TintaSiyasi.com -- Ulama Aswaja Ustaz Abu Zaid mengatakan, masalah Palestina bukan masalah kemanusiaan, tetapi masalah penjajahan yang dilakukan oleh kaum kafir terhadap kaum Muslimin.
"Masalah Palestina bukan masalah kemanusiaan, bukan masalah-masalah diluar apa yang sering kita dengar, tetapi masalah Palestina adalah masalah penjajahan yang dilakukan oleh para penjajah kafir kepada kaum muslimin di tanah Islam," ungkapnya dalam orasi aksi bela Palestina di Kota Semarang Jawa Tengah, Sabtu (15/6/2024).
Ia menegaskan bahwa satu-satunya solusi permasalahan Palestina adalah khilafah. Sebab dijajahnya Palestina hingga hari ini, kemudian dilakukan genosida sedemikian rupa karena tidak adanya khilafah, karena tidak ada pelingdung bagi tanah Palestina tanah yang diberkahi. Tanpa khilafah maka Palestina tidak akan bisa dibebaskan kembali.
"Karena sejak pertama kali Palestina dibebaskan oleh khilafah kemudian dibebaskan juga dari pasukan Salib pada masa khilafah dan dipertahankan dari upaya-upaya Zionis untuk menguasainya oleh khilafah. Sementara saat ini, solusi yang ditawarkan oleh PBB yang berupa solusi dua negara, negara Palestina dan negara entitas penjajah Yahudi laknatullah. Seolah-olah kita punya rumah, kemudian rumah itu dimasuki perampok, kemudian perampok itu berhasil mengusir kita, dipojok-pojok teras rumah dalam keadaan kepanasan dan kehujanan," tututnya.
"Kemudian ketika kita protes melawan perampok itu, kemudian datang orang ketiga mengatakan kalian tidak usah ribut, tidak usah berperang rumah ini dibagi dua, perampok menguasai rumah, sementara kita disuruh dipojok teras saja dalam keadaan kehujanan, kepanasan, apakah itu masuk akal? Tidak. Solusi yang tidak masuk akal," sambungnya.
Lebih lanjut ia mengatakan, two state solution yang diberikan PBB tidak masuk akal karena solusi itu berasal dari penjajah. PBB itu adalah bentukan Amerika Serikat bersama sekutu yang menang perang pada tahun 1945. Sebenarnya PBBlah yang melahirkan perampok tanah Palestina yaitu entitas penjajah Yahudi laknatullah. PBB yang membesarkannya di bawah baby sitter para penguasa negara Arab, seperti Mesir, Saudi Arabia, Yordania dan sekitarnya.
"Merekalah para pengasuh baby sitter penjajah itu, yang melindungi penjajah itu supaya bisa tetap eksis merampok dan menguasai Palestina," cetusnya.
Sehingga, ia menjelaskan masyarakat bisa menyaksikan mengapa negara-negara seperti Mesir, Saudi Arabia, Iran, Turki, Yordania yang tentaranya sebanyak lebih dari 100.000 atau bahkan 100.000.000 dan senjata mereka sanggup meluluh lantahkan entitas penjajah. Muslimin di Timur Tengah kurang lebih 250 juta orang sementara penduduk entitas penjajah tidak lebih dari 10 juta orang. "Mengapa bisa 250 juta orang tidak bisa berbuat apa-apa kepada orang yang tidak lebih dari 10 juta?" tanyanya.
"Ini adalah fakta bahwa sesungguhnya tanpa khilafah kita tidak bisa melakukan apa-apa. Kita hanya bisa melakukan upaya seperti ini. Ini adalah upaya paling kecil dan paling lemah yang bisa kita lakukan, yang menunjukkan bahwa kita masih memihak pada kebenaran," pungkasnya. [] Alfia Purwanti