Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Kapitalisme Digital Perusak Mental Generasi Indonesia

Selasa, 16 Desember 2025 | 19:10 WIB Last Updated 2025-12-16T12:10:21Z

Tintasiyasi.id.com -- Fenomena penggunaan digital di kalangan anak muda yang dijadikan teman di berbagai negara meluas. Interaksi manusia dan akal imitasi melalui percakapan di dunia maya ini ibarat pisau bermata dua yang memiliki dampak positif dan negatif bagi penggunanya. 

Kecerdasan buatan atau AI hadir sebagai akal imitasi mengubah semua cara kita berinteraksi dalam pekerjaan dan hiburan, makin banyak orang merasa terisolasi secara sosial.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan kesepian sebagai salah satu masalah kesehatan utama masyarakat global, terutama di kalangan anak muda.Data WHO pada akhir Juni 2025 memperkirakan 16 persen penduduk dunia dilanda kesepian.

Indonesia mencetak rekor dunia, tetapi bukan dalam prestasi olahraga maupun ekonomi. Laporan Digital 2025 Global Overview mencatat sebanyak 98,7% penduduk Indonesia berusia 16 tahun ke atas menggunakan ponsel untuk online sebesar 98,5% melampaui Filipina dan Afrika Selatan.

Generasi muda Indonesia banyak yang mengalami kesepian akibat kecanduan digital yang berlebihan.
Remaja Indonesia sudah kecanduan gadget akut. Padahal, penggunaan gadget berlebihan berdampak pada terjadinya digital dementia, kemalasan berpikir, kesepian, dan lain sebaginya. 

Di beberapa negara seperti Malasyia, Australia, Slandaia Baru, Belanda, Norwegia, Inggris dan Belgia memberlakukan pembatasan pengunaan mensod dibawah 16 tahun. Sedangkan di Indonesia tidak ada pembatasan usia untuk menggunakan medsos.

Kapitalisasi Digital

Media digital dalam sistem kapitalisme menjadi alat yang utama untuk merusak generasi muda secara mental. Penggunaan media digital tidak semuanya negative. Ada hal baik yang kita dapatkan jika menggunakannya dengan bijak. Tetapi banyak yang sering terjadi justru pengaruh buruknya yang lebih dominan. 

Orangtualah yang seharusnya paling berperan dalam hal ini.
Dalam kapitalisme, demi keuntungan sebuah perusahaan digital, masalah mental generasi akan diabaikan. Sebagai orangtua harus berupaya nenanamkan Aqidah untuk membentengi anak dari buruknya gadget. 

Untuk mencegah kecanduan di dunia digital peran orangtua harus bersikap bijak untuk meminimalisir pengaruh negatif bagi anak.
Indonesia hanya dijadikan pasar bagi platform digital tersebut. 

Negara seharusnya bersikap tegas terhadap perusahaan digital untuk melindungi generasi muda dan calon pemimpin masa depan.Tetapi fakta yang ada Negara tidak tegas terhadap Perusahaan digital yang diangap mereka sebagai ladang keuntungan.

Digitalisasi dalam Islam

Islam tidak anti teknologi. Islam adalah sebagai pelopor perkembangan dan kemajuan teknologi, pemimpin peradaban di dunia selama belasan abad. Dengan landasan teknologi berdasarkan iman dan ketundukan pada hukum syariat.

Perkembangan teknologi positif sangat berperan pada waktu itu. Khilafah memiliki visi misi mewujudkan generasi terbaik sekaligus pemimpin peradaban sehingga berkomitmen kuat terhadap kualitas generasi muda. 

Islam telah mengajarkan kepada kita fiqh awlawiyaat, yaitu prioritas pelaksanaan hukum syariat.Negara melakukan langkah preventif untuk membentengi generasi muda dari pengaruh media digital, yaitu menerapkan sistem pendidikan Islam, optimalisasi peran orang tua sebagai madrasah ula, dan sinergi masyarakat untuk amar makruf nahi mungkar. 

Negara juga melakukan langkah khusus, yaitu:
1. Mengawasi konten media (hanya boleh yang sesuai Islam) dan memberi sanksi bagi yang mem-posting tayangan yang tidak islami.
2. Membatasi medsos yang boleh ada dalam Khilafah, tidak semua medsos boleh ada dalam khilafah.
3. Membatasi usia generasi yang boleh mengakses medsos.
4. Mengatur penggunaan AI agar tidak berdampak buruk pada generasi.

Melakukan aktivitas bersama seluruh anggota keluarga akan menyibukan anak dengan kegiatan positif. Orang tua juga lebih dekat dengan anak dan mengajarkan nilai-nilai syariat sesuai ajaran Islam. 

Kegiatan bersama keluarga akan menguatkan tali ikatan hubungan dalam keluarga. Dengan melakukan berbagai kegiatan positif akan bisa mengalihkan aktivitas negatif dan tidak merasa kesepian. Wallahualam bishshawwab.[]

Oleh: Fitri Susilowati
(Aktivis Muslimah)

Opini

×
Berita Terbaru Update