Tintasiyasi.id.com -- Akhir-akhir ini banyak berita yang tersaji di media. Jika ini berita baik maka sungguh sangat berbangga, akan tetapi yang memenuhi media saat ini adalah berita buruk.
Berita ini terkait generasi muda yang diharapkan mampu membawa bangsa menuju kedaulatan hakiki, siapa lagi kalau bukan kita, Generasi Z (Gen Z).
Kita pemuda-pemudi berusia produktif, semestinya mampu meraih gelar generasi risalah penerus Islam, namun faktanya banyak dari kita menjadi korban pinjol bahkan judol, di saat kita ingin mewujudkan wishlist amal untuk memperoleh kebahagian hakiki kelak (surga) banyak sekali toxic dari sekulerisme.
Selain itu korban kekerasan seksual, perundungan, dan yang paling menyayat hati ialah terkait kesehatan mental kita.
Berdasarkan data Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) tahun 2022, tercatat bahwa satu dari tiga remaja Indonesia memiliki masalah kesehatan mental, yang setara dengan 15,5 juta jiwa (ugm.ac.id/id, 2/10/2022).
Akar dari permasalahan ini ialah kapitalisme. Kita tidak bisa menganggap enteng pengaruh ideologi ini karena kapitalisme dapat menyebarkan pengaruhnya, kini tanpa kita sadari, algoritma telah mengendalikan diri kita sendiri, apa buktinya?
Buktinya bisa kita lihat bahwa algoritma memang dirancang agar mengikuti tontonan yang sering kita lihat, tontonan yang memiliki banyak like dan tontonan yang viral dengan hashtag (#fyp) itu sekalipun isi kontennya ringan, dipenuhi dengan humor yang rendah dan tak jarang ada konten yang membuat kita lapar mata.
Semua itu memang dibuat agar kita nyaman scrolling berlama-lama, tidak hanya handphone, kita pun menjadi over heating. Pada akhirnya semua hal tersebut hanyalah soal cuan. Dapat kita lihat pula bahwa tak sedikit konten yang menganggap enteng untuk nge-publish kemaksiatannya, jika ini terus dibiarkan semakin lama akan mengikis kepribadian Islam kita.
Disinilah Algoritma memegang gelar sebagai "guru nilai" baru bagi generasi muda. Apakah membawa kebaikan? Oh no! Faktanya justru membuat kita terlena dengan platform tersebut. di tengah hiruk pikuk itu kini ada satu titik terang yang membuka mata.
Algoritma kini menjadi 'guru nilai' yang mendikte alam bawah sadar: kebenaran diukur dari viralitas, bukan Syariat. Saat kemaksiatan dan hal nirfaedah mendapat ribuan likes, itulah yang dianggap standar kesuksesan baru. Parahnya, algoritma mengurung pemuda dalam 'gelembung' mereka sendiri, menciptakan gap generasi yang menganga.
Generasi tua dan muda sengaja dikotakkan dalam ruang berbeda dengan protokol yang tak nyambung. Narasi 'tua itu usang' dan 'muda itu bermasalah' sengaja dibangun untuk menciptakan jurang pemisah. Akibatnya, transfer keteladanan terputus dan proses pewarisan dakwah menjadi macet total.
Maka, untuk menyelamatkan generasi ini adalah tugas kita bersama. Kita harus mampu meng-handle potensi yang kita miliki itu untuk berkontribusi dalam perjuangan. Rasulullah SAW. telah memberikan contoh kepada kita yang mana beliau berhasil membina generasi muda.
Mari kita berkaca pada sebuah data, merujuk pada hasil Sensus Penduduk 2020 oleh Badan Pusat Statistik (BPS), Generasi Z mendominasi populasi Indonesia dengan jumlah mencapai 75,49 juta jiwa, yang terdiri dari jutaan pemuda dan pemudi yang menjadi aset demografi bangsa. (bps.go.id. 21/01/2021).
Ini bukan angka yang sedikit tentunya, ini adalah aset besar dan mestinya dapat mendorong perubahan sistem politik Islam dengan sangat fantastis.
Kita memiliki satu tugas untuk diperjuangkan, pada Q.S. Ali-Imran ayat 104 yang artinya:
"Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yanag ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar, merekalah orang-orang yang beruntung."
Maka saya mengajak teman-teman sebaya dan tentunya semua pemuda muslim dari seluruh generasi di manapun berada, mari manfaatkan potensi kita dalam dunia digital ini untuk memperkuat pesan dakwah Islam ideologis, semua!
Jadilah Agent of Change demi melanjutkan kehidupan Islam!, berbeda generasi bukan menjadi gap antara kita dengan generasi sebelum kita, tapi ini Rahmat Allah SWT, dengan segala potensi mari kita menjalankan tugas yang sama, yakni menaklukan Roma. Allahu Akbar![]
Oleh: Clorine Khadijah
(Duta Islam Banjarmasin)