Jalan Jiwa Para Salaf, Cahaya Ilmu, dan Keteguhan Moral yang Menopang Peradaban
TintaSiyasi.id -- Dalam tradisi Islam, kekuatan sejati bukan pertama-tama terletak pada fisik, bukan pada jumlah, bukan pula pada materi. Kekuatan terbesar adalah kekuatan jiwa—nafsiyah—yang hidup dengan dorongan iman, muraqabah kepada Allah, serta kemurnian akhlak. Inilah fondasi karakter para Nabi, para sahabat, dan para salafush-shalih; fondasi yang mampu mengubah bangsa-bangsa dan menggerakkan sejarah.
1. Apa itu Nafsiyah Islamiyah?
Para ulama menjelaskan bahwa nafsiyah adalah sistem kejiwaan seseorang—cita rasa spiritual, kecenderungan moral, dan dorongan batin yang membimbing tindakan.
Sedangkan Nafsiyah Islamiyah adalah kepribadian spiritual yang dibentuk oleh:
1. Iman yang mendalam,
2. Akhlak Qur’ani,
3. Kepekaan ruhani,
4. Ketaatan yang konsisten,
5. Kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya,
6. Kebencian terhadap maksiat.
Imam Al-Ghazali menyebutnya sebagai “quwwatul qalb”—energi hati—yang menjadi sumber dari keteguhan dan istiqamah.
Orang yang memiliki nafsiyah Islamiyah tidak hidup dengan naluri dunia, tetapi hidup dengan kesadaran Ilahi.
> “Sesungguhnya dalam jasad ada segumpal daging; bila ia baik, maka seluruh jasad baik.” – (HR. Bukhari-Muslim)
Itu adalah hati—poros nafsiyah.
2. Pilar Utama Pembentukan Nafsiyah Islamiyah yang Tangguh
1) Tauhid sebagai pusat orientasi hidup
Nafsiyah tidak akan pernah kuat bila pusat hidupnya adalah dunia. Hanya tauhid yang membuat manusia berdiri tegak.
Tauhid menegaskan:
Semua perkara dari Allah,
Semua nikmat milik Allah,
Semua ujian bawah kendali Allah,
Dan semua amal kembali kepada Allah.
Tauhid melahirkan keberanian, karena tidak takut kepada makhluk;
ketenangan, karena bersandar pada Rabb;
keteguhan moral, karena tidak mengejar penilaian manusia.
2) Ilmu syar’i yang memberi arah
Ilmu adalah cahaya jiwa.
Tanpa ilmu, nafsiyah menjadi lemah dan labil.
Dengan ilmu, manusia tahu mana jalan yang benar, mana yang batil, mana yang berat, mana yang ringan.
Imam Ahmad bin Hanbal berkata:
> “Manusia paling mulia adalah ahli ilmu. Mereka adalah cahaya dan petunjuk bagi umat.”
3) Muraqabah dan Muhasabah
Dua amalan ini seperti bahan bakar ruhani.
Muraqabah: merasakan pengawasan Allah setiap waktu.
Muhasabah: menilai diri sebelum Allah menilainya kelak.
Nafsiyah yang kuat lahir dari jiwa yang teratur, disiplin, dan selalu sadar kepada Allah.
4) Riyadhah an-Nafs (melatih jiwa)
Nafsiyah tidak lahir dari keinginan, tetapi dari latihan yang konsisten:
menahan marah,
menahan lisan,
menahan syahwat,
melatih kesabaran,
menjaga pandangan,
mengikhlaskan amal.
Setiap pengekangan hawa nafsu adalah pukulan yang memperkuat jiwa.
5) Akhlak mulia sebagai buahnya
Ciri utama nafsiyah Islamiyah yang tangguh adalah akhlak.
Orang yang jiwanya kuat:
tidak mudah tersinggung,
tidak terpancing provokasi,
tidak gelojoh terhadap dunia,
tidak goyah oleh celaan manusia,
sifatnya tenang, teduh, dan menyenangkan.
Imam Ibnul Qayyim menyebut akhlak sebagai “buah dari pohon iman”.
3. Tanda Seseorang Memiliki Nafsiyah Islamiyah yang Tangguh
1. Stabil saat diuji
Ia tidak panik, tidak putus asa, tidak menuduh takdir.
Ia berkata seperti para sahabat:
> “Hasbunallāh wa ni’mal wakīl.”
2. Taat meski dalam kondisi sulit
Hatinya berat meninggalkan ibadah.
Jiwanya rindu untuk dekat kepada Allah.
3. Rendah hati, tidak merasa lebih baik dari orang lain
Ia takut pada penyakit hati lebih dari takut pada musuh luar.
4. Kuat menghadapi godaan dunia
Ia tidak diperbudak materi, pujian, atau popularitas.
5. Mampu menjaga lisan dan emosi
Lisan yang terjaga adalah tanda jiwa yang matang.
6. Mudah mengampuni dan memberi maaf
Tidak membalas keburukan dengan keburukan, tetapi dengan keindahan akhlak.
4. Langkah Praktis Membangun Nafsiyah Islamiyah yang Tangguh
(A) Menguatkan hati dengan dzikir dan doa
Perbanyak istighfar
Dzikir pagi – petang
Shalawat
Tahajud
Doa-doa keteguhan
Dzikir adalah makanan jiwa sebagaimana nasi adalah makanan badan.
(B) Mengatur rutinitas ibadah harian
> Rutinitas yang kecil dan konsisten lebih membangun jiwa daripada ibadah besar tapi jarang.
Rutinitas efektif:
2 halaman Qur’an sehari
Shalat rawatib
Shalat malam 2 rakaat
Sedekah harian
Doa sebelum tidur
Membaca 1 halaman buku ulama
(C) Menjauhi lingkungan yang merusak jiwa
Lingkungan buruk meluluhkan nafsiyah sekuat apapun.
Carilah teman-teman yang:
mengingatkan pada Allah,
suka kajian,
baik akhlaknya.
(D) Menata tujuan hidup berdasarkan akhirat
Pertanyaan penting untuk selalu ditanyakan:
> “Apakah ini mendekatkan aku kepada Allah atau menjauhkanku?”
Jika jawaban menunjukkan kemunduran, tinggalkan.
(E) Menghadirkan peran amal sosial
Kekuatan jiwa tidak hanya dilatih dengan ibadah ritual, tetapi juga dengan memberi manfaat kepada orang lain.
Setiap kontribusi, sekecil apapun, menumbuhkan kelapangan hati.
5. Buah Akhir dari Nafsiyah Islamiyah yang Tangguh
Barangsiapa menjaga nafsiyahnya, Allah akan memberinya empat anugerah agung dalam hidup:
1. Ketenangan
Ia tidak gelisah melihat dunia berubah.
2. Kearifan
Ia tak mudah dimanipulasi oleh hawa nafsu, opini, atau tekanan sosial.
3. Kekuatan mental
Ia menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri.
4. Kedekatan dengan Allah
Inilah puncak kebahagiaan: hati yang merasakan cinta Allah setiap detik.
Penutup: Kembalilah kepada Jiwa yang Utuh
Jalan menuju nafsiyah Islamiyah yang tangguh bukan jalan cepat, tetapi jalan kedewasaan spiritual.
Jalan yang ditempuh dengan:
latihan kesabaran,
penguatan iman,
kemurnian niat,
konsistensi ibadah,
dan keikhlasan dalam amal.
Inilah jalan para Nabi.
Jalan para shalihin.
Jalan menuju kejayaan pribadi dan umat.
Oleh. Dr. Nasrul Syarif, M.Si. (Penulis Buku Gizi Spiritual dan Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo)