Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Adnan Khan: Israel Adalah Alat Penjajahan Amerika

Rabu, 29 Mei 2024 | 17:42 WIB Last Updated 2024-05-29T13:15:48Z
TintaSiyasi.id -- Pegamat Internasional asal Inggris Adnan Khan menyatakan, Israel adalah alat penjajahan Amerika yang dimanfaatkan untuk melangsungkan agenda-agenda Amerika di wilayah sekeliling Israel.

“Jadi, Israel adalah alat (penjajahan) Amerika. Mereka menggunakan Isrel bagaimanapun, dan Israel mengikuti agenda Amerika di wilayah itu,” ujarnya dalam wawancara eksklusif dengan judul, The Prospect Of Regional War, Islamic Oasis, Live#132, Sabtu (18/05/2024). 

Namun kenyataan di lapangan tidak seperti yang ditetapkan oleh Amerika. Tidak semua yang diharapkan Amerika berjalan mulus, sehingga terus mencari cara agar seluruh agenda Amerika  berlanjut seperti yang seharusnya diinginkan.

Amerika menginginkan agar Israel menghentikan perang di Palestina dari desakan berbagai negara-negara di dunia, tetapi jika Isrel melakukannya, kata Adnan, justru akan merusak usaha Isrel yang telah 50 tahun mengumpulkan kekuatan untuk mempertahankan hak-haknya di Palestina. 

“Itulah hakikatnya yang menjadi persoalan yang mereka berdua miliki,” tegasnya. 

Hingga hari ini lanjut Adnan, setidaknya ada tiga rencana yang menjadi tujuan murni dalam peristiwa genosida di Palestina.

Pertama, dari sisi Amerika sendiri. Menurut Adnan,  Isr4hell sangat menginginkan warga Gaza seluruhnya pergi ke daerah Gurun, tetapi Amerika menolak hal itu. 

Karena Amerika memiiki kesepakatan dengan Arab yang sedang membicarakan kepada Israel dan Hamas agar keduanya melakukan genjatan senjata regular. Kemudian saling mengembalikan sandera, lalu kemudian setelah pendudukan (baca: penjajahan) yang sangat lama, muncullah solusi dua negara (two states).

Dengan demkian, Amerika merasa harus tetap mengendalikan negara-negara ketiga dengan kerjasama maupun perundingan. Khususnya dengan negara yang menghasilkan banyak emas untuk bisa berinvestasi di dalamnya, sehingga secara efektif dengan mulus mengatur kondisi Gaza.

Seterusnya, situasi di Palestina menjadikan iklim politik di Amerika dilema. Sebab apapun yang dilakukan oleh penguasa Amerika akan berdampak pada momen Pemilu mendatang. Jelas sangat tidak baik untuk prospek bagi para calon kandidat Pemilu yang akan berkompetisi. Apalagi dalam kenyataannya, banyak warga Evangelical Christian di Amerika yang mendukung Israel.

“Jika anda bersama sekeliling kelompok anti-Israel, karena banyak orang-orang Evangelical Christian yang mendukung Israel. Permasalahan Amerika adalah pada momen ini terkait Pemilu tahunan dan tentu ini tidak bagus untuk prospek pemilu mendatang bagi anda. Walapun anda bisa saja memberikan hukuman bagi Isr4hell,” bebernya Adnan. 

Kedua, Israel sebenarnya kini memiliki agenda tersendiri. Israel tidak membocorkan semua agendanya, karena Amerika dapat memaksakan banyak hal.

“Jadi, apa yang Anda saksikan hari ini adalah bahwa Israel sebenarnya memiliki agenda tersendiri. Israel tidak ingin meraih semua agendanya karena Amerika dapat memaksakan banyak hal jika menginginkannya. Kita telah juga mendengar, bahkan dalam beberapa dukungan terhadap Israel mengatakan, oh tidak! Israel itu sedang membangun kembali dan me-repopulasi Gaza,” jelasnya lanjut. 

Israel kata Adnan, saat ini tidak peduli dengan apapun yang dikatakan oleh Amerika apalagi negara lain, yang berlawanan dengannya. 

Ketiga, poin sukses bagi Israel para penguasa Muslim di Timur Tengah beserta rakyatnya tidak melakukan aksi perlawanan yang benar dan tidak menjadikan persoalan Palestina sebagai agenda besar mereka.  Hanya sebatas melempar kecaman dan omongan yang tidak berefek apapun pada Israel.

Padahal ungkapnya, terdapat 400 hingga 500 juta jumlah populasi Muslim di wilayah Timur Tengah, sementara entitas Zionis penjajah hanya sekitar 5 juta. 

“Adalah yang sungguh sukses bagi Israel adalah coba lihat, terdapat 400-450 juta umat Islam di Timur Tengah, yang di Israel sendiri saya pikir terdapat hanya sekitar 5 juta Zionis Yahudi. Jika para penguasa Muslim melakukan sesuatu yaitu menganggap persoalan ini sebagai persoalan besar, tetapi para penguasa Muslim hanya melakukan banyak omong, hakikatnya tidak melakukan aksi yang benar,” lanjut Adnan menjelaskan.  

Sehingga, dari perspektif Israel sendiri, tidak perlu ada kekhawatiran terhadap para penguasa Muslim, meskipun mangangkangi Amerika dan melakukan pembantaian terhadap Gaza. 

Bahkan banyak Masyarakat di Barat yang tidak menerima tuduhan genosida terhadap Gaza. Serta mendiamkan Biden yang terus membantu pembiayaan lebih untuk peralatan kepada Israel, yang konon mencapai 10 juta dollar dan jutaan paket perang lainnya. 

Sejauh menyangkut yang terjadi di Rafah, bagi pengamat internasional itu menyatakan bahwa Israel tidak peduli dengan nasib warga di sana, karena memang Israhell menginginkan Gaza, Palestina sepenuhnya. 

Keberanian Israel melakukan genosida jika dilihat dalam kacamata sejarah sebut Adnan, adalah sesuatu yang tidak mungkin bagi dunia. Namun, rencana yang disiapkan sangatlah matang meskipun lambat.

Israel mencetak pinjaman sebagi modal, lalu menciptakan perang. Sayangnya, akses perang yang dipublikasikan hanya di wilayah Gaza. Padahal, penjajahan yang berlangsung tidak kalah mengerikan di wilayah West Bank.

Sebab itulah, pada tanggal 7 Oktober, ketika Hamas menyerang, militer Israel sedang berada di West Bank dengan jumlah yang sangat banyak. Israel mengagendakan pembangunan pemukiman permanen di wilayah tersebut untuk warga negaranya. 

“Bahwa setiap orang melihat Gaza, tetapi tidak seorang pun mampu melihat apa yang dilakukan oleh Israel di West Bank. Israel sedang meningkatkan penggusuran dan perampasan. Salah satu alasan mengapa begitu sedikit militer sekitar Gaza pada 7 Oktober tahun lalu, karena mayoritas militer Israel berada di wiayah West Bank dan merencanakan sebuah operasi pembangunan tempat tinggal untuk  mereka,” ungkap Adna selanjutnya.

Dengan demikian kata Adnan, Amerika ibarat telah mengasuh dan membesarkan seorang anak, tetapi ketika telah mampu berdiri, anak tersebut melakukan segala yang diinginkannya tanpa peduli kata pengasuhnya, Amerika. 

 “Jadi Anda tahu seperti saya sebutkan sebelumnya, Amerika mendapatkan seorang anak yang dilatih dan anak yang dilatih sedang melakukan apa yang diinginkannya untuk dilakukan. Ia tidak peduli apa yang anda katakan, dan ia tidak ingin mendengarkan pihak berlawanan. Itulah hakikatnya yang terjadi di sini,” pungsknya. []M. Siregar

Opini

×
Berita Terbaru Update