TintaSiyasi.id -- Dalam kitab Al-Barzanji disebutkan sebuah ungkapan yang halus namun sangat dalam maknanya:
طُوبَى لِمَنْ كَانَ أَقْصَى مَقْصُودِهِ تَعْظِيمَ النَّبِيِّ مُحَمَّدٍ ﷺ
"Berbahagialah orang yang puncak tujuannya dalam hidup adalah mengagungkan Rasulullah ﷺ."
Ungkapan ini bukan sekadar syair—ia adalah prinsip hidup. Sebab mengagungkan Rasulullah ﷺ bukan hanya ekspresi emosional, tetapi puncak kesadaran iman, jalan pembebasan jiwa, dan kunci seluruh kebaikan.
Allah sendiri menegaskan:
إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ شَاهِدًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيرًا لِّتُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَتُعَزِّرُوهُ وَتُوَقِّرُوهُ
(“Kami mengutus engkau (wahai Muhammad) sebagai saksi, pembawa kabar gembira, pemberi peringatan, agar kalian beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, menguatkan dan mengagungkannya.”)
(QS. Al-Fath: 8-9)
Ayat ini menunjukkan bahwa mengagungkan Rasulullah ﷺ bukan budaya, tapi kewajiban iman.
Rasulullah ﷺ: Bukan Sekadar Guru Ruhani, tetapi Pemimpin Peradaban
Sebagian orang membatasi Rasulullah ﷺ hanya pada aspek spiritual: doa, maulid, zikir, dan air mata cinta. Semua itu mulia.
Tetapi kita lupa bahwa Rasulullah ﷺ juga:
• Mendirikan negara,
• Membentuk sistem pemerintahan yang adil,
• Membangun ekonomi berbasis keadilan sosial,
• Mendidik generasi pemimpin dunia,
• Menghapus perbudakan moral dan struktural,
• Mengubah tatanan masyarakat dari jahiliyah menuju peradaban cahaya.
Beliau bukan hanya figur masjid — beliau arsitek peradaban manusia.
Imam Ibn Khaldun mengatakan:
"Rasulullah ﷺ bukan hanya membawa agama, tetapi membawa peradaban sempurna yang menjadi model bagi bangsa setelahnya."
Maka mencintai Rasul bukan hanya dengan selawat—tetapi dengan menjadikan beliau model tata hidup: pribadi, keluarga, masyarakat, hingga tata negara.
Cinta Sejati kepada Rasulullah ﷺ: Taat, Bukan Sekadar Takjub
Imam Hasan al-Bashri pernah berkata:
“Bukanlah cinta bila hanya tampak dalam ucapan. Sesungguhnya cinta dituntut oleh ketaatan.”
Maka cinta yang benar adalah:
Bentuk cinta Ciri
Lisan Berselawat, menyebut namanya dengan penuh hormat
Hati Merasa rindu, hormat, takut mengecewakan beliau
Akal Mempelajari sunnah, sirah, dan ilmu agama
Tindakan Menghidupkan syariat dalam hidup sehari-hari
Peradaban Menjadikan Islam sistem hidup, bukan hanya ritual
Inilah cinta yang Rasulullah ﷺ harapkan dari umat setelah beliau wafat.
Beliau bersabda:
"Umatku yang paling aku rindukan adalah mereka yang tidak pernah melihatku namun beriman kepadaku."
(HR. Ahmad)
Kita adalah generasi yang beliau rindu.
Maka jangan sampai kita mencintai beliau hanya dengan suara, tetapi tidak dengan tindakan.
Menghidupkan Syariat dan Sunnah: Bentuk Tertinggi Pengagungan
Syariat bukan beban. Ia jalan hidup yang penuh berkah.
Menghidupkan sunnah berarti:
• Adil dalam bisnis,
• Lembut kepada keluarga,
• Amanah dalam jabatan,
• Jujur dalam perkataan,
• Sederhana dalam gaya hidup,
• Rendah hati dalam ilmu.
Karena Rasulullah ﷺ pernah bersabda:
أَدَّبَنِي رَبِّي فَأَحْسَنَ تَأْدِيبِي
“Tuhanku telah mendidikku dan sungguh indah pendidikan-Nya.”
Maka mengikuti beliau berarti kita sedang dididik langsung oleh Allah.
Mengagungkan Nabi ﷺ akan Mengangkat Derajat Umat
Bukti sejarah menunjukkan:
Ketika umat menjadikan Rasulullah ﷺ sebagai pusat hidup — lahirlah generasi Umar, Khalid, Imam Syafi'i, Imam Malik, para ulama dan ilmuwan Muslim yang membangun dunia.
Ketika sunnah ditinggalkan dan Rasulullah ﷺ hanya dijadikan simbol tanpa implementasi — umat kehilangan arah, terpecah, dan tertinggal.
Karena kehormatan umat bersumber dari hubungan mereka dengan Rasulullah ﷺ.
Renungan: Sudahkah Kita Mengagungkannya?
Tanyakan kepada hati:
• Apakah Rasulullah ﷺ menjadi standar keputusan kita?
• Atau hanya dekorasi spiritual dan identitas budaya?
• Sudahkah sunnahnya hidup di rumah kita?
• Atau hanya hidup di majelis dan ritual?
Jika jawabannya masih samar, maka perjalanan cinta kita baru dimulai.
Penutup: Doa
اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِنْ أَهْلِ مَحَبَّةِ نَبِيِّكَ،
وَمِنْ أَهْلِ نُصْرَةِ سُنَّتِهِ،
وَمِنْ أَهْلِ تَعْظِيمِ شَرِيعَتِهِ،
وَاحْشُرْنَا تَحْتَ لِوَائِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ.
Terjemahan
"Ya Allah, jadikanlah kami termasuk golongan yang mencintai Nabi-Mu, termasuk orang-orang yang menolong sunnahnya, termasuk orang-orang yang mengagungkan syariatnya, dan kumpulkanlah kami di bawah panji beliau pada hari kiamat."
Penjelasan Hikmah Kalimat Demi Kalimat
1. اللهم اجعلنا من أهل محبة نبيك
"Ya Allah, jadikan kami termasuk golongan pecinta Nabimu."
Ini adalah permohonan agar cinta kepada Rasulullah ﷺ bukan sekadar perasaan spontan, tetapi karunia dari Allah yang menetap di hati.
Karena cinta kepada Nabi ﷺ adalah bagian dari iman, sebagaimana sabdanya:
"Tidak beriman salah satu dari kalian sampai aku lebih ia cintai daripada dirinya sendiri."
(HR. Bukhari)
Hikmahnya: Cinta kepada Nabi ﷺ adalah cahaya yang membentuk akhlak, membimbing langkah, dan menenangkan jiwa.
2. ومن أهل نصرة سنته
"Dan jadikan kami termasuk penolong sunnahnya."
Ini bermakna bahwa cinta tidak berhenti pada rasa, tetapi ditunjukkan dengan pembelaan dan pengamalan.
Membela sunnah bukan hanya berdebat atau berbicara — tetapi:
• Menghidupkannya dalam keluarga, ibadah, dan muamalah,
• Mengajarkan dan menyebarkannya,
• Menjaga ajaran beliau dari penyimpangan.
Hikmahnya: Siapa yang menolong sunnah Rasulullah ﷺ, Allah akan menolong hidupnya.
(QS. Muhammad: 7)
3. ومن أهل تعظيم شريعته
"Dan termasuk golongan yang mengagungkan syariatnya."
Mengagungkan syariat berarti menjadikan aturan Islam sebagai:
• Timbangan keputusan hidup,
• Standar moral,
• Landasan hukum, akhlak, dan peradaban.
Ini menunjukkan bahwa Islam bukan hanya ritual, tetapi sistem hidup.
Hikmahnya: Barang siapa mengagungkan syariat, ia akan dimuliakan dunia dan akhirat; dan barang siapa meremehkannya, ia akan hina meski memiliki dunia.
(QS. Al-Hajj: 32)
4. واحشرنا تحت لوائه يوم القيامة
"Dan kumpulkan kami di bawah panji beliau pada hari kiamat."
Panji tersebut adalah Al-Liwa’ul-Hamd — Panji Kemuliaan — yang hanya dimiliki oleh Rasulullah ﷺ pada hari kiamat.
Semua manusia berada dalam ketakutan dan kegelapan, kecuali mereka yang di bawah panji beliau — penuh cahaya, aman, dan mulia.
Hikmahnya:
Jika di dunia kita bersama sunnah beliau, maka di akhirat kita akan bersama beliau.
Kesimpulan Spiritual
Doa ini bukan sekadar permintaan — tetapi komitmen hidup:
• Cinta yang membimbing hati,
• Sunnah yang membentuk perilaku,
• Syariat yang memandu kehidupan,
• Dan pengharapan final untuk berkumpul bersama Rasulullah ﷺ di akhirat.
Ini adalah doa orang yang ingin hidup seperti sahabat dan wafat dalam cinta Rasul.
Penutup
Semoga Allah menjadikan doa ini kehidupan kita, karakter kita, dan warisan iman yang kita tinggalkan.
اللهم آمين يارب العالمين.
Oleh. Dr. Nasrul Syarif, M.Si. (Penulis Buku Gizi Spiritual dan Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo)