Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Selamatkan Generasi dari Paparan Teknologi ala Kapitalistik

Selasa, 16 Desember 2025 | 04:49 WIB Last Updated 2025-12-15T21:49:45Z

TintaSiyasi.id -- Generasi adalah harapan masa depan dan eksitensi peradaban. Di era digital mereka tumbuh dengan teknologi canggih seperti internet, komputer, dan perangkat seluler sejak mereka mengenal kehidupan dunia. Sehingga mereka terbiasa menggunakan teknologi bahkan mereka seakan tidak dapat hidup tanpa teknologi (generasi muda digital native). Media sosial bukan sekadar alat komunikasi, tetapi ruang tempat mereka membangun identitas, simbol dan gaya hidup.

Generasi tidak luput dari incaran. Media sosial merupakan platform digital yang memberikan fasilitas kepada setiap pengguna membagikan aktifitas keseharian mereka untuk dilihat oleh orang banyak, namun teknologi juga memberikan dampak negatif kepada setiap pengguna jika tidak digunakan dengan bijak. Termasuk penggunaan media sosial. Hal ini menimbulkan masalah seperti kesehatan mental dan pengaruh buruk lain (CNN Indonesia, 24/ 11/ 2025).
 
Menurut data Reportal, pengguna media sosial di Indonesia pada akhir 2025 sejumlah 180 juta. Menariknya pengguna tersebut didominasi perempuan sebesar 56,3%, sedangkan sisanya 43,7 % adalah laki-laki. Jumlah tersebut setara dengan 62,9 5 total populasi di Indonesia yang diperkirakan mencapai 286 juta jiwa. Pada era digital saat ini, media sosial menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari generasi muda muslim mereka menggunakan media sosial untuk mecari informasi, membangun relasi hingga mengekspresikan diri. Rata-rata waktu yang dihabiskan generasi muda di media sosial adalah antara 2-4 jam per hari dan sebagian mereka menghabiskan waktu lebih dari itu (Kompas.com, 29/ 11/ 2025).

Paparan masif media sosial di kalangan generasi muda itu amat luas bukan hanya membentuk cara berpikir, bersikap, dan gaya hidup mereka, tetapi juga memberikan ajaran tentang standar hidup yang rusak, mental yang rapuh, kemalasan berpikir, pinginnya serba instant sehingga melahirkan gaya hidup hedonistik di kalangan generasi muda, overtithiking, haus validasi, minim refleksi, salah arah, dan bahkan tidak sedikit yang mengalami gangguan mental.

Di balik itu semua ada peran para kapitalis yang mengeruk cuan. Mereka membidik para generasi muda sebagai pasar strategis yang empuk untuk menumpuk kekayaan. Melalui ideologi yang diusungnya yaitu sekulerisme (pemisahan agama dari kehidupan) dengan mengekspor nilai-nilai rusak (liberal, hedonis, senkretism, dll) keseluruh negeri-negeri muslim melalui sarana media sosial. 

Dalam sekulerisme-kapitalis demi keuntungan perusahaan digital, masalah mental generasi diabaikan sebab tujuan mereka adalah meraih cuan sebanyak mungkin dan menjauhkan generasi muda muslim dari aturan Islam. Generasi muda muslim mereka mengaku beragama Islam tapi perilaku mereka liberal, mereka beriman pada Allah tapi mereka jauh dari aturan Allah. KTP mereka Islam tapi tidak sedikit dari mereka yang tidak mengenal Islam bahkan mereka menolak Islam dan anti terhadap syariat Islam, mereka tahu kalau Rasulullah adalah nabi mereka tapi idola dan teladan mereka adalah para artis bahkan ada sebagaian mereka mengidolakan orang-orang yang membenci Islam. Miris bukan?

Ya, inilah sebuah realita yang ada di hadapan kita, yang harus dipandang sebagai persolan bersama umat Islam. Sehingga bersama-sama kita mencari solusi terbaik untuk generasi muda muslim dengan mendidik mereka, menyelamatkan mereka menanamkan kepada mereka pemahaman dan pemikiran Islam serta menjauhkan mereka dari pengaruh buruk yang meyesatkan (kapitalistik-sekuleristik).

Karena itu penting untuk membentuk generasi pelopor perubahan dan generasi yang siap memimpin peradaban dengan:

Pertama. Mengokohkan keimanan generasi muda Islam agar tidak dibajak oleh pemahaman sekuler, sebagaimana firman Allah SWT dalam (QS.Anissa: 136).

Kedua. Menanamkan keimanan yang kokoh kepada Allah, mengajarkan aturan syariat secara kaffah (QS. Al-Baqarah : 208), mereka diajarkan tatacara bermuamalah, berinteraksi dengan lawan jenis, menghormati gurunya.

Ketiga. Memahamkan tanggung jawab dakwah Islam, bukan saja tanggung jawab para ulama dan orang tua tetapi generasi muda harus punya andil untuk menyebarkan Islam.

Keempat. Penguasan ilmu kehidupan dengan memastikan para generasi punya skil dalam menjalani kehidupan sehingga mereka mampu dan percaya diri dalam berinteraksi dan bersosialisasi dengan menguasai teknologi yang diarahkan pada kebangkitan Islam.

Kelima. Generasi juga harus memiliki penguasaan ilmu Islam dan siap menjadi Khalifah fil ardh.

Keenam. Yang tidak kala pentingnya generasi muda didekatkan dengan lingkungan yang baik yaitu dengan memastikan mereka memiliki circle yang baik, sehingga mereka bisa saling mendukung dan saling mengingatkan untuk taat pada syariat Islam yang kaffah dan tidak muda terpenagruh oleh ide-ide sekuler-kapitalis. 

Sebagaimana Rasulullah membina mental para sahabat dengan menanamkan pemahaman Islam kaffah dan penerapan ideologi Islam, yang akhirnya berhasil membentuk sosok tangguh seperti Ali bin Abi Thalib, Usamah bin Zaid yang memimpin pasukan besar diusia 18 tahun dan para pemuda Ashabul Kahfi yang berjuang menolak sistem yang kufur. Mereka semua adalah manusia teladan yang harusnya menjadi role model bagi generasi muslim hari ini. Wallahu a'lam bishshawab. []


Oleh: Wa Ode Asham
Relawan Opini Andoolo, Konawe Selatan

Opini

×
Berita Terbaru Update