Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Sabar: Jalan Menuju Rahmat dan Keselamatan Allah

Jumat, 07 November 2025 | 05:21 WIB Last Updated 2025-11-06T22:21:40Z
TintaSiyasi.id -- Pendahuluan: Jalan Menuju Cinta dan Rahmat Allah

Tidak ada satu pun manusia yang hidup tanpa ujian. Setiap jiwa diuji dengan sesuatu yang berbeda: sebagian diuji dengan kesulitan, sebagian dengan kenikmatan; sebagian diuji dengan kehilangan, sebagian dengan kekuasaan. Semua itu merupakan jalan ujian yang akan membentuk nilai manusia di hadapan Allah SWT.
Imam Al-Ghazali — seorang ulama besar yang dikenal sebagai Hujjatul Islam — pernah menasihatkan:
"Barangsiapa ingin selamat dari azab Allah, meraih pahala dan rahmat-Nya, serta masuk surga yang disediakan, hendaknya ia menahan diri dari syahwat duniawi dan bersabar atas segala kesulitan dan musibah yang dialami."
Nasehat ini bukan sekadar ungkapan moral, melainkan jalan spiritual yang diambil para kekasih Allah, para Nabi, dan orang-orang saleh sepanjang zaman.
Kesabaran bukan hanya soal menahan diri, tetapi juga meneguhkan jiwa untuk tetap berada di jalan Allah, meski jalan itu dipenuhi duri dan air mata.

Ayat Agung tentang Keteguhan Jiwa
"Dan berapa banyak nabi yang berperang bersama mereka sejumlah besar dari pengikutnya yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, tidak lesu, dan tidak menyerah. Allah menyukai orang-orang yang sabar."
(QS. Ali Imran: 146)
Ayat ini turun setelah Perang Uhud, ketika sebagian kaum Muslimin merasa lemah, kecewa, dan kehilangan semangat setelah menghadapi kekalahan. Allah meneguhkan hati mereka dengan kisah para nabi dan orang beriman terdahulu. Mereka juga terluka, bahkan kehilangan nyawa dan keluarga, tetapi tidak goyah dalam keimanan.
Allah memuji mereka bukan karena kemenangan yang gemilang, tetapi karena kesabaran dan keteguhan hati.
Dan Allah menutup ayat ini dengan kalimat yang menggetarkan:
"Wallāhu yuḥibbuṣ-ṣābirīn"
— Allah mencintai orang-orang yang sabar.

Makna Sabar dalam Pandangan Para Ulama
1. Ibnu Katsir: Sabar adalah kekuatan spiritual para pejuang
Ibnu Katsir menjelaskan bahwa “ribiyyun katsir” adalah para ulama, ahli ibadah, dan orang-orang beriman yang berperang bersama para nabi. Mereka tidak gentar menghadapi penderitaan karena yakin bahwa semua luka di jalan Allah adalah kehormatan.
Kesabaran mereka bukan berarti tidak merasa sakit, tetapi tidak membiarkan rasa sakit menguasai hati mereka.
Mereka tetap tegar karena tahu, setiap tetes darah dan air mata akan menjadi cahaya di akhirat kelak.

2. Al-Qurthubi: Tiga bentuk kesabaran
Menurut Al-Qurthubi, sabar terbagi menjadi tiga bentuk utama:
• Sabar dalam ketaatan, yakni tetap menjalankan perintah Allah meskipun berat.
• Sabar menjauhi maksiat, yakni menahan diri dari godaan dunia yang memabukkan.
• Sabar atas takdir, yakni menerima dengan lapang dada apa pun yang ditetapkan Allah, baik yang manis maupun pahit.
Tiga bentuk sabar ini adalah pilar kekuatan spiritual seorang mukmin. Siapa yang mampu menggabungkannya, maka jiwanya akan kokoh di tengah gelombang kehidupan.

3. As-Sa’di: Sabar adalah bukti cinta sejati kepada Allah
Dalam tafsirnya, As-Sa’di menyebut bahwa sabar adalah tanda cinta dan keyakinan yang mendalam.
Orang yang sabar tidak menilai hidup dari enak dan tidak enak, tetapi dari ridha dan murka Allah.
Ia berserah, bukan menyerah. Ia tenang, bukan lemah. Ia yakin, bukan putus asa.

Nasihat Imam Al-Ghazali: Menahan Diri dari Syahwat Dunia

Imam Al-Ghazali menjelaskan bahwa syahwat dunia adalah akar dari segala kelemahan manusia.
Syahwat bukan hanya keinginan jasmani, tetapi segala bentuk nafsu yang membuat hati lalai dari Allah: cinta harta, pujian, kedudukan, dan kenikmatan duniawi yang fana.
Menurut beliau, manusia yang tidak mampu mengendalikan syahwatnya akan menjadi budak keinginannya sendiri.
Ia akan terus berlari mengejar fatamorgana dunia, hingga lupa bahwa dunia ini hanyalah jembatan menuju akhirat.
Beliau berkata:
“Sabar dalam menahan diri dari syahwat dunia adalah jihad terbesar. Barangsiapa mampu menundukkan nafsunya, maka ia telah menaklukkan musuh paling berbahaya.”

Hakikat Sabar dalam Kehidupan Ruhani

1. Sabar adalah kekuatan batin
Sabar bukan sekadar menahan marah atau menunggu waktu berlalu, tetapi kekuatan untuk tetap berjalan dalam kebenaran, walau seluruh dunia menentang.
Sabar adalah bentuk keberanian spiritual — keberanian untuk tetap mencintai Allah di tengah penderitaan.
2. Sabar adalah kunci kemenangan hakiki
Kemenangan sejati bukanlah mengalahkan orang lain, melainkan mengalahkan diri sendiri.
Siapa yang mampu bersabar menahan nafsu, sabar dalam ibadah, sabar dalam cobaan, maka ia telah menang — meski dunia tidak melihatnya.
3. Sabar adalah cahaya hati
Dalam hadits disebutkan:
"As-shabru dhiya’" — Sabar itu cahaya.
Cahaya ini bukan hanya penerang di dunia, tetapi juga di kubur dan akhirat.
Hati orang yang sabar memancarkan ketenangan yang tidak bisa dibeli dengan dunia sekalipun.

Buah dari Kesabaran

1. Dihapuskan dosa dan diangkat derajatnya.
“Sesungguhnya orang yang sabar akan diberi pahala tanpa batas.” (QS. Az-Zumar: 10)
2. Dicintai oleh Allah.
“Allah mencintai orang-orang yang sabar.” (QS. Ali Imran: 146)
3. Dianugerahi kekuatan jiwa dan ketenangan hati.
Orang yang sabar tidak mudah goyah, karena sandarannya bukan dunia, melainkan Allah.
4. Diberi kemuliaan di dunia dan akhirat.
Semua Nabi, para syuhada, dan orang saleh mencapai derajat tinggi karena kesabaran mereka.

Penutup: Jalan Para Kekasih Allah

Sabar adalah mahkota para pejuang, perhiasan para Nabi, dan kunci menuju surga.
Tanpa sabar, iman menjadi lemah; tanpa sabar, amal menjadi sia-sia.
Sabar adalah teman sejati di saat semua orang pergi, dan cahaya yang tetap menyala ketika dunia gelap.
Maka, jika engkau ingin selamat dari azab Allah, raih rahmat dan kasih sayang-Nya, serta masuk ke surga yang dijanjikan,
latihlah dirimu untuk sabar — sabar dalam taat, sabar menahan syahwat, dan sabar menerima takdir.
Karena di ujung setiap kesabaran, ada pelukan lembut dari Sang Maha Penyayang. 
Renungan Ruhani
“Sabar bukanlah ketika engkau tidak punya pilihan, tetapi ketika engkau tetap memilih Allah di atas segala keinginan.”
— (Imam Al-Ghazali)

Dr. Nasrul Syarif, M.Si. (Penulis Buku Gizi Spiritual dan Dosen Pascasarjana  UIT Lirboyo)

Opini

×
Berita Terbaru Update