Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Amanah Kepemimpinan: Peringatan bagi Para Penguasa

Sabtu, 06 Desember 2025 | 20:31 WIB Last Updated 2025-12-06T13:31:37Z
TintaSiyasi.id -- Di sepanjang sejarah peradaban manusia, tidak ada amanah yang lebih berat daripada amanah kepemimpinan. Ia bukan sekadar jabatan, bukan sekadar kekuasaan, bukan sekadar kursi kehormatan. Namun, ia adalah beban pertanggungjawaban di hadapan Allah yang keadilannya tidak mengenal suap, tidak dapat disetir opini, dan tidak tunduk pada popularitas.

Maka, layaklah kalimat peringatan ini disampaikan kepada mereka yang memegang kekuasaan:
“Ingatlah wahai para penguasa dan pemimpin. Kebijakanmu terhadap rakyat akan dihisab oleh Allah. Engkau pasti akan dimintai pertanggungjawaban oleh-Nya. Maka takutlah akan azab-Nya di akhirat.”
Ini bukan ancaman manusia. Ini adalah peringatan dari langit. Peringatan yang pernah disampaikan para Nabi, para ulama, dan para pewaris risalah keadilan.

1. Kekuasaan adalah Amanah, Bukan Harta Warisan
Rasulullah Saw. bersabda:
"إِنَّهَا أَمَانَةٌ، وَإِنَّهَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ خِزْيٌ وَنَدَامَةٌ"

“Sesungguhnya kepemimpinan itu adalah amanah, dan pada hari kiamat ia akan menjadi kehinaan dan penyesalan.” (HR. Muslim).

Seorang pemimpin bukan ditanya:
• Berapa tahun ia memerintah.
• Berapa program ia canangkan.
• Berapa gelar kehormatan ia raih.
Tetapi ditanya satu hal penting:
Apakah engkau menegakkan keadilan atau menimbulkan kezaliman?

2. Setiap Keputusan Akan Menjadi Saksi
Seorang pemimpin mungkin bisa menipu rakyatnya, memainkan narasi, menyembunyikan data, menutup suara oposisi, atau memoles citra.
Namun, bagaimana ia akan menipu Allah?
Allah berfirman:
"وَقِفُوهُمْ ۖ إِنَّهُمْ مَسْئُولُونَ"

“Tahanlah mereka, sesungguhnya mereka akan dimintai pertanggungjawaban.” (QS. As-Saffat: 24).
Setiap tanda tangan, setiap instruksi, setiap peraturan, dan setiap kebijakan yang menyentuh kehidupan rakyat akan bersaksi:
• Jika membawa keadilan, ia akan menjadi cahaya di hari kiamat.
• Jika membawa kezaliman, ia akan menjadi api yang membakar.

3. Rakyat Bukan Objek Kekuasaan – Mereka Adalah Amanah Allah
Pemimpin sejati bukan yang berkuasa atas rakyat, tetapi yang berjuang untuk rakyat.
Rasulullah Saw. bersabda:
"اللَّهُمَّ مَن وَلِيَ مِنْ أَمْرِ أُمَّتِي شَيْئًا فَشَقَّ عَلَيْهِمْ فَاشْقُقْ عَلَيْهِ"

“Ya Allah, siapa pun yang memimpin umatku lalu ia mempersulit mereka, maka persulitlah urusannya.” (HR. Muslim). 
Dan beliau melanjutkan:
"وَمَن رَفَقَ بِهِمْ فَارْفُقْ بِهِ"

“Dan siapa yang memudahkan urusan mereka, maka mudahkan urusannya.”
Betapa adilnya Allah—pemimpin yang keras kepada rakyatnya akan menghadapi kekerasan hisab Allah.
Dan pemimpin yang lembut kepada rakyatnya akan mendapatkan kelembutan Allah.

4. Keadilan Lebih Tegak daripada Kekuasaan
Kekuasaan tanpa keadilan hanya melahirkan takut, bukan hormat. Maksiat, bukan kemuliaan. Pemberontakan hati, bukan cinta rakyat.
Umar bin Abdul Aziz pernah berkata:
"Sesungguhnya Allah menolong negara yang adil meskipun ia kafir, dan tidak menolong negara yang zalim meskipun ia Muslim."
Karena hukum Allah berlaku atas prinsip keadilan, bukan atas label atau identitas.

5. Kepemimpinan yang Baik Akan Terus Hidup, Meskipun Pemimpinnya Telah Tiada
Pemimpin yang jujur mungkin:
• tidak populer
• tidak dipuji media
• tidak dipuja massa
Tetapi ia akan dikenang sejarah, didoakan rakyat, diangkat derajatnya oleh Allah
Sedangkan pemimpin zalim mungkin:
• tampak kuat,
• tampak ditakuti,
• tampak berjaya.
Namun ia akan wafat dalam kehinaan dan namanya akan menjadi luka sejarah.

Doa Penutup
اللَّهُمَّ وَلِّ عَلَيْنَا خِيَارَنَا،
وَلَا تُوَلِّ عَلَيْنَا شِرَارَنَا،
وَاجْعَلْ وُلَاةَ أُمُورِنَا مِمَّنْ يَخَافُونَكَ وَيَعْدِلُونَ فِي رَعِيَّتِهِمْ،
وَاصْرِفْ عَنَّا كُلَّ ظَالِمٍ وَمُفْسِدٍ وَمُتَجَبِّرٍ.
Aamiin ya Rabbal ‘alamin.

Penutup

Pemimpin yang berkuasa hari ini mungkin lupa…
Tetapi hari ketika mereka berdiri sendiri di hadapan Allah tidak akan lupa siapa pun.
Maka, wahai pemimpin, 
jika engkau tidak takut kehilangan jabatanmu,
takutlah kehilangan keselamatanmu di hadapan Tuhan yang Maha Adil.

Dr Nasrul Syarif, M.Si. 
Penulis Buku Gizi Spiritual dan Dosen Pascasarjana  UIT Lirboyo

Opini

×
Berita Terbaru Update