Tintasiyasi.id.com -- Baru-baru ini, kasus bunuh diri di kalangan pelajar kembali terjadi. Dikutip dari Kompas.id (30-10-2025), dua siswa SMP di Sawahlunto Sumatera Barat ditemukan meninggal dengan gantung diri di sekolah. Kasus serupa juga terjadi di Bandung.
Seorang siswa kelas V SD ditemukan tidak bernyawa tergantung di kusen pintu kamar rumah neneknya menggunakan tali sepatu.
Kasus bunuh diri di kalangan pelajar kian meningkat. Sungguh miris, diusia produktif mereka nekad mengakhiri hidup dengan cara keji. Hal ini menunjukkan bahwa ada sesuatu yang salah dengan sistem kehidupan yang diterapkan.
Mental Sekarat Korban Sistem Rusak
Fenomena bunuh diri dikalangan pelajar perlu dicermati secara mendalam. Pasalnya, tidak semua bunuh diri terjadi disebabkan bullying. Tentu banyak faktor yang melatarbelakangi, salah satunya masalah mental. Kondisi kesehatan mental anak-anak Indonesia menghadapi "lampu merah".
Wakil Menteri Kesehatan (Kemenkes), Dante Saksono Harbuwono, mengungkapkan data yang mencengangkan, dua juta dari sekitar 20 juta jiwa anak Indonesia mengalami berbagai bentuk gangguan mental.
Kemenkes mengajak masyarakat untuk saling memperkuat dukungan psiko sosial bagi siapa pun yang tengah berjuang dengan kesehatan jiwanya (Republika.co.id, 30-10-2025).
Bunuh diri merupakan puncak gangguan kesehatan mental. Stres hingga depresi tidak dapat dihindari dalam kehidupan saat ini. Baik oleh orang dewasa maupun anak usia sekolah.
Kesulitan ekonomi, tuntutan gaya hidup, konflik keluarga dan interaksi sosial juga menjadi pemicu gangguan mental.
Konten bunuh diri di media sosial juga tersebar luas. Komunitas sharing bunuh diri pun semakin digandrungi. Dikutip dari Tempo.co (30-10-2025), data terbaru Open AI menunjukkan lebih dari satu juta pengguna ChatGPT membahas percakapan tentang rencana bunuh diri.
Generasi hari ini tumbuh dalam dekapan sistem sekuler. Sistem yang memisahkan agama (Islam) dengan kehidupan. Sistem yang mengajarkan bahwa nilai hidup ditentukan dengan materi, prestasi akademis semata, dan mengabaikan nilai ketakwaan. Selama nilai atau ranking rapor bagus, dianggap sukses meski mentalnya bermasalah.
Dalam sistem sekuler kapitalisme, pendidikan hanya fokus mencetak kepala pintar tetapi jiwa kering keimanan. Agama dipelajari hanya sebatas teori tidak diterapkan dalam kehidupan. Alhasil, jadilah generasi yang mudah menyerah dalam menghadapi gelombang kehidupan.
Islam Menjaga Jiwa dan Mental Generasi
Kehidupan adalah amanah dari Allah SWT dan harus dijaga dengan baik. Bunuh diri merupakan tindakan yang dilarang dan dosa besar. Firman Allah SWT, "Dan janganlah kamu membunuh dirimu sendiri, sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu." (QS. An-Nisa: 29)
Banyaknya pelaku bunuh diri tidak selalu karena lemah iman, melainkan korban dari sistem yang rusak. Sistem yang telah mengabaikan aturan Allah SWT, maka harus diganti dengan sistem yang menerapkan aturan Allah SWT, yakni sistem Islam (Khilafah).
Dalam sistem Islam, negara sebagai junnah, yakni pelindung dan pengayom umat. Negara akan melakukan upaya meminimalisir dan menghilangkan segala penyebab gangguan mental dari berbagai aspek, diantaranya;
Pertama, Islam mengajarkan tentang sabar, salat, dan berdoa kepada Allah SWT sebagai salah satu jalan keluar dari masalah. Kedekatan hamba dengan Rabb-Nya akan memberikan rasa tenang sehingga dapat mengatasi stres. Ini merupakan aspek keimanan yang wajib dibangun sejak dini dalam lingkungan keluarga.
Kedua, dalam aspek pendidikan. Kurikulum yang diterapkan harus berasaskan akidah Islam, dengan tujuan membentuk generasi yang berkepribadian Islam. Selain itu, generasi dididik untuk memiliki keterampilan hidup yang mendukung kemaslahatan umat sehingga mampu menghadapi tantangan zaman. Dengan ini, lahirlah generasi tangguh yang bertakwa dan bermental pemimpin masa depan.
Ketiga, dari aspek ekonomi. Sistem Islam akan menerapkan sistem ekonomi yang menjamin kebutuhan pokok umat, baik secara langsung maupun tidak langsung. Ngara mengelola SDA tanpa campur tangan swasta dan asing, sehingga dapat membuka lapangan pekerjaan yang luas bagi masyarakat. Adanya jaminan ekonomi dari negara akan menciptakan ketenangan di tengah masyarakat, termasuk tumbuh kembangnya anak-anak.
Keempat, dari aspek pergaulan dan media. Negara akan menciptakan iklim pergaulan yang aman dari segala bentuk kemaksiatan. Media dilarang keras menayangkan konten yang merusak pemikiran dan mental, seperti pembunuhan dan bunuh diri. Fungsi media dalam sistem Islam untuk menciptakan suasana iman, tontonan harus mampu menuntun pada ketaatan.
Kelima, dari aspek kesehatan. Negara akan melakukan rehabilitasi medis dan nonmedis terhadap penderita gangguan mental. Penanganan dilakukan oleh para ahli dengan biaya ditanggung penuh oleh negara. Dalam sejarah peradaban Islam, Khilafah memiliki rumah sakit jiwa dan memiliki metode pengobatan sakit mental yang sepuluh abad lebih jauh sebelum Eropa. Wallahu a'lam bishshawwab.[]
Oleh: Eni Imami, S.Si, S.Pd
(Aktivis Muslimah)