Jalan Membuka Pintu Rahmat, Panjang Umur, dan Luas Rezeki
Pendahuluan: Dunia yang Terputus, Hati yang Mengering
TintaSiyasi.id — Di zaman modern ini, manusia semakin terhubung secara digital, namun semakin terputus secara spiritual. Grup WhatsApp penuh, media sosial ramai, tetapi hati-hati saling menjauh. Saudara tak lagi disapa, kerabat terputus karena warisan, sahabat retak karena perbedaan pendapat. Inilah kondisi yang oleh para ulama disebut sebagai ghaflah—kelalaian hati.
Kitab Tanbīhul Ghāfilīn karya Imam Abu Laits As-Samarqandi hadir sebagai peringatan keras bagi hati-hati yang lalai, salah satunya melalui penekanan mendalam tentang silaturahim. Dalam kitab ini, silaturahim tidak sekadar adab sosial, tetapi ibadah agung yang berdampak langsung pada kehidupan dunia dan akhirat.
Makna Silaturahim Menurut Ulama
Secara bahasa, silah berarti menyambung, dan rahim berarti hubungan kekerabatan. Namun para ulama—termasuk yang dinukil dalam Tanbīhul Ghāfilīn—menegaskan bahwa silaturahim bukan hanya kepada yang baik kepada kita, melainkan:
“Silaturahim adalah engkau menyambung hubungan dengan orang yang memutuskanmu, memberi kepada yang menahan darimu, dan memaafkan orang yang menzalimimu.”
Inilah silaturahim versi orang beriman, bukan sekadar basa-basi, tetapi perjuangan jiwa.
Silaturahim dalam Kitab Tanbīhul Ghāfilīn
Dalam Tanbīhul Ghāfilīn, Imam Abu Laits banyak menyebut hadis dan atsar salaf tentang keutamaan silaturahim, di antaranya:
1. Silaturahim Sebab Panjang Umur dan Luas Rezeki
Rasulullah ﷺ bersabda (yang dikutip dalam makna oleh Imam Abu Laits):
“Barang siapa ingin diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung silaturahim.”
Para ulama menjelaskan:
Panjang umur bukan hanya secara bilangan tahun, tetapi keberkahan hidup
Luas rezeki bukan sekadar harta, tetapi ketenangan, kesehatan, dan kecukupan
Banyak orang kaya tetapi hidupnya sempit, karena memutus rahim.
2. Silaturahim Mengundang Rahmat Allah
Dalam Tanbīhul Ghāfilīn disebutkan bahwa rahmat Allah turun pada suatu kaum, lalu rahmat itu terhenti karena di antara mereka ada pemutus silaturahim.
Renungkan ini:
Doa panjang
Sedekah rutin
Ibadah zahir tampak baik
Namun rahmat tertahan karena hubungan manusia rusak
Inilah rahasia mengapa sebagian doa terasa “tidak tembus langit”.
3. Pemutus Silaturahim Terancam Tidak Masuk Surga
Imam Abu Laits mengutip hadis Nabi ﷺ:
“Tidak akan masuk surga orang yang memutus silaturahim.”
Para ulama menjelaskan:
Bukan berarti kafir
Tetapi terancam siksa dan tertahan masuk surga
Dosanya bukan kecil, karena menyangkut hak manusia dan tatanan sosial umat
Dosa kepada Allah bisa diampuni dengan taubat, tetapi dosa memutus silaturahim menuntut perbaikan hubungan.
Silaturahim: Timbangan Keimanan yang Nyata
Dalam perspektif Tanbīhul Ghāfilīn, silaturahim adalah ujian kejujuran iman. Karena:
Mudah berbuat baik kepada yang baik
Sulit berbuat baik kepada yang menyakiti
Di sinilah kualitas iman diuji.
“Orang beriman bukan yang pandai shalat saja, tetapi yang mampu menundukkan egonya demi ridha Allah.”
Hikmah Sufistik Silaturahim
Dalam dimensi tasawuf:
Silaturahim melembutkan hati
Mengikis kesombongan
Membersihkan dendam yang menghitamkan qalbu
Para sufi berkata:
“Hati yang dipenuhi dendam tidak akan mampu menampung cahaya Ilahi.”
Maka jangan heran jika orang yang rajin silaturahim:
Wajahnya teduh
Hidupnya lapang
Ucapannya menenangkan
Silaturahim sebagai Pilar Keluarga Dakwah
Bagi umat Islam hari ini—terlebih bagi keluarga dakwah ideologis—silaturahim adalah pondasi peradaban.
Tanpa silaturahim:
Dakwah mudah pecah
Jamaah mudah retak
Perbedaan kecil menjadi konflik besar
Sebaliknya, silaturahim melahirkan:
Ukhuwah yang dewasa
Perbedaan yang penuh adab
Dakwah yang mencerahkan, bukan mengeraskan
Refleksi Penutup: Mulai dari yang Paling Sulit
Imam Abu Laits As-Samarqandi melalui Tanbīhul Ghāfilīn seakan berpesan kepada kita:
“Jika engkau ingin mengetuk pintu langit, periksalah dahulu apakah pintu hatimu terbuka untuk saudaramu.”
Silaturahim bukan menunggu orang lain berubah, tetapi kita yang lebih dulu melangkah. Bukan karena mereka pantas, tetapi karena Allah Maha Layak untuk ditaati.
Ajakan Dakwah
Mari kita mulai:
Dari keluarga yang lama tak disapa
Dari saudara yang pernah menyakiti
Dari teman yang menjauh karena ego
Karena bisa jadi, satu silaturahim yang kita sambung hari ini, menjadi sebab keselamatan kita di akhirat kelak.
Oleh. Dr. Nasrul Syarif, M.Si. (Penulis Buku Gizi Spiritual dan Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo)