Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Proses Integrasi Islam dan Sains

Selasa, 16 Desember 2025 | 14:50 WIB Last Updated 2025-12-16T07:53:38Z
TintaSiyasi.id -- (Dari Dikotomi Menuju Tauhid Ilmu)

1. Pendahuluan

Salah satu problem besar pendidikan dan peradaban modern adalah dikotomi antara ilmu agama dan ilmu sains. Sains dianggap netral dan bebas nilai, sementara agama dipersempit pada ritual dan moral privat. Akibatnya, lahirlah manusia cerdas secara intelektual, tetapi kering spiritual atau sebaliknya, saleh ritual, tetapi lemah nalar ilmiah.

Islam sejak awal tidak mengenal dikotomi ilmu. Integrasi Islam dan sains bukanlah proyek baru, melainkan upaya mengembalikan ilmu pada fitrahnya sebagai sarana mengenal Allah dan memakmurkan bumi.

2. Landasan Teologis Integrasi Islam dan Sains

a. Prinsip Tauhid

Tauhid adalah fondasi utama integrasi Islam dan sains. Seluruh realitas berasal dari Allah dan tunduk pada sunnatullah.

“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri.”
(QS. Fussilat: 53).

Sains dalam Islam adalah membaca ayat-ayat kauniyah, sementara wahyu adalah ayat-ayat qauliyah. Keduanya bersumber dari Tuhan yang sama, sehingga mustahil bertentangan secara hakiki.

b. Konsep Ilmu dalam Islam

Dalam Islam, ilmu bukan sekadar informasi, tetapi:

Mengantarkan pada pengakuan akan kebesaran Allah

Melahirkan tanggung jawab moral

Menghasilkan maslahat, bukan kerusakan

3. Sejarah Integrasi Islam dan Sains

Pada masa keemasan Islam (abad 8–13 M), integrasi ini terwujud secara nyata:

Al-Kindī: memadukan filsafat, matematika, dan tauhid

Al-Fārābī: menyusun klasifikasi ilmu berbasis metafisika Islam

Ibnu Sīnā: mengintegrasikan kedokteran, filsafat, dan teologi

Al-Bīrūnī: riset ilmiah dengan etika keislaman

Ibnu al-Haytham: metode eksperimen yang berlandaskan kejujuran ilmiah

Ilmu berkembang pesat karena iman mendorong eksplorasi, bukan menghambatnya.

4. Bentuk-Bentuk Dikotomi Ilmu Modern

Integrasi Islam dan sains menjadi penting karena adanya problem berikut:

1. Sains tanpa nilai → eksploitasi alam

2. Teknologi tanpa etika → dehumanisasi

3. Pendidikan tanpa spiritualitas → krisis makna

4. Agama tanpa sains → stagnasi dan literalisme sempit

Islam hadir sebagai penyatu akal, wahyu, dan realitas.

5. Proses Integrasi Islam dan Sains

Integrasi bukan sekadar menempelkan ayat Al-Qur’an pada teori sains, tetapi melalui proses epistemologis yang matang:

1. Integrasi Epistemologis (Sumber Ilmu)

Islam mengakui tiga sumber ilmu:

Wahyu → kebenaran absolut

Akal → alat memahami realitas

Indra dan eksperimen → observasi empiris

Ketiganya saling melengkapi, bukan saling meniadakan.

2. Integrasi Ontologis (Hakikat Realitas)

Realitas dalam Islam tidak hanya yang tampak (fisik), tetapi juga:

Metafisik

Moral

Spiritual

Sains diposisikan sebagai bagian dari upaya memahami ciptaan Allah, bukan realitas otonom yang bebas dari Tuhan.

3. Integrasi Aksiologis (Tujuan Ilmu)

Ilmu harus memiliki orientasi nilai:

Kemaslahatan manusia

Keadilan sosial

Kelestarian alam

Penghambaan kepada Allah

Sains yang merusak manusia dan alam bertentangan dengan nilai Islam.

4. Integrasi Kurikuler (Pendidikan)

Dalam pendidikan:

Ilmu sains diajarkan bersama nilai tauhid

Etika Islam menyertai riset dan teknologi

Guru menjadi teladan ilmuwan berakhlak

Contoh:

Biologi → kesadaran akan kebesaran penciptaan

Fisika → keteraturan sunnatullah

Ekonomi → keadilan dan keberkahan

6. Model Integrasi Islam dan Sains

Beberapa pendekatan integrasi yang berkembang:

1. Islamisasi Ilmu Pengetahuan – Mengkritisi worldview Barat sekuler

2. Integrasi-Interkoneksi – Menghubungkan sains, sosial, dan agama

3. Sains Berbasis Tauhid – Menjadikan tauhid sebagai paradigma ilmu

4. Etika Islam dalam Sains – Menyaring penggunaan teknologi

7. Tantangan Integrasi Islam dan Sains

Dominasi paradigma sekuler

Kurangnya ilmuwan Muslim berwawasan syar’i

Pendidikan yang terfragmentasi

Pemahaman agama yang sempit dan defensif

Namun tantangan ini sekaligus peluang kebangkitan peradaban Islam.

8. Relevansi Integrasi Islam dan Sains di Era Modern

Di tengah krisis ekologi, krisis kemanusiaan, dan krisis spiritual global, integrasi Islam dan sains menawarkan:

Sains yang beretika

Teknologi yang manusiawi

Pendidikan yang bermakna

Peradaban yang seimbang dunia-akhirat

9. Penutup (Refleksi)

Integrasi Islam dan sains bukan sekadar wacana akademik, melainkan jalan peradaban. Ketika ilmu kembali bertauhid, dan iman kembali berilmu, maka lahirlah manusia yang:

“Berpikir dengan akalnya, tunduk dengan imannya, dan bertindak dengan akhlaknya.”

Inilah cita-cita besar Islam: ilmu yang menuntun kepada ma‘rifat, bukan kesombongan.

Dr Nasrul Syarif, M.Si. 
Penulis Buku Gizi Spiritual dan Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo

Opini

×
Berita Terbaru Update