TintaSiyasi.id -- Dalam perjalanan sejarah manusia, peradaban tidak pernah berdiri tanpa fondasi gagasan. Setiap bangsa yang besar, setiap kekuatan dunia, setiap sistem sosial–politik—lahir dari sebuah mabda, yaitu ideologi dasar yang memandang manusia, kehidupan, tujuan penciptaan, dan cara mengatur dunia. Ia bukan sekadar teori, tetapi sistem keyakinan yang membentuk cara berpikir, merasakan, bertindak, bahkan ruh generasi.
Para ulama dan pemikir Muslim menyimpulkan bahwa pada akhirnya di dunia ini hanya ada tiga mabda besar yang menjadi poros gerakan peradaban:
1. Ideologi Sekuler
2. Ideologi Komunis
3. Ideologi Islam
Dua berasal dari akal manusia yang terbatas. Satu berasal dari wahyu Allah yang tidak terbatas. Di sinilah perjuangan ideologis umat manusia berlangsung. Dari hati, pikiran, hingga panggung dunia.
1. Ideologi Sekuler: Kebebasan Tanpa Arah
Sekulerisme lahir dari sejarah gelap Eropa: gereja menindas ilmu, membakar para ilmuwan, dan memaksa dogma yang bertentangan dengan realitas. Masyarakat akhirnya memutuskan hubungan antara agama dan kehidupan publik.
Muncullah semboyan:
“Religion is private, life is public.”
Agama untuk rumah dan gereja, bukan untuk aturan hidup.
Dari sinilah kapitalisme, demokrasi liberal, dan humanisme modern tumbuh.
Prinsip Sekularisme
• Kebebasan absolut: berpendapat, berperilaku, bahkan berbuat maksiat.
• Manusia pusat nilai (antroposentrisme).
• Hukum dibuat manusia, bukan Tuhan.
• Agama dibatasi pada ritual dan spiritualitas personal.
Dampaknya
Sekularisme melahirkan kemajuan teknologi luar biasa, tetapi ketika ruh, akhlak, dan makna tidak diikutsertakan, ia menciptakan generasi:
• pandai, tetapi gelisah
• kaya, tetapi hampa
• bebas, tetapi tak tahu tujuan
Hari ini, peradaban kapitalisme memproduksi krisis mental terbesar dalam sejarah. Depresi massal, kesepian, bunuh diri, rusaknya tatanan keluarga, dan hilangnya makna hidup di tengah limpahan materi.
2. Ideologi Komunis: Kesetaraan Material Tanpa Tuhan
Komunisme muncul sebagai pemberontakan terhadap kapitalisme yang menindas kaum pekerja. Karl Marx melihat dunia hanya sebagai bahan, materi, dan produksi. Ia mengingkari wujud Tuhan dan menganggap agama:
“Opium bagi rakyat.”
Dalam komunisme, manusia tidak memiliki hak milik pribadi. Semuanya dikontrol negara.
Prinsip Komunisme
• Ateisme sebagai fondasi
• Semua milik negara
• Kelas sosial dihapus
• Keadilan ekonomi tanpa moral dan ruh
Konsekuensi Sejarah
• Revolusi Bolshevik: 9 juta jiwa melayang.
• Cina Mao Zedong: 45 juta korban kelaparan dan pembantaian.
• Kamboja Pol Pot: 2 juta manusia mati.
Komunisme ingin memaksa surga tanpa Tuhan, keadilan tanpa wahyu, dan kesetaraan dengan darah. Namun, ia gagal karena bertentangan dengan fitrah.
3. Ideologi Islam: Jalan Hidup dari Rabb Semesta Alam
Islam bukan sekadar agama ritual. Ia adalah mabda, sistem hidup, aturan lengkap yang turun dari Rabb yang menciptakan manusia dan mengetahui kebutuhan mereka.
Allah berfirman:
"Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu."
(QS. Al-Māidah: 3).
Islam memberikan aturan:
• untuk individu (ibadah, akhlak)
• untuk masyarakat (muamalah, keluarga)
• untuk negara (hukum, keadilan, ekonomi)
• dan untuk dunia (hubungan antar bangsa)
Keunikan Islam
• Menyatukan dunia dan akhirat
• Menghapus riba, eksploitasi, dan penindasan
• Menetapkan aturan dengan hikmah
• Menjaga fitrah manusia
Islam memuliakan ruh sebelum tubuh, makna sebelum materi, keadilan sebelum kepentingan.
Ketika Islam memimpin dunia selama lebih dari seribu tahun, ia melahirkan:
• Ilmuwan berkelas dunia (Ibnu Sina, Al-Khwarizmi, Ibnu Haytsam)
• Peradaban ilmu, keadilan, dan kesejahteraan
• Sistem ekonomi tanpa riba namun penuh keberkahan
Islam memanusiakan manusia dan menundukkan nafsu dengan syariah, bukan membebaskannya tanpa batas.
Perbandingan Ketiga Mabda
Aspek Sekularisme Komunisme Islam
Sumber Akal manusia Akal manusia Wahyu Allah
Pandangan terhadap Tuhan Netral / direduksi Ditolak Diimani dan dipatuhi
Tolok ukur kebahagiaan Kebebasan dan materi Kesetaraan materi Ridha Allah dan ketentraman ruh
Masalah mendasar Hedonisme, nihilisme Penindasan dan ateisme Keseimbangan, makna, keadilan
Refleksi: Dunia Hari Ini Mencari Cahaya
Dunia modern kini mengalami krisis makna. Ketika teknologi mencapai puncak, manusia justru kehilangan arah. Sekularisme mulai retak, komunisme telah tumbang, kapitalisme menciptakan jurang kesenjangan yang mengerikan.
Dan umat manusia mulai bertanya:
"Apakah ini semua tujuan hidup?"
"Untuk apa kita hidup?"
"Kemana kita akan kembali?"
Jawaban itu telah dibawa Islam sejak 14 abad yang lalu:
“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.”
(QS. Adz-Dzāriyāt: 56)
Penutup: Saatnya Umat Bangkit dengan Kesadaran Ideologis
Umat Islam tidak akan mulia dengan meniru Barat atau bersandar pada ideologi selain Islam. Sebagaimana perkataan emas Umar bin Khattab:
“Kita adalah kaum yang dimuliakan Allah dengan Islam. Jika kita mencari kemuliaan selain Islam, Allah akan menghinakan kita.”
Hari ini tugas kita bukan sekadar memahami Islam sebagai ibadah ritual, tetapi sebagai mabda kehidupan, pemikiran, dan peradaban.
Inilah saatnya:
• mencerdaskan umat
• menghidupkan kembali aqidah yang kokoh
• membangun kesadaran bahwa Islam adalah solusi, bukan sekadar identitas
Karena pada akhirnya—ketika semua ideologi runtuh dan manusia kembali mencari kebenaran terdalam—mereka akan menemukan satu suara:
"La ilaha illallah, Tiada Tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah utusan-Nya."
Dan dengan itulah dunia kembali bercahaya.
Dr Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual dan Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo