TintaSiyasi.id -- Menjadi seorang Coach yang inspiratif dan berdaya guna bukan sekadar menguasai teknik bertanya atau model coaching, tetapi tentang kehadiran jiwa, kejernihan niat, dan kematangan akhlak. Dalam perspektif coaching modern yang terintegrasi dengan nilai Nafsiyah Islamiyah dan dakwah bil hikmah, berikut kerangka yang utuh dan aplikatif:
1. Luruskan Niat: Coaching sebagai Ibadah dan Amanah
Coach yang inspiratif lahir dari niat yang bersih, bukan ego ingin terlihat hebat.
“Sesungguhnya amal itu tergantung niatnya.” (HR. Bukhari Muslim).
Prinsip kunci:
Coaching bukan untuk mendominasi, tetapi memberdayakan
Bukan mencetak ketergantungan, tetapi melahirkan kemandirian
Bukan memamerkan ilmu, tetapi menghidupkan kesadaran
Coach yang berniat ibadah akan:
Lebih sabar
Lebih ikhlas
Lebih konsisten memberi dampak jangka panjang
2. Hadir Sepenuhnya (Presence): Ruh Coaching yang Sering Hilang
Inspirasi tidak lahir dari kata-kata indah, tetapi dari kehadiran utuh.
Coach yang hadir sepenuhnya:
Mendengar tanpa menghakimi
Menyimak bukan untuk membalas, tetapi untuk memahami
Menangkap bahasa emosi, bukan hanya bahasa lisan
“Jika hati bersih, maka ucapan akan menembus hati.” — Hikmah Ulama
Latihan sederhana:
Niatkan setiap sesi sebagai “amanah”
Tarik nafas, tenangkan hati sebelum bertanya
Kosongkan asumsi, penuhkan empati
3. Kuasai Seni Bertanya yang Menghidupkan Kesadaran
Coach inspiratif tidak banyak memberi solusi, tetapi pandai membuka kesadaran.
Contoh pertanyaan berdaya guna:
Apa makna kejadian ini bagi hidup Anda?
Nilai apa yang sedang Allah ajarkan lewat masalah ini?
Jika Anda jujur pada diri sendiri, apa yang sebenarnya Anda inginkan?
Langkah kecil apa yang bisa Anda ambil hari ini?
Pertanyaan yang baik:
Menggerakkan hati
Membangunkan tanggung jawab
Menghubungkan tujuan hidup dengan nilai ilahiyah
4. Bangun Nafsiyah yang Kuat sebelum Membangun Skill
Coaching yang kuat lahir dari kepribadian yang matang.
Empat pilar Nafsiyah Coach:
1. Takwa – sadar Allah selalu hadir
2. Tawakal – percaya proses, tidak memaksa hasil
3. Yakin – percaya potensi fitrah manusia
4. Ikhlas – tidak menggantungkan hasil pada pujian
“Barangsiapa mengenal dirinya, maka ia mengenal Rabb-nya.”
Coach tanpa pembinaan jiwa akan cepat lelah dan mudah kecewa.
5. Menjadi Teladan sebelum Menjadi Pembicara
Coach inspiratif mengajar lewat hidupnya, bukan sekadar lisannya.
Tanyakan pada diri:
Apakah saya menjalani apa yang saya ajarkan?
Apakah hidup saya mencerminkan nilai yang saya sampaikan?
Apakah kehadiran saya menenangkan atau menekan?
“Lisan hal lebih fasih daripada lisan maqāl.”
6. Gunakan Hikmah, Bukan Tekanan (Dakwah bil Hikmah).
Berdaya guna bukan berarti keras, tetapi tepat cara dan waktu.
“Serulah ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik.” (QS. An-Nahl: 125).
Ciri coaching bil hikmah:
Tidak menggurui
Tidak mempermalukan
Tidak memaksakan perubahan
Memberi ruang tumbuh sesuai tahap kesiapan
7. Fokus pada Dampak, Bukan Sekadar Performa
Coach yang hebat bukan yang:
Paling viral
Paling banyak klien
Paling banyak teori
Tetapi yang:
Kliennya lebih sadar
Lebih berani bertanggung jawab
Lebih dekat pada nilai kebenaran
Lebih tenang menjalani hidup
8. Terus Bertumbuh: Coach yang Berhenti Belajar, Berhenti Menginspirasi
Inspirasi mengalir dari jiwa yang terus dibersihkan dan diasah.
Ritme pertumbuhan coach:
Muhasabah harian
Tadabbur Al-Qur’an
Membaca dan belajar lintas disiplin
Mendapatkan coach/mentor
“Air yang mengalir memberi kehidupan, air yang diam menjadi keruh.”
Penutup: Coach yang Menghidupkan, Bukan Mengendalikan
Coach inspiratif adalah:
Orang yang kehadirannya membuat orang lain percaya pada dirinya sendiri dan pada pertolongan Allah.
Dr Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis dan Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo