat Institute)

Opini

×
Berita Terbaru Update