TintaSiyasi.id -- Dalam kajian terbarunya, Perhimpunan Intelektual Muslim Indonesia (HILMI) menyimpulkan bahwa ancaman terbesar terhadap carrying capacity (daya dukung) bumi bukanlah semata-mata jumlah populasi manusia, melainkan pola konsumsi dan ketidakadilan distribusi sumber daya.
“Ancaman terbesar terhadap carrying
capacity (daya dukung) bumi bukanlah semata-mata jumlah populasi manusia,
melainkan pola konsumsi dan ketidakadilan distribusi sumber daya,” ulas HILMI
dalam rilis Intellectual Opinion No. 24.
Mengutip data Global Footprint
Network, HILMI menunjukkan bahwa umat manusia saat ini menggunakan sumber daya
setara 1,7 kali kemampuan regeneratif bumi per tahun, yang berarti "memakan
masa depan".
“Kesenjangan yang sangat besar
disoroti oleh HILMI: 20 persen penduduk dunia—yang umumnya berada di
negara-negara kaya—menghabiskan lebih dari 80 persen energi dan bahan baku
global,” beber HILMI kepada TintaSiyasi.ID, Senin (03/11/2025).
Dengan kata lain, HILMI tegaskan
jika permasalahan utama bukan pada jumlah kepala, melainkan pada ketimpangan
konsumsi.
“Jika semua manusia hidup dengan
pola konsumsi tinggi seperti di Amerika Utara, bumi diperkirakan hanya mampu
menampung 2–3 miliar jiwa,” tandas HILMI.
Sebaliknya, imbuh HILMI, jika
manusia hidup dengan teknologi efisien, pola diet nabati, dan pengelolaan
limbah yang baik, kapasitas teoretis bumi dapat mencapai 10–12 miliar jiwa.
HILMI menyatakan, peneliti
seperti Joel E. Cohen (1995) telah menunjukkan bahwa perkiraan kapasitas bumi
bervariasi ekstrem tergantung pada variabel seperti teknologi, pola konsumsi,
distribusi kekayaan, dan perilaku.
“Karena itu, HILMI menegaskan
bahwa bumi masih bisa mencukupi jika manusia mengedepankan kesederhanaan,
keadilan distribusi, dan penghargaan pada alam,” tutup HILMI.[] Rere
