Membangun Rumah Tangga sebagai Poros Peradaban
Pendahuluan: Keluarga, Titik Awal Kebangkitan Umat
TintaSiyasi.id — Setiap kebangkitan besar dalam sejarah Islam selalu dimulai dari rumah. Bukan dari mimbar megah, bukan dari panggung kekuasaan, tetapi dari keluarga yang hidup dengan kesadaran ideologis Islam.
Hari ini umat menghadapi krisis multidimensi: krisis akidah, krisis moral, krisis arah hidup. Di tengah derasnya arus sekularisasi dan pragmatisme, Islam tidak hanya membutuhkan dai di masjid, tetapi keluarga-keluarga dai — keluarga yang menjadikan Islam sebagai cara berpikir, cara merasa, dan cara hidup.
Inilah yang kita sebut sebagai Keluarga Dakwah Islam Ideologis yang Mencerahkan.
1. Apa Itu Keluarga Dakwah Islam Ideologis?
Keluarga dakwah Islam ideologis bukan keluarga yang sekadar religius secara simbolik, tetapi keluarga yang:
Menjadikan akidah Islam sebagai fondasi berpikir
Menjadikan syariat sebagai standar berbuat
Menjadikan akhlak sebagai wajah dakwah
Menjadikan amar ma’ruf nahi munkar sebagai budaya rumah
Islam tidak hanya dipraktikkan, tetapi dipahami, dihayati, dan diperjuangkan.
Sebagaimana nasihat para ulama:
“Islam yang tidak dipahami secara menyeluruh akan mudah tergeser oleh ideologi lain.”
2. Rumah sebagai Madrasah Ideologi
Rasulullah ﷺ bersabda bahwa setiap anak lahir di atas fitrah. Namun, orang tua-lah yang memberi warna ideologi.
Keluarga dakwah ideologis menjadikan rumah sebagai:
Madrasah akidah
Sekolah adab dan akhlak
Laboratorium amal saleh
Benteng dari ideologi rusak
Di rumah seperti ini:
Tauhid dibicarakan dengan bahasa cinta
Shalat tidak dipaksa, tetapi dicontohkan
Al-Qur’an tidak hanya dibaca, tetapi ditadabburi
Masalah hidup diselesaikan dengan perspektif iman
3. Dakwah Dimulai dari Keteladanan
Dakwah keluarga tidak efektif dengan ceramah panjang, tetapi dengan teladan hidup.
Anak-anak belajar Islam dari:
Cara ayah bekerja dengan jujur
Cara ibu bersabar dan menjaga kehormatan
Cara orang tua menyikapi masalah dengan tawakal
Cara keluarga menyikapi perbedaan dengan adab
Sebagaimana pesan hikmah:
"Akhlak orang tua adalah kitab pertama yang dibaca anak-anaknya.”
4. Ideologis Bukan Radikal, Tapi Berprinsip
Kata “ideologis” sering disalahpahami. Ideologis dalam Islam berarti:
Teguh pada prinsip
Jelas arah hidup
Tidak mudah larut dalam arus zaman
Keluarga ideologis:
Tidak mendewakan materi
Tidak menjadikan popularitas sebagai tujuan
Tidak mengorbankan nilai demi kenyamanan
Namun tetap:
Lembut dalam pendekatan
Bijak dalam komunikasi
Mencerahkan, bukan menghakimi
Inilah dakwah bil hikmah wal mau’izhah hasanah.
5. Peran Ayah dan Ibu dalam Keluarga Dakwah
Ayah: Pemimpin Ideologi Rumah
Ayah adalah:
Teladan keteguhan iman
Pelindung akidah keluarga
Penentu arah visi rumah tangga
Ayah bukan hanya pencari nafkah, tetapi penjaga nilai.
Ibu: Jantung Peradaban
Ibu adalah:
Pendidik jiwa
Penanam nilai
Penjaga atmosfer ruhani rumah
Di tangan ibu, dakwah menjadi lembut dan membumi.
6. Mendidik Anak sebagai Kader Pencerah Umat
Keluarga dakwah ideologis tidak mencetak anak yang hanya “baik”, tetapi:
Berani membela kebenaran
Cerdas secara intelektual dan spiritual
Berakhlak luhur dan berjiwa sosial
Siap menjadi solusi, bukan beban umat
Anak dididik untuk:
Berpikir kritis dengan iman
Menghadapi zaman dengan nilai
Menggunakan teknologi untuk dakwah
Menjadi agen rahmat bagi semesta
7. Tantangan dan Ujian Keluarga Dakwah
Menjadi keluarga dakwah bukan jalan mudah. Tantangannya:
Tekanan lingkungan
Godaan materialisme
Lelah dalam istiqamah
Perbedaan pandangan internal
Namun Allah menjanjikan:
“Jika kalian menolong agama Allah, niscaya Allah akan menolong kalian.”
Setiap kelelahan di jalan dakwah adalah ibadah.
Setiap air mata dalam mendidik iman adalah investasi akhirat.
8. Keluarga sebagai Cahaya Sosial
Keluarga dakwah tidak eksklusif, tetapi inklusif dan mencerahkan:
Aktif di masyarakat
Peduli pada tetangga
Menjadi teladan kejujuran
Menjadi peneduh di tengah konflik
Keluarga seperti inilah yang menjadi cahaya di tengah gelapnya zaman.
Penutup: Dari Rumah Menuju Peradaban
Wahai kaum Muslimin,
Jika kita ingin umat ini bangkit, mulailah dari rumah kita.
"Bangunlah keluargamu di atas tauhid,
hiasilah dengan akhlak,
hidupkan dengan dakwah,
dan istiqamahkan dengan cinta kepada Allah.”
Semoga Allah menjadikan rumah-rumah kita:
Rumah iman
Rumah ilmu
Rumah dakwah
Rumah cahaya
Allāhumma ij‘al buyūtanā buyūtal īmān wad-da‘wah.
Oleh. Dr. Nasrul Syarif, M.Si. (Penulis Buku Gizi Spiritua dan Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo)