TintaSiyasi.id -- Di tengah arus kehidupan modern yang serba cepat, manusia semakin mudah merasa kurang. Apa pun yang telah dimiliki seolah tidak pernah cukup. Media sosial memamerkan pencapaian orang lain, iklan menebar ilusi kebahagiaan dengan membeli lebih banyak, dan tekanan sosial mendorong manusia untuk terus berlari tanpa akhir. Di sinilah qana’ah hadir sebagai energi ruhani yang menenangkan, menguatkan, dan memuliakan.
Qana’ah bukan berarti pasrah tanpa usaha, bukan pula alasan untuk berhenti berjuang. Qana’ah adalah ketenangan hati terhadap rezeki yang Allah tetapkan setelah seseorang berusaha dengan maksimal.
1.. Makna Qana’ah: Kekayaan Hati yang Tidak Bisa Dibeli
Nabi Saw. bersabda:
“Bukanlah kekayaan itu dengan banyaknya harta, tetapi kekayaan adalah kaya hati.”
(HR. Bukhari dan Muslim).
Kekayaan sejati bukan terletak pada apa yang berada di tangan, tetapi pada apa yang menetap di hati. Qana’ah menjadikan seseorang kokoh meski rezekinya sederhana. Ia tidak mudah iri, tidak mudah gelisah, dan tidak mudah terombang-ambing oleh kehidupan orang lain.
Qana’ah mengajari kita bahwa:
* Rezeki bukan hanya uang. Ia meliputi kesehatan, keluarga, persahabatan, dan ketenangan.
* Rezeki tidak selalu yang besar, tetapi yang penuh berkah.
* Rezeki bukan yang diharapkan, tetapi yang terbaik yang Allah pilihkan.
2. Pilar-Pilar Qana’ah yang Membentuk Ketenangan Jiwa
a. Menerima Ketetapan Rezeki dengan Lapang
Manusia diperintahkan berusaha, tetapi hasil sepenuhnya milik Allah. Qana’ah membuat seseorang berkata dalam hati:
Apa yang Allah berikan padaku hari ini adalah yang terbaik untukku.
Kalimat yang sederhana, tetapi efeknya luar biasa. Ia memutus kecemasan, meruntuhkan ketergantungan pada manusia, dan mengalirkan kedamaian ke dalam jiwa.
b. Bersyukur atas Nikmat yang Ada
Syukur melengkapi qana’ah. Orang yang qana’ah tidak sibuk menghitung apa yang kurang, tetapi fokus pada apa yang masih ada.
Allah berfirman:
“Jika kalian bersyukur, pasti Aku akan menambah (nikmat) untuk kalian.”
(QS. Ibrahim: 7).
Syukur membuka pintu tambahan, qana’ah membuat hati puas dan bahagia dengan apa yang sudah dibuka.
c. Menghindari Perbandingan yang Merusak.
Qana’ah memelihara hati dari penyakit membandingkan diri dengan orang lain. Dalam qana’ah, seseorang melihat ke bawah dalam urusan dunia. Bukan agar sombong, tetapi agar hati tidak terjerat ketamakkan.
Rasulullah Saw. bersabda:
“Lihatlah kepada orang yang lebih rendah daripada kalian (dalam urusan dunia), dan jangan melihat kepada yang di atas kalian.”
(HR. Muslim).
d. Percaya bahwa Allah Maha Mengetahui yang Terbaik.
Kadang manusia tidak mendapatkan apa yang ingin ia raih. Qana’ah menyelamatkan hati dari buruk sangka kepada Rabb-nya. Ia mengajarkan bahwa:
* Allah tidak pernah keliru menentukan jatah
* Allah tidak pernah telat memberi
* Allah tidak pernah lalai mengatur kebutuhan hamba-Nya
3. Kekuatan Qana’ah dalam Kehidupan Sehari-Hari.
a. Melahirkan Ketenangan dan Anti-Stres.
Banyak orang stres bukan karena sedikitnya rezeki, tetapi karena menuntut lebih dari takarannya. Qana’ah menstabilkan batin, membuat seseorang mudah tersenyum, dan tidak gampang terpancing ambisi negatif.
b. Menguatkan dalam Perjuangan Hidup.
Orang yang qana’ah tidak putus asa saat hasil usaha belum besar. Ia tetap tekun dan bersungguh-sungguh karena tahu bahwa kerja keras adalah ibadah, dan hasil adalah karunia Allah.
c. Membentuk Kepribadian Rendah Hati.
Qana’ah menjauhkan dari kesombongan. Ia membentuk seseorang menjadi pribadi lembut dan bersahaja, karena ia menyadari bahwa semua rezeki berasal dari Allah, bukan dari kemampuan dirinya semata.
d. Mengurangi Beban Finansial dan Kehidupan Konsumtif.
Qana’ah mendorong gaya hidup sederhana, hemat, tidak menghamburkan uang, dan fokus pada kebutuhan, bukan gengsi.
e. Menjadikan Rumah Tangga Lebih Harmonis.
Rumah tangga retak bukan karena miskin, tetapi karena merasa miskin. Qana’ah membuat pasangan saling menerima, saling menguatkan, dan tidak memaksakan standar hidup yang belum mampu dicapai.
4. Qana’ah dalam Perspektif Para Ulama Salaf.
Para salaf dahulu sangat menjaga qana’ah. Mereka berkata:
“Barang siapa qana’ah, ia akan hidup sebagai orang merdeka.”
Merdeka di sini bukan sekadar bebas, tetapi bebas dari:
* tekanan dunia
* ketamakan
* rasa iri
* ambisi palsu
* dan dorongan untuk selalu terlihat lebih hebat
Qana’ah membebaskan jiwa dari perbudakan dunia dan menjadikan seseorang hanya bergantung kepada Allah.
5. Cara Menumbuhkan Qana’ah dalam Diri.
1. Perbanyak doa memohon hati yang tenang dan rezeki yang berkah.
Rezeki yang sedikit tetapi berkah lebih menenangkan daripada yang banyak, tetapi membawa masalah.
2. Latih diri dengan syukur harian.
Tuliskan 3 hal kecil setiap hari yang patut disyukuri.
3. Kurangi paparan perbandingan tak sehat.
Batasi scroll media sosial yang memicu rasa kurang.
4. Tumbuhkan keyakinan bahwa setiap orang punya takdir rezekinya sendiri.
5. Fokus pada amal akhirat.
Semakin dekat dengan Allah, semakin ringan pandangan terhadap dunia.
Penutup: Qana’ah Adalah Jalan Menuju Kekayaan Abadi
Qana’ah bukan mengurangi cita-cita, tetapi melembutkan hati agar tidak diperbudak oleh cita-cita. Ia bukan mematikan ambisi, tetapi menundukkan ambisi di bawah ridha Allah Swt. Ia bukan membuat hidup stagnan, tetapi membuat perjalanan hidup lebih lapang, ringan, dan bermakna.
Barang siapa ingin hidup bahagia, damai, tenang, dan mulia, maka qana’ah adalah kunci yang harus dipegang.
Semoga Allah menghiasi hati kita dengan qana’ah, menjauhkan dari tamak, dan menganugerahkan rezeki yang berkah dan mencukupi. Aamiin.
Dr Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual dan Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo