Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Studi Perilaku Hewan, HILMI: Keruntuhan Peradaban Sosial Tetap Terjadi meski Kebutuhan Fisik Terpenuhi

Rabu, 05 November 2025 | 15:08 WIB Last Updated 2025-11-05T08:08:12Z

TintaSiyasi.id -- Perhimpunan Intelektual Muslim Indonesia (HILMI) merilis tulisan opini yang menyoroti temuan mencengangkan dari eksperimen perilaku hewan "Universe 25" yang menunjukkan bahwa keruntuhan peradaban sosial bisa terjadi meskipun kebutuhan fisik, seperti makanan dan tempat berlindung, terpenuhi secara mutlak.

 

“Eksperimen perilaku hewan "Universe 25" yang menunjukkan bahwa keruntuhan peradaban sosial bisa terjadi meskipun kebutuhan fisik, seperti makanan dan tempat berlindung, terpenuhi secara mutlak,” sebut HILMI dalam rilisnya kepada TintaSiyasi.ID, Senin (03/11/25).

 

HILMI menggunakan hasil eksperimen tersebut sebagai cermin bagi manusia modern. “Meskipun teknologi dan energi melimpah, masyarakat modern menghadapi krisis sosial, termasuk stres perkotaan, kekerasan, degradasi moral, dan kehampaan makna,” cetus HILMI.

 

“Eksperimen ini menjadi peringatan bahwa daya dukung sosial dan spiritual sama pentingnya dengan daya dukung ekologis. Kerusakan tidak berasal dari kekurangan fisik, tetapi dari disfungsi perilaku sosial,” ulas HILMI.

 

Eksperimen yang dilakukan oleh ahli perilaku hewan John B. Calhoun pada tahun 1960-an itu, disebut HILMI dilakukan dengan menempatkan sekelompok tikus dalam "surga" tertutup dengan pakan, air, dan ruang bersarang yang berlimpah, tanpa kekurangan sumber daya atau predator.

 

“Namun, meskipun populasi awalnya tumbuh pesat hingga mencapai puncaknya (2.200 ekor), koloni tersebut pada akhirnya punah seluruhnya dalam waktu 1.580 hari (sekitar 4 tahun 4 bulan),” ulas HILMI.

 

HILMI menyebut, penyebab kepunahan tui bukanlah kelaparan, melainkan behavioral sink—istilah yang digunakan Calhoun untuk runtuhnya perilaku sosial akibat ruang sesak yang tak menantang.

 

“Dalam kondisi padat, tikus-tikus menunjukkan penyimpangan perilaku, seperti agresi, penelantaran anak oleh induk betina, dan isolasi diri tanpa reproduksi,” pungkas HILMI.[] Rere

Opini

×
Berita Terbaru Update