TintaSiyasi.id -- Peradaban Islam tidak bangkit hanya dengan retorika, seruan motivasi atau nostalgia terhadap kejayaan masa lalu. Ia bangkit dengan amal nyata, strategi matang, kekuatan ekonomi, dan fondasi spiritual yang kokoh. Sejarah mencatat, kejayaan umat Islam di berbagai era tidak pernah terpisah dari kekuatan ekonomi, perdagangan global, ilmu pengetahuan, dan etika bisnis yang mulia.
Maka seruan hari ini sangat tepat:
"Bangun bisnis yang kuat untuk membangkitkan kembali peradaban Islam."
Sebab bisnis bukan sekadar aktivitas ekonomi, ia adalah alat perubahan, kemandirian umat, dan pilar kekuatan peradaban.
1. Bisnis dalam Islam: Ibadah, Amanah, dan Jalan Menguatkan Umat
Dalam Islam, bisnis bukan hanya mencari laba. Ia memiliki nilai ibadah ketika:
• Niatnya lurus karena Allah
• Keuntungannya halal
• Prosesnya adil
• Manfaatnya menguatkan umat
Rasulullah Saw. bersabda:
التَّاجِرُ الصَّدُوقُ الْأَمِينُ مَعَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ
"Pedagang yang jujur dan amanah kelak bersama para nabi, para shiddiq, dan para syuhada." (HR. Tirmidzi).
Ini menunjukkan bahwa Islam memandang tinggi orang-orang yang membangun peradaban melalui kejujuran, transaksi halal, dan kontribusi sosial ekonomi.
2. Ekonomi Kuat = Umat Kuat
Selama umat Islam bergantung pada kekuatan ekonomi pihak lain, maka:
• Pendidikan akan mengikuti arah mereka
• Media dikuasai mereka
• Budaya dikendalikan mereka
• Kebijakan politik dipengaruhi mereka
Sejarah mengajarkan:
yang memegang ekonomi, memegang peradaban.
Di masa Rasulullah Saw. dan para sahabat, ekspansi dakwah bukan hanya dengan pedang, tetapi juga melalui:
• Jalur perdagangan global
• Kekuatan pasar
• Standar keadilan ekonomi
• Inovasi dan jaringan bisnis internasional
Islam dulu menjadi pusat ekonomi dunia, bukan konsumen, tetapi produsen, pencipta solusi, dan penguasa pasar global.
3. Bisnis sebagai Sarana Kemandirian Ummah
Kemandirian umat tidak lahir dari:
Bantuan asing
Ketergantungan pada sistem kapitalisme
Mental konsumtif
Ia lahir dari:
Kekuatan produksi
Kolaborasi ekonomi
Marketplace syariah
Ekosistem bisnis halal
Teknologi dan inovasi yang ditopang iman
Dengan bisnis yang kuat, umat tidak hanya bertahan, tetapi memimpin.
4. Karakter Pengusaha Muslim yang Membangun Peradaban
Untuk menjadikan bisnis sebagai pilar kebangkitan peradaban, seorang pengusaha Muslim harus memiliki karakter berikut:
Karakter Makna
Ikhlas dan Amanah Bisnis sebagai ibadah, bukan sekadar profit
Profesional dan Kompeten Kerja halal harus unggul, bermutu, dan modern
Berani Berinovasi Tidak hanya meniru, tetapi mencipta dan memimpin pasar
Kolaboratif Tidak berjalan sendiri, tetapi membangun ekosistem
Berorientasi ummat Profit bukan tujuan akhir, tetapi alat untuk kemaslahatan
Bisnis tanpa karakter mulia hanya melahirkan kapitalis tamak.
Bisnis dengan spiritualitas melahirkan para pemimpin perubahan.
5. Dari Bisnis ke Peradaban
Bagaimana bisnis dapat mengangkat kembali kejayaan umat?
1. Membangun lembaga pendidikan berkualitas
2. Menguasai teknologi dan riset
3. Mencetak lapangan kerja untuk umat
4. Membangun media yang mencerdaskan dan menguatkan aqidah
5. Mengelola sumber daya alam dengan amanah
6. Membiayai dakwah, masjid, ulama, dan gerakan sosial
Sejarah Andalusia, Abbasiyah, dan Utsmaniyah, semua membuktikan:
ketika ekonomi umat kuat, dakwah mengalir tanpa rintangan.
6. Tugas Kita Hari Ini
1. Berhenti menjadi konsumen gaya hidup global, jadilah pemain.
2. Bangun bisnis halal yang berdaya saing lokal, nasional, dan global.
3. Integrasikan spiritualitas, teknologi, dan profesionalisme.
4. Bangun jaringan ekonomi antar-Muslim lintas daerah dan negara.
Dunia hari ini bukan lagi era siapa yang paling banyak senjata, tetapi siapa yang menguasai:
• Ekonomi
• Teknologi
• Informasi
• Produksi
Dan umat Islam memiliki modal terbesar: akidah yang kuat, sejarah kebesaran, potensi pasar terbesar, dan sumber daya yang belum tergarap.
Penutup: Waktunya Bangkit
Peradaban Islam tidak dibangun dengan mimpi, tetapi dengan kerja keras, visi panjang, strategi, dan kontribusi nyata dalam bidang ekonomi dan bisnis.
Maka katakan:
“Bisnisku bukan hanya untuk diriku, tetapi untuk umat dan untuk Allah.”
Dan mohonlah kekuatan kepada Dzat Yang Maha Kaya:
اللَّهُمَّ وَفِّقْنَا لِبِنَاءِ قُوَّةٍ اقْتِصَادِيَّةٍ تُعِزُّ بِهَا دِينَنَا وَتَنْفَعُ بِهَا أُمَّتَنَا، وَتَجْعَلُهَا مِنْ أَعْمَالِنَا الصَّالِحَةِ.
"Ya Allah, berilah kami kemampuan membangun kekuatan ekonomi yang memuliakan agama kami, bermanfaat bagi umat kami, dan Engkau jadikan sebagai amal saleh kami."
Aamiin.
Dr Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual dan Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo