Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Naik–Turunnya Iman: Pelajaran Ruhani dari Sayyid Abdul Qadir al-Jailani

Senin, 22 Desember 2025 | 16:08 WIB Last Updated 2025-12-22T09:08:44Z
Menyembuhkan Hati, Menguatkan Jiwa, Mencerahkan Umat

Pendahuluan: Mengapa Iman Kita Sering Melemah?

Setiap Muslim yang jujur pada dirinya pasti pernah merasakan: hari ini hati begitu dekat dengan Allah, shalat terasa khusyuk, Al-Qur’an meneteskan air mata. Namun di hari lain, shalat terasa hampa, doa kering makna, dan maksiat terasa ringan.
Apakah ini tanda kita munafik?
Apakah iman kita palsu?
Sayyid Abdul Qadir al-Jailani رحمه الله—sulthan para wali—memberi jawaban yang menenangkan:
“Iman itu hidup. Ia naik dan turun. Yang celaka bukan orang yang imannya turun, tetapi orang yang membiarkannya mati.”
Artikel ini mengajak kita memahami dinamika iman, bukan untuk berputus asa, tetapi untuk bangkit, sadar, dan kembali kepada Allah.

Iman Itu Cahaya yang Hidup di Hati
Menurut Sayyid Abdul Qadir al-Jailani, iman bukan sekadar pengakuan lisan atau identitas sosial.
Iman adalah cahaya Ilahi yang bersemayam di dalam qalb (hati).
Cahaya itu:
• Bisa terang ketika diberi ketaatan
• Bisa redup ketika diselimuti dosa
• Bisa hampir padam ketika lalai dan tenggelam dalam dunia
Beliau menegaskan:
“Hati yang hidup adalah hati yang merasakan naik turunnya iman. Hati yang mati tidak lagi merasa apa-apa.”
Maka kegelisahan karena iman yang melemah sesungguhnya adalah tanda rahmat Allah.

Saat Iman Naik: Tanda Allah Mendekap Hamba-Nya

Iman akan naik dan menguat ketika seorang hamba berada dalam keadaan:
1. Ikhlas dalam Ketaatan
Setiap amal yang dilakukan karena Allah—bukan pujian, bukan dunia—akan menyuburkan iman.
“Ikhlas adalah air bagi pohon iman. Tanpanya, iman akan mengering.”
Shalat yang jujur, sedekah yang tersembunyi, sabar yang tak dipamerkan—itulah bahan bakar iman.

2. Dzikir yang Menghadirkan Allah
Dzikir bukan sekadar pengulangan kata, tetapi kehadiran Allah dalam kesadaran batin.
Hati yang sering berdzikir:
• Lembut
• Tenang
• Mudah menangis karena takut dan cinta kepada Allah
“Jika lidahmu berdzikir tapi hatimu lalai, imanmu tidak bertambah. Jika hatimu berdzikir, walau lidah diam, imanmu bercahaya.”

3. Melawan Nafsu dan Syahwat
Setiap kemenangan atas hawa nafsu adalah kenaikan derajat iman.
Menahan pandangan, menjaga lisan, melawan kemalasan shalat—semuanya adalah jihad terbesar.
“Nafsu adalah hijab iman. Semakin engkau menuruti nafsu, semakin jauh engkau dari Allah.”

4. Tawakal dan Ridha kepada Takdir
Iman naik saat hati menerima keputusan Allah tanpa memberontak.
Orang yang bertawakal tidak kehilangan iman meski kehilangan dunia.

Saat Iman Turun: Peringatan, Bukan Hukuman
Iman turun bukan untuk menghancurkan kita, tetapi untuk menyadarkan kita.
1. Dosa yang Dibiarkan
Dosa yang tidak ditaubati menumpuk menjadi karat di hati.
“Setiap dosa adalah titik hitam. Jika dibiarkan, ia menutupi cahaya iman.”
Yang paling berbahaya bukan dosa besar, tetapi dosa kecil yang dianggap remeh.

2. Cinta Dunia yang Berlebihan
Dunia bukan musuh, tetapi cinta berlebihan kepada dunia adalah racun iman.
“Jika dunia memenuhi hatimu, tidak tersisa ruang untuk Allah.”
Harta, jabatan, popularitas—semuanya menjadi ujian iman.

3. Lalai dari Mengingat Allah
Kelalaian (ghaflah) membuat hati keras.
Shalat dikerjakan, tetapi hati mengembara.
Doa dibaca, tetapi pikiran sibuk dunia.

4. Bergantung pada Makhluk
Iman melemah ketika harapan bergeser dari Allah kepada manusia.
“Siapa yang menggantungkan hatinya pada makhluk, akan Allah biarkan merasakan lemah dan kecewa.”

Iman Bisa Sakit, Tapi Jangan Dibiarkan Mati

Sayyid Abdul Qadir al-Jailani memberikan kabar penuh harap: “Selama engkau masih merasa takut kepada Allah, imanmu belum mati.”

Iman yang sakit masih bisa disembuhkan.
Yang berbahaya adalah hati yang tidak lagi merasa berdosa.

Obat Naik Turunnya Iman

Untuk mengobati iman yang melemah, Al-Jailani menasihatkan:
1. Taubat yang jujur dan berulang
2. Memperbaiki niat dalam setiap amal
3. Menghidupkan malam dengan munajat
4. Menjaga lingkungan dan pergaulan
5. Bersahabat dengan orang-orang shalih

Pesan Mencerahkan untuk Umat Hari Ini
Di zaman penuh distraksi, iman kita diuji setiap detik.

Media sosial, ambisi dunia, dan budaya lalai membuat iman cepat turun. Namun jalan pulang selalu terbuka.

“Jangan menunggu imanmu sempurna untuk kembali kepada Allah. Kembalilah, maka Allah yang akan menyempurnakan imanmu.”

Penutup: Jangan Putus Asa dari Rahmat Allah

Naik turunnya iman adalah sunnatullah bagi manusia.
Yang terpenting bukan seberapa sering iman turun, tetapi seberapa cepat kita kembali.
“Setiap langkah menuju Allah, walau tertatih, lebih mulia daripada berlari menjauhi-Nya.”
— Sayyid Abdul Qadir al-Jailani
Semoga Allah:
• Menghidupkan iman di hati kita
• Menjaga keluarga dan generasi kita
• Menjadikan kita hamba yang istiqamah hingga akhir hayat
اللهم ثبت قلوبنا على دينك

Oleh. Dr. Nasrul Syarif, M.Si. (Penulis Buku Gizi Spiritual dan Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo)

Opini

×
Berita Terbaru Update