Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Banjir, Akankah Hanya Permasalahan Iklim?

Senin, 01 Desember 2025 | 04:41 WIB Last Updated 2025-11-30T21:41:48Z

TintaSiyasi.id -- Saat ini negara Indonesia memasuki musim penghujan. Hampir dipastikan tiap hari akan turun hujan. Curah hujan diperkirakan makin tinggi jelang natal dan tahun baru. Tak aneh jika kemudian di beberapa titik daerah tanah air mengalami banjir dan tanah longsor.

Petugas melintas di dekat rumah warga yang terdampak bencana tanah longsor di Desa Cibeunying, Majenang, Cilacap, Jawa Tengah, Jumat (14/11/2025). DEPUTI Bidang Penanganan Darurat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Budi Irawan, memastikan penanganan tanggap darurat tanah longsor di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, yang saat ini masih menyisakan korban hilang agar dilakukan dengan cepat sebagaimana instruksi dari Presiden Prabowo Subianto.

"Presiden menyampaikan turut berduka. Beliau memerintahkan BNPB untuk bergerak ke lapangan dan membantu menyelesaikan penanganan longsor di Majenang hingga masa tanggap darurat selesai," kata Budi, Sabtu (15/11).

Fakta ini baru menunjukkan di satu titik daerah saja. Di daerah yang lain bahkan terjadi banjir disertai bencana angin puting beliung. Banyak rumah, pohon dan bangunan roboh. Banyak warga yang menjadi korban dan belum terevakuasi. BNPB dan BPBD kesulitan dalam mengerahkan bantuan karena kendala cuaca, medan dan keterbatasan tim.

Fakta terbaru mengenai bencana banjir dan tanah longsor, terjadi di beberapa daerah di Sumatera Utara, termasuk di Kota Sibolga, Kabupaten Tapanuli Tengah, Tapanuli Utara, hingga Tapanuli Selatan. Bencana hidrometeorologi ini telah menyebabkan ribuan rumah warga rusak parah dan terendam, akses jalan terputus, bahkan sampai menelan korban jiwa (detikProperti, 28 November 2025)

Sebenarnya problem banjir dan tanah longsor ini sudah menjadi problem yang berkesinambungan. Tiap kali musim penghujan tiba, hampir dipastikan akan terjadi banjir di beberapa daerah. Seharusnya pemerintah jauh-jauh hari sudah mempersiapkan cuaca ekstrem ini. Sedia payung sebelum hujan, begitulah istilahnya. Tapi pemerintah sepertinya tak sepenuhnya mencari akar masalah dari bencana tersebut. Terkesan lamban dalam penanganan dan insidental.

Kalau dilihat lebih jauh, bencana alam ini banyak terjadi akibat kesalahan tata kelola ruang hidup dan lingkungan, misal: pembangunan jalan untuk daerah yang tanahnya tidak dapat menyerap air dengan baik seperti tanah liat tentu saja berbeda dengan tanah yang menyerap air, bahan baku pembangunan haruslah berbeda supaya tidak menyebabkan kerusakan struktural pada insfrastruktur publik seperti jalan, jembatan, sistem drainase dan lain lain. Kemiringan posisi tanah juga harus diperhatikan supaya tanah yang curam tidak mempercepat aliran air dan meningkatkan risiko banjir. Pembangunan villa villa, kafe kafe di daerah dataran tinggi yang tidak terkendali juga dapat menyebabkan banjir karena permukaan yang sudah dibangun tidak menyerap air dengan benar.

Hukum pidana yang digunakan untuk menindak para penebang kayu liar, penggalian tambang secara ugal ugalan dan pemburu liar haruslah tegas karena bisa menyebabkan rusaknya ekosistem dan lingkungan.

Penanganan bencana amatlah lamban. Ini menunjukkan sistem migasi masih lemah dan tidak komperehensif, baik pada tataran individu, masyarakat dan negara. Pemerintah sebagai penanggung jawab penanganan kebencanaan tidak serius menyiapkan kebijakan preventif dan kuratif dalam mitigasi bencana.

Di dalam sistem Islam, paradigma soal bencana memiliki dua dimensi, yaitu ruhiyah dan siyasiyah. Dimensi ruhiyah memaknai bencana alam seperti banjir dan tanah longsor sebagai tanda kekuasaan Allah. Tapi juga memahamkan bahwa banyak ayat ayat di dalam Alquran dan hadits terkait bencana adalah akibat ulah manusia. Merusak alam dan membahayakan kehidupan adalah termasuk dosa besar. Sementara dimensi siyasiyah terkait dengan tata kelola ruang dan mitigasi bencana.

Negara dalam sistem Islam akan melakukan mitigasi bencana secara serius dan komperehensif dalam rangka menjaga keselamatan jiwa rakyatnya. Pemerintah dalam hal ini seorang Khalifah bertanggung jawab penuh memberikan bantuan searab layak, pendampingan, hingga para penyitas mampu menjalani menjalani kehidupannya secara normal pasca bencana. Begitulah harusnya seorang pemimpin, yang tugasnya menjadi junnah atau perisai bagi umatnya. Menjadi garda terdepan layaknya kepemimpinan Rasulullah berikut khalifah selanjutnya di abad silam. []


Umul Bariyah
(Aktivis Muslimah)

Opini

×
Berita Terbaru Update