Tintasiyasi.id.com -- Miris, dibalik tekanan ekonomi yang makin menggila saat ini, generasi muda muslim malah dihadapkan dengan bahaya judi online (judol) dan pinjaman online (pinjol) yang semakin mengancam. Realita ini bukan cuma sekedar fenomena yang menjadi masalah individu, melainkan sebuah perangkap sistemis kapitalisme yang mendominasi dunia saat ini.
Dari data Kompas (25 Desember 2025) menunjukkan gambaran yang mengkhawatirkan. Ditengah keterbatasan, generasi muda saat ini menjadi sasaran empuk iklan judol dan pinjol. Mengapa? Karena hal ini dipengaruhi oleh algoritma digital yang tunduk pada logika kapitalisme.
Dimana algoritma ini dirancang untuk membaca kebiasaan dan kerentanan pengguna, lantas kemudian menyajikan konten-konten yang menghasilkan keuntungan.
Irinisnya, tercatat, 58% Gen Z menggunakan pinjol tersebut bukan hanya untuk kebutuhan mendesak saja namun juga untuk kebutuhan gaya hidup dan hiburan. Ini diperkuat dengan lonjakan drastis rekening pinjaman di usia muda.
Jadi, ini semakin menegaskan sistem ini tidak hanya menciptakan himpitan ekonomi tetapi juga membudayakan materialisme yang mendorong generasi muda nekat mengambil resiko tinggi demi gengsi dan kesenangan sesaat.
Kegagalan Sistem Kapitalisme
Jeratan judol dan pinjol adalah manifestasi dari kegagalan negara juga sistem yang melahirkan kesenjangan. Dimana sebagian sumber daya dan kekayaan menumpuk ditangan segelintir orang.
Kemudian, diperparah dengan lapangan kerja yang ada tidak memadai juga standar upah yang jauh dari kata layak. Wajar saja, dalam kondisi ini, judol dan pinjol seolah menjadi “jalan pintas” ilusi untuk mengatasi himpitan ekonomi tersebut.
Negara juga kalah dalam melawan pengaruh sekularisme, yang kemudian juga gagal membentengi generasi dengan nilai-nilai agama. Sehingga tanpa disadari sekularisme dan materialisme pun sudah mandarah daging dalam keluarga dan pendidikan, serta lingkungan masyarakat yang membuat genrasi muda rentan terhadap tindakan spekulatif.
Karena standar perbuatannya hanya sekedar manfaat materi semata dan mengabaikan pertimbangan akal, agama dan dampaknya kemudian hari.
Selain itu, ruang digital yang berkembang sekarang dikuasai juga oleh perusahaan raksasa yang beroperasi dibawah sistem kapitalisme. Algoritma yang mereka ciptakan bukan membawa keselamatan generasi muda, tapi malah menjadikan generasi muda pasar yang eksploitasi demi keuntungan. Sehingga merajalelalah konten yang merusak, menormalisasi kemaksiatan, dan tindakan kriminal selama menghasilkan cuan.
Solusi Judol dan Pinjol dalam Sistem Ekonomi Islam
Masalah sistemik ini hanya bisa diselesaikan dengan solusi sistemik juga. Maka, solusinya juga harus datang dari ideologi yang terbukti mampu menyejahterakan manusia yakni sistem Ekonomi Islam. Sistem ekonomi Islam mampu menjamin kesejahteraan, yang sangat jauh berbeda dengan sistem kapitalisme yang membiarkan kesenjangan.
Sistem ini diterapkan dalam Khilafah Islam, yang menjamin kesejahteraan seluruh rakyatnya. Hal ini dilakukan melalui distribusi kekayaan, jaminan kebutuhan pokok, pendidikan dan kesehatan gratis, serta tersedianya lapangan kerja yang memadai dan bermartabat. Sehingga himpitan ekonomi yang menjadi akar masalah, dapat dihilangkan.
Hal tersebut juga ditopang dengan pola sistem pendidikan Islam yang mampu membentuk kepribadian Islam (Syakhsiyah Islamiyah) pada setiap generasi. Sehingga pendidikan lebih menfokuskan untuk menyandarkan generasi bahwa setiap perbuatannya harus sesuai dengan hukum syara, bukan manfaat materi atau kesenangan.
Khilafah juga kemudian akan membangun infrastruktur digital di atas paradigma Islam. Sehingga, negara akan memiliki peran sentral untuk melindungi generasi dari konten merusak dan normalisasi kemaksiatan, termasuk iklan judol dan pinjol. Platform digital juga harus tunduk pada aturan syariat, mengutamakan keselamatan dan moralitas pengguna di atas keuntungan semata.
Jadi, generasi muslim saat ini mustinya sadar dan kembali pada identitasnya yang hakiki sebagai generasi pembangun peradaban (Khairu Ummah). Hal ini hanya bisa dilakukan melalui pembinaan Islam yang intensif dan aktivitas dakwah bersama kelompok dakwah Islam ideologis.
Dengan memahami peran besarnya, energi pemuda akan diarahkan untuk berkarya dan berjuang demi tegaknya Islam, bukan terperangkap dalam gaya hidup konsumtif dan spekulatif.
Jeratan algoritma Kapitalisme adalah panggilan bagi generasi muda untuk bangkit. Jadi, jangan biarkan masa depan tergadaikan oleh ilusi keuntungan instan. Hanya dengan kembali kepada Sistem Islam yang Kaffah generasi dapat diselamatkan dari perangkap sistemik ini, dan dapat kembali menjadi agen perubahan yang sejati.[]
Oleh: Sri Nova Sagita
(Analis Mutiara Umat Institute)