TintaSiyasi.id -- Merespons agenda acara Natal Bersama yang digagas oleh Menteri Agama Nasaruddin Umar, Pemerhati Politik dan Kebangsaan, M Rizal Fadillah dengan tegas mengatakan bahwa natal bersama adalah pemikiran Zionis.
"Agenda acara natal bersama yang digagas oleh Menteri Agama Nasaruddin Umar, merupakan pemikiran Zionis," lugasnya kepada TintaSiyasi.id, Rabu (10/12/2025).
Ia menilai, Menteri Agama Nasaruddin Umar memang keblinger dengan bangga membuat agenda acara natal bersama di Kementerian Agama. Tokoh yang pernah mencium kening Paus dan dekat dengan organisasi pro Zionis Israel tersebut dikenal nekad dan kontroversial.
"Relasi antar agama baginya terkesan bebas akidah dan kerukunan itu berbasis campur aduk alias sinkretis," mirisnya.
Menurutnya, presiden harus meninjau ulang kedudukan Menteri Agama keblinger yang justru sesungguhnya membahayakan kerukunan tersebut. Kerukunan dibangun bukan dengan sinkretisme bernarasi "bersama" apakah natal bersama, idul fitri bersama, shabbat bersama, cap go meh bersama, galungan kuningan bersama, dan lainnya, yang faktanya adalah kufur bersama.
"Kerukunan dibangun dengan penghormatan pada perbedaan dan peribadahan masing-masing. Ini paradigma pancasila," lugasnya.
Lanjut ia menjelaskan bahwa Nasaruddin Umar yang alumni UIN Sultan Alauddin Makassar dan doktoral UIN Syarif Hidayatullah, Visiting study Mc Gill Kanada dan Leiden Belanda, cenderung liberal dalam pandangan beragama. Ia belajar di Amerika atas undangan organisasi zionis American Jewish Committee (AJC) dan mengundang direktur organisasi Yahudi AJC Ari Gordon pada acara seminar di Masjid Istiqlal. Akibat protes, maka gagal kehadiran tokoh pro Israel tersebut.
"Rencana acara natal bersama Kementerian Agama jelas mengada-ada dan mengundang reaksi, khususnya dari umat Islam yang meyakini firman Allah surah Al-Kafirun mengenai larangan mencampuradukan peribadahan.
"Lakum dienukum waliyyaddien" masing-masing saja. Melanggar hukum Allah akan membawa kutuk dunia dan akhirat," jelasnya.
Para ulama dan kiai, katanya, yang menjadi penjaga agama mesti mengawal umat agar tidak rusak akidah akibat perbuatan Menteri berpikiran Zionis tersebut. Meski hal itu dilakukan di Kementerian saja, tetapi Kementerian Agama dahulu bukan didirikan untuk menempatkan agama dan umat beragama seperti pandangan Nasaruddin "Zionis" Umar tersebut.
"Umat Islam harus melawan pemurtadan sistematis yang dinilai membahayakan ini," tegasnya.
Ia mengingatkan, di tengah berbagai bencana peringatan Allah Swt., semestinya para pemimpin negara introspeksi dan menyadari bahwa perilaku yang merusak alam dan lingkungan, pasti berakibat buruk. Apalagi merusak iman dan keyakinan.
"Nasaruddin Umar menempatkan diri sebagai musuh umat dan musuh Allah. Kita berlindung dari skenario iblis yang menyatukan semua agama. Melalui bisikan toleransi palsu dan jahat," imbuhnya.
Ia menegaskan, jika agenda tetap dijalankan, tidak ada jalan lain, selain mendesak agar Nasaruddin Umar segera dipecat dari jabatan Menteri Agama RI. "Tidak layak Indonesia memiliki Menteri Agama yang mengajak dan membawa umat manusia ke Neraka. Menteri itu bersahabat dengan pro Zionis Israel.
Go to hell Israhell!," pungkasnya.[] Nurmilati