Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Sudan Membara: Negeri Muslim yang Diperebutkan, Umat Masih Terlena

Sabtu, 08 November 2025 | 22:46 WIB Last Updated 2025-11-08T23:34:08Z
TintaSiyasi.id -- Sudan kembali menjadi berita duka dunia Islam. Sejak meletusnya perang antara militer dan Rapid Support Forces (RSF) pada 2023, negeri itu berubah menjadi ladang darah. Lebih dari 12 juta warga terusir dari tempat tinggal, 25 juta lainnya bergantung pada bantuan pangan darurat, sementara kekerasan seksual dan pembunuhan massal merajalela. (UNICEF, 24 Oktober 2025) Padahal Sudan adalah negara muslim terbesar ketiga di Afrika, penghasil emas utama di dunia Arab, dan kaya sumber daya minyak serta pertanian. Namun semua kekayaan itu kini menjadi kutukan, diperebutkan berbagai kekuatan global, sementara rakyatnya terjebak dalam krisis kemanusiaan terburuk abad ini.

Perebutan Pengaruh Global

Tragedi Sudan bukan sekadar konflik etnis atau pertikaian militer. Ia merupakan panggung perebutan pengaruh antara kekuatan kapitalis global, terutama Amerika Serikat dan Inggris, yang ingin mempertahankan hegemoni di Afrika melalui proyek Timur Tengah Baru. Di balik jargon “perdamaian” dan “demokrasi”, mereka menanamkan pengaruh lewat negara boneka seperti Uni Emirat Arab dan entitas zionis, agar Sudan tetap menjadi pemasok emas dan minyak bagi kepentingan barat. (Financial Times, 20 Juni 2025)

Sementara itu, lembaga internasional seperti PBB hanya menjadi alat legalisasi kepentingan global. Mereka menyesalkan kekerasan, tapi tidak menyinggung akar persoalan: intervensi asing dan absennya sistem Islam yang mampu melindungi umat. Akibatnya, Sudan seperti negeri-negeri muslim lain seperti Irak, Suriah, Yaman, dan Libya yang terus menjadi korban politik pecah belah demi mengamankan sumber daya strategis.

Sudan Adalah Cermin Umat

Sudan sejatinya adalah potret kondisi seluruh negeri muslim hari ini. Kaya sumber daya namun miskin kedaulatan, luas wilayah tapi sempit kekuasaan, banyak pemimpin namun tunduk pada tekanan asing. Inilah wajah tragis umat Islam yang kehilangan pelindung sejatinya—imam yang melindungi darah, kehormatan, dan harta mereka.

Umat Islam perlu menaikkan cara pandang terhadap konflik ini. Sudan bukan hanya isu kemanusiaan, tetapi bagian dari perang ideologis antara Islam dan kapitalisme. Selama umat memandangnya sebatas perang saudara, mereka akan terus menjadi objek permainan geopolitik dunia. Padahal, selama sistem kufur kapitalisme berkuasa, kekayaan umat akan terus dijarah dan darah mereka tumpah tanpa perlindungan.

Islam Kaffah, Satu-satunya Jalan

Islam telah menetapkan satu sistem kepemimpinan yang menjaga umat dari kezaliman dan penjajahan. Rasulullah ﷺ bersabda: “Imam (khalifah) adalah perisai, di belakangnya umat berperang dan dengannya mereka berlindung.” (HR. Muslim).

Khilafah adalah institusi yang menyatukan negeri-negeri Muslim di bawah satu kepemimpinan. Di masa lalu, ia menjadi pelindung umat dari serangan luar dan pengatur distribusi kekayaan secara adil. Tidak ada ruang bagi kekuatan asing untuk menguasai sumber daya atau menanamkan sistem kufur, sebab seluruh kebijakan ditentukan berdasarkan wahyu, bukan kepentingan kapital.

Dengan sistem ekonomi Islam, Sudan tidak akan menjadi korban kerakusan global. Kekayaan emas dan minyaknya akan dikelola untuk kemaslahatan rakyat, bukan dikuras perusahaan asing. Sistem politik Islam juga memastikan penguasa tidak bisa disetir barat, karena loyalitasnya hanya kepada Allah dan kaum muslimin, bukan kepada lembaga donor internasional.

Bangkit dari Keterlenaan

Umat Islam harus menyadari bahwa tragedi Sudan adalah alarm bagi seluruh dunia Islam. Selama sistem kufur kapitalisme global masih bercokol, tragedi serupa akan terus berulang. Umat tidak boleh lagi puas dengan doa dan simpati; mereka harus berjuang menegakkan sistem Islam kaffah yang mampu menyatukan negeri-negeri muslim dalam satu kepemimpinan global.

Allah SWT telah menjanjikan kemenangan bagi orang-orang beriman yang menegakkan syariat-Nya secara menyeluruh: “Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa.” (QS. An-Nur: 55).

Khatimah

Sudan hanyalah satu dari sekian banyak negeri Muslim yang menjadi korban sistem kufur kapitalisme global. Namun dari Sudan pula, umat seharusnya belajar bahwa selama Islam tidak diterapkan secara kaffah dan kepemimpinan umat tidak bersatu dalam satu khilafah, darah dan kehormatan kaum Muslimin akan terus terinjak.

Kini saatnya umat Islam bangkit, menolak hegemoni barat, dan kembali kepada sistem Islam yang diturunkan Allah untuk mengatur seluruh aspek kehidupan. Hanya dengan itulah kemuliaan umat dan keamanan dunia dapat terwujud. Wallahu a'lam bishshowab []

Penulis: Mahrita Julia Hapsari
Aktivis Muslimah Banua

Opini

×
Berita Terbaru Update