Pendahuluan: Hidup Adalah Madrasah Terbesar
TintaSiyasi.id -- Dalam perjalanan hidup ini, Allah tidak hanya memberikan kita usia, tetapi juga pelajaran. Setiap hari adalah kelas. Setiap ujian adalah kurikulum. Setiap pengalaman adalah guru. Dan kita—setiap kita—adalah murid kehidupan yang sedang ditempa oleh kasih sayang Allah melalui hikmah yang terkadang manis, terkadang pahit.
Allah berfirman:
"Dan Dia mengajar manusia apa yang tidak diketahuinya.”
(QS. Al-‘Alaq: 5)
Ayat ini bukan sekadar tentang membaca buku—tetapi tentang membaca realitas, membaca tanda-tanda, membaca kejadian hidup, membaca diri sendiri, dan yang terpenting: membaca kehendak Allah di balik takdir.
Mengapa Belajar Itu Kehidupan?
Karena ilmu adalah cahaya, dan hati tanpa ilmu ibarat rumah tanpa lampu: gelap, kosong, dan rapuh.
Bukan tubuh kita yang pertama mati, tetapi akal yang berhenti berpikir, hati yang berhenti merasa, dan jiwa yang berhenti mencari kebenaran.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Barangsiapa hari ini lebih baik daripada hari kemarin, maka ia beruntung.”
“Barangsiapa hari ini sama dengan hari kemarin, maka ia rugi.”
“Barangsiapa hari ini lebih buruk daripada hari kemarin, maka ia celaka.”
Ini bukan tentang usia biologis—ini tentang pertumbuhan ruhani.
Belajar dari Tiga Guru Kehidupan.
1. Waktu
Waktu tidak pernah berhenti untuk menunggu kita sadar. Ia berjalan, mengalir, dan pergi — meninggalkan kita dengan pertanyaan:
Apakah hari ini aku lebih dekat kepada Allah? Atau justru semakin jauh?
Setiap detik yang Allah beri adalah kesempatan memperbaiki diri. Jangan tunggu sempurna untuk memulai. Mulailah—dan kesempurnaan akan mengikuti bimbingan-Nya.
2. Ujian
Tidak ada jiwa besar tanpa ujian besar. Tidak ada iman kuat tanpa rintangan berat.
Allah berfirman:
"Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.”
(QS. Al-Insyirah: 6)
Ujian bukan hukuman. Ujian adalah kelas latihan mental untuk membuat kita kuat, matang, dan bergantung hanya kepada-Nya.
Saat hidup terasa berat, katakan dalam hati:
“Allah sedang mengajariku sesuatu.”
3. Orang-orang di Sekitar Kita
Sebagian orang hadir sebagai rahmat. Mereka mengajarkan kesabaran, kelembutan, dan ketulusan.
Sebagian lagi hadir sebagai ujian. Mereka mengajarkan ketahanan, pengendalian amarah, dan memaafkan.
Dan sebagian hadir sebagai peringatan:
bahwa sombong itu merusak
dan tawadhu itu memuliakan.
Tanda Orang yang Masih Hidup Jiwanya
• Ia mencintai ilmu dan penasihat.
• Ia terbuka terhadap kritik.
• Ia tidak pernah merasa paling benar.
• Ia selalu haus hikmah.
• Ia selalu ingin memperbaiki diri.
Karena yang membedakan orang beriman dan orang lalai adalah kepekaan terhadap nasihat.
Allah berfirman: "Maka berilah peringatan, karena peringatan itu bermanfaat bagi orang beriman.” (QS. Adz-Dzariyat: 55)
Hidup Ini Bukan Tentang Selesai — Tapi Tentang Bertumbuh
Kita tidak dituntut menjadi sempurna, tetapi dituntut untuk terus belajar dan memperbaiki diri.
Sebab selama nafas masih berhembus, selama mata masih bisa melihat langit, selama hati masih bisa bergetar ketika mendengar nama Allah—berarti masih ada peluang untuk berubah.
Penutup: Jadilah Pembelajar Sepanjang Hayat
Hari ini, mari teguhkan tekad: Belajarlah dari Qur’an sebelum belajar dari dunia. Belajarlah dari Rasulullah sebelum belajar dari manusia. Belajarlah dari ujian sebelum menyesal di akhir perjalanan.
Dan katakan dalam hati:
“Ya Allah, jadikan aku hamba yang rendah hati, yang tidak pernah merasa cukup, dan yang selalu mencari ilmu sampai Engkau memanggilku pulang.”
Amin.
Sobat. Karena kehidupan adalah proses menjadi, bukan selesai.Dan selama Anda terus belajar, Anda tidak akan pernah mati—Anda sedang hidup dalam cahaya ilmu, iman, dan hikmah.
Oleh. Dr. Nasrul Syarif, M.Si. (Lembah PegununganTrawas. 7 Desember 2025)