TintaSiyasi.id -- Berikut tanda-tanda orang warak menurut Imam Al-Ghazali, disertai penjelasan yang mendalam agar bisa menjadi bahan renungan dan amal:
Apa Itu Warak?
Menurut Imam Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumiddin, wara’ adalah meninggalkan perkara yang syubhat (meragukan) untuk menjaga agama dan kehormatan diri, bahkan terkadang meninggalkan yang halal jika dikhawatirkan menjerumuskan kepada yang haram.
Ia berkata: "Warak adalah tingkatan tertinggi kehati-hatian dalam menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya."
Tanda-Tanda Orang Wara’ Menurut Al-Ghazali
Pertama. Hatinya Selalu Berhati-hati terhadap Hal yang Syubhat
Orang wara’ tidak hanya menjauhi yang haram, tetapi juga menahan diri dari perkara yang samar hukumnya.
Ia mengikuti sabda Nabi ﷺ:
"Yang halal itu jelas, yang haram itu jelas, dan di antara keduanya ada perkara syubhat yang tidak banyak orang mengetahuinya."
(HR. Bukhari-Muslim)
Kedua. Menjaga Lisan dari Ghibah, Dusta, dan Ucapan Tanpa Manfaat
Menurut Al-Ghazali, lisan adalah pintu terbesar menuju dosa. Orang yang wara’ menjaga kata-katanya sebagaimana ia menjaga hartanya.
Tandanya:
Tidak membicarakan kekurangan orang lain
Tidak berdebat untuk meninggikan ego
Tidak berkata kecuali yang bermanfaat
Ketiga. Tidak Gampang Mengambil Nikmat Dunia Tanpa Kejelasan
Orang wara’ sangat hati-hati terhadap:
Harta yang tidak jelas sumbernya
Jabatan yang menimbulkan fitnah
Pemberian yang menumbuhkan ketergantungan kepada manusia
Mereka takut harta menjadi penghalang dari Allah, bukan wasilah menuju-Nya.
Keempat. Selalu Memeriksa Niat di Setiap Amal
Dalam Ihya’, Al-Ghazali menekankan:
Amal tanpa niat yang benar dapat menjadi jurang dosa.
Tanda orang wara’:
Bertanya kepada diri: "Untuk apa aku melakukan ini? Karena Allah atau karena manusia?"
Takut amalnya rusak oleh riya’, ujub, atau sum’ah.
Kelima. Fokus Pada Dosa Sendiri, Bukan Kesalahan Orang Lain
Orang wara’ lebih sibuk menangisi kekurangannya daripada memata-matai kekurangan saudara Muslim.
Ia menghidupkan doa:
“Ya Allah, tampakkanlah kepadaku aib diriku.”
Keenam. Menjauh dari Tempat dan Keadaan yang Bisa Menjerumuskan Keburukan
Menurut Al-Ghazali, orang wara’ melindungi iman dengan menjauhkan diri dari sebab-sebab maksiat, bukan hanya maksiat itu sendiri.
Misalnya:
Menjauh dari majelis yang mengarah pada kelalaian
Menghindari pergaulan yang melemahkan iman
Menjaga pandangan agar tidak liar
Ketujuh. Lebih Senang Kehilangan Dunia daripada Kehilangan Ridha Allah
Tanda paling tinggi menurut Imam Al-Ghazali:
Orang wara’ merasa takut jika sesuatu yang ia ambil dari dunia membuatnya jauh dari Allah, walaupun halal.
Ia tidak mengejar dunia kecuali sebagai kendaraan menuju akhirat.
Buah dari Warak
Jika seseorang berhasil bersikap wara’, maka Allah akan memberinya tiga hal:
1. Hati yang tenang dan tidak gelisah
2. Wibawa dan cahaya iman di wajah
3. Doa yang lebih mudah dikabulkan
Dalam Ihya’, Al-Ghazali menulis:
“Warak adalah tiang agama dan tanda kebersihan hati.”
Penutup Renungan
Wara’ bukan sekadar meninggalkan dosa, tetapi membangun benteng spiritual yang menjaga iman agar tetap bersih dan terhubung dengan Allah.
Semoga Allah menjadikan kita termasuk hamba-hamba yang berhati-hati, bersih dari syubhat, dan selalu mendahulukan akhirat daripada gemerlap dunia.
Doa Singkat:
اللَّهُمَّ ارزُقْنَا وَرَعًا يَحْجُزُنَا عَنْ مَعَاصِيكَ
“Ya Allah, karuniakan kepada kami sifat wara’ yang dapat menghalangi kami dari maksiat kepada-Mu.”
Oleh. Dr. Nasrul Syarif, M.Si. (Penulis Buku Gizi Spiritual dan Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo)