TintaSiyasi.id -- Fondasi Generasi Berakhlak Mulia, Peduli, dan Berdaya
Dalam dunia modern yang semakin cepat, kompetitif, dan penuh tekanan, salah satu kemampuan yang paling menentukan masa depan anak adalah skill with people kemampuan berinteraksi, memahami, dan memengaruhi orang lain dengan cara yang positif. Dalam Islam, kemampuan ini bukan hanya kompetensi duniawi, tetapi bagian dari akhlak mulia yang menjadi misi utama diutusnya Rasulullah Saw.
Beliau bersabda:
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.”
(HR. Malik).
Membangun karakter positif, empati, dan rasa percaya diri pada anak bukan sekadar tugas pendidikan, tetapi juga ibadah yang berdampak jangka panjang bagi kehidupan umat.
1. Karakter Positif: Pondasi Kepribadian Anak
Karakter positif bukan muncul tiba-tiba. Ia dibangun melalui contoh, kebiasaan, lingkungan, dan arahan yang konsisten. Dalam Islam, karakter positif dikenal sebagai khuluq hasan, yang mencakup kesabaran, kejujuran, kerendahan hati, rasa syukur, dan adab yang baik kepada sesama.
A. Cara Menumbuhkan Karakter Positif pada Anak
1. Memberi Teladan yang Hidup (Living Example)
Anak lebih banyak meniru daripada sekadar mendengar.
Bila orang tua berperilaku lembut, anak belajar kelembutan. Bila orang tua jujur, anak belajar integritas.
2. Menggunakan Bahasa yang Menguatkan
Ciptakan lingkungan verbal yang sehat:
• “Terima kasih, kamu anak baik.”
• “Ayah/Ibu bangga dengan usahamu.”
• “Kamu sudah berusaha, itu sangat berharga.”
3. Mengajarkan Anak Bertanggung Jawab
Berikan tugas kecil yang sesuai usia: merapikan mainan, menyiram bunga, membantu di rumah.
Tanggung jawab kecil menumbuhkan rasa mampu yang besar.
4. Membiasakan Anak Bersyukur
Ajarkan untuk menghargai hal kecil, mulai dari makanan hingga teman.
Anak yang bersyukur tumbuh menjadi pribadi positif yang tidak mudah iri atau kecewa.
2. Empati: Kecerdasan Hati yang Menjadikan Anak Dicintai Lingkungan
Empati adalah kemampuan merasakan apa yang dirasakan orang lain.
Anak yang memiliki empati akan lebih mudah bekerja sama, menghargai teman, tidak suka membully, dan lebih stabil emosinya.
Nabi Saw. mengajarkan:
“Tidak sempurna iman seseorang hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.”
(HR. Bukhari-Muslim).
A. Cara Menanamkan Empati pada Anak
1. Validasi Perasaan Anak
Ketika anak sedih, marah atau takut, dengarkan dulu tanpa menghakimi.
Anak yang didengarkan akan tumbuh menjadi pendengar yang baik.
2. Ajak Anak Menolong Orang Lain
Mulai dari hal sederhana, seperti membagi makanan, membantu teman atau menyapa orang tua.
Empati tumbuh kuat melalui aksi nyata.
3. Gunakan Cerita sebagai Media
Cerita para nabi, kisah sahabat, bahkan dongeng bisa menumbuhkan kemampuan memahami perasaan tokoh dan membedakan baik-buruk.
4. Biasakan Anak Mengucapkan Tiga Ungkapan Ajaib
• “Tolong”
• “Terima kasih”
• “Maaf”
Tiga kata ini memperhalus hubungan dan menanamkan kepekaan sosial.
3. Percaya Diri: Kunci Anak Tumbuh Berani, Mandiri, dan Siap Menghadapi Tantangan
Percaya diri bukan berarti sombong, tetapi memahami bahwa dirinya berharga, mampu berkembang, dan dicintai Allah.
Anak dengan kepercayaan diri baik akan lebih mudah mengambil keputusan, berani tampil, dan tidak mudah minder.
A. Cara Membentuk Percaya Diri pada Anak
1. Fokus pada Proses, Bukan Hanya Hasil
Ketika anak gagal, katakan: “Kamu sudah mencoba, ayo kita belajar lagi.”
Mindset berkembang (growth mindset) membuat anak tahan banting.
2. Berikan Kesempatan Anak Memilih
Biarkan anak sesekali memilih pakaian, permainan atau makanan sehat.
Memberi pilihan = memberi kendali.
3. Apresiasi Keunikan Anak
Setiap anak punya bakat berbeda.
Jangan paksa anak menjadi “orang lain” hanya demi standar sosial.
4. Hindari Kalimat yang Meruntuhkan Harga Diri
Seperti:
• “Kamu kok begitu sih!”
• “Kamu nggak bisa apa-apa!”
Kata-kata ini membekas dan memutus rasa percaya diri.
4. Skill with People dalam Perspektif Islam
Kemampuan bersosialisasi adalah bagian dari muamalah. Dalam Islam, hubungan antarmanusia (hablun minannas) memegang posisi utama setelah hubungan dengan Allah.
Rasulullah Saw. memiliki empat people-skill unggulan:
1. Kemampuan mendengarkan
2. Menebar salam dan senyum
3. Berbicara dengan penuh hikmah
4. Menyentuh hati sebelum memberi nasihat
Jika anak dibentuk dengan empat pilar ini, ia akan tumbuh menjadi pribadi yang dicintai, dihargai, dan mudah bekerja sama di sekolah, masyarakat, dan dunia kerja kelak.
5. Strategi Praktis Mendidik Anak Agar Memiliki Skill with People
A. Latihan Harian
Minta anak menyapa tetangga dengan sopan.
Latih anak mengucapkan “terima kasih” setiap menerima bantuan.
Ajak anak memilih hadiah kecil untuk temannya.
Buat role-play: bagaimana meminta maaf, bagaimana menolak dengan sopan.
B. Lingkungan Rumah Penuh Adab
Rumah yang damai adalah madrasah terbaik.
Biasakan:
Tidak berteriak
Tidak merendahkan satu sama lain
Saling menghormati antara orang tua–anak
C. Gunakan “5 Minute Reflection” Sebelum Tidur
Tanyakan 3 hal:
1. Apa kebaikan yang kamu lakukan hari ini?
2. Siapa yang kamu bantu?
3. Apa yang ingin kamu perbaiki besok?
Refleksi harian akan membangun karakter positif, empati, dan kepercayaan diri secara konsisten.
6. Dampak Jangka Panjang: Anak Tumbuh Menjadi Pemimpin Berhati Lembut
Jika anak dibiasakan skill with people sejak kecil, ia akan menjadi:
Pribadi yang mudah diterima banyak orang
Pemimpin yang menggerakkan, bukan menekan
Dai yang menyentuh hati umat
Sahabat yang setia
Hamba Allah yang lembut budi pekertinya
Masyarakat akan lebih damai, sekolah lebih harmonis, dan keluarga lebih penuh cinta.
Ini adalah investasi akhlak yang akarnya kecil, tetapi buahnya sangat besar.
Penutup: Membangun Generasi Emas yang Cerdas Sosial dan Berakhlak Ilahi
Anak yang memiliki karakter positif, empati, dan kepercayaan diri bukan hanya berhasil secara sosial, tetapi juga menjadi cerminan ajaran Rasulullah Saw.
Pendidikan karakter adalah sedekah jariyah yang tidak akan terputus.
Semoga artikel ini menginspirasi orang tua, guru, dan para pembina untuk terus membentuk generasi yang berakhlak mulia dan kuat menghadapi tantangan zaman.
Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual dan Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo