Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Remaja dalam Cengkeraman Narkoba: Mengurai Akar Ideologis Krisis Generasi dalam Sistem Sekuler Kapitalistik

Minggu, 23 November 2025 | 10:28 WIB Last Updated 2025-11-23T03:29:04Z

TintaSiyasi.id -- Narkoba merupakan salah satu komoditas terlarang yang masih tetap menjadi ladang menggiurkan bagi penikmat kapitalistik untuk mencetak cuan tanpa peduli bahayanya. Bahkan, sindikat terlarang ini tanpa ampun mencengkeram remaja demi meraup lebih banyak materi.

Terbaru, ada sebanyak 15 anak SMP di Surabaya dinyatakan positif mengonsumsi narkoba oleh Badan Nasional Narkotika Provinsi (BNNP) Jawa Timur setelah dilakukan tes urine secara acak pada 50 siswa SMA dan SMP di sekitar Jalan Kunti, Kecamatan Semampir, Surabaya. Jalan Kunti, selama ini dijuluki sebagai Kampung Narkoba di Surabaya. Di sana berjajar bedeng-bedeng kecil yang terbuat dari kayu beratapkan terpal. Tempat itu diduga kerap digunakan orang untuk transaksi narkoba hingga pesta sabu (CNN Indonesia, 14 November 2025). Dalam penggerebekan di kawasan Jalan Kunti tersebut, BNNP Jawa Timur menetapkan dua orang pengedar narkoba sebagai tersangka (detikNews, 15 November 2025).

Berkaca dari temuan ini, Eri Cahyadi Wali Kota Surabaya minta orang tua supaya mengevaluasi diri dan sadar dengan perannya dalam mengasuh anak masing-masing dan tidak semata menyerahkan ke guru di sekolah (Suarasurabaya.net, 14 November 2025).

Peran orang tua memang sangat penting, apalagi rumah menjadi tempat madrasatul ula (sekolah pertama) bagi anak. Namun, harusnya negara sadar diri karena perannya juga tidak kalah vital bagi pertumbuhan anak yang merupakan cikal bakal generasi penerus. Terlebih, persoalan generasi bukan hanya cengkeraman narkoba, masih ada persoalan lain yang berkelindan seperti bullying, kekerasan seksual, kriminalitas, bunuh diri, dll masih menjadi persoalan generasi yang belum juga mampu diputus akar masalahnya. Sudah seharusnya kita mengurai akar ideologis krisis generasi dalam sistem sekuler kapitalistik, sehingga mampu menemukan solusi komprehensif atas persoalan ini.

Bagaimana sistem sekuler kapitalistik berkontribusi atas peningkatan kerentanan remaja terhadap narkoba?
Apa dampak cengkeraman narkoba pada remaja terhadap keberlangsungan dan kualitas generasi?
Bagaimana solusi komprehensif untuk memutus remaja dari cengkeraman narkoba?

Akar Ideologis Krisis Generasi: Kontribusi Sistem Sekuler Kapitalistik Menyuburkan Kerentanan Remaja terhadap Narkoba

Krisis generasi kian mengkhawatirkan, kali ini yang kita soroti terkait kerentanan remaja terjebak dalam cengkeraman narkoba. Kasus remaja dalam cengkeraman narkoba bukan hal baru, tapi sudah lama ada dan hari ini kian marak. Ini menjadi bukti sistem yang berperan hari ini bukan hanya tidak mampu menyelesaikan persoalan, bahkan disinyalir turut berkontribusi terhadap makin parahnya krisis generasi, khususnya kerentanan remaja terhadap narkoba.

Fenomena yang dialami generasi ini tentu tidak berdiri sendiri, tetapi terkait ideologi yang melingkupi ruang hidup remaja hari ini dalam mengatur kehidupan, baik dalam sistem sosial, budaya, pendidikan, ekonomi, bahkan penerapan sistem hukumnya. Peradaban sekuler kapitalistik baru menginjak 100 tahun menancapkan hegemoninya di negeri-negeri Muslim, tapi daya rusaknya begitu dahsyat.

Kontribusi sistem sekuler kapitalistik dalam menciptakan krisis generasi, khususnya dalam menyuburkan kerentanan remaja terhadap narkoba, antara lain:

Pertama, karakter dasar sistem sekuler kapitalistik.

Paradigma sekuler menjadikan manusia memberikan ruang terpisah antara agama dengan aturan kehidupan, terutama dalam mengatur negara. Agama dikotomi sebagai ranah pribadi, bahkan hanya berhenti pada ibadah ritual semata. Saat pemikiran sekuler telah mengakar pada diri seseorang, perihal halal haram yang diatur oleh agama tak lagi dipatuhi.

Begitu pula paradigma kapitalistik, karakter dasarnya mengajarkan manusia untuk menimbang segala sesuatu berdasarkan materi. Rusaknya pemikiran sekuler makin diperbusuk dengan pemikiran kapitalistik, yang melahirkan manusia rela melakukan segala cara demi meraup keuntungan atau materi sebanyak-banyaknya. Maka tak heran akan terus ada manusia yang mempertahankan narkoba menjadi komoditas yang diperdagangkan tanpa peduli bahayanya, bahkan rela menjerat remaja.

Kedua, sistem pendidikan sekuler kapitalistik.

Sistem pendidikan yang berbasis sekuler kapitalistik telah menjadi kurikulum secara terus menerus menjadikan remaja tumbuh berlawanan dengan arah Islam. Remaja kehilangan karakter Muslimnya, tumbuh menjadi remaja yang rapuh, nilai keimanannya lemah, dan menyandarkan kebahagiaan hakiki hanya bertumpu pada materi serta mengejar kesenangan sesaat, sehingga rentan terjerat narkoba. 

Ketiga, sistem sosial budaya.

Materialisme, individualisme, liberalisme, dan hedonisme, semua itu adalah karakter turunan yang diciptakan oleh sistem sekuler kapitalistik yang merusak pemikiran manusia. Mengejar kesenangan instan demi pemuasan nafsu dianggap wajar. Perilaku bebas tanpa batas juga dianggap sebagai pilihan pribadi yang harus dilindungi atas nama hak asasi manusia. Ini menjadikan remaja kehilangan jati diri terjebak dalam arus budaya populer tanpa adanya filter agama yang membatasi. Pergaulan bebas, free sex, alkohol, hingga narkoba dijadikan ajang pembuktian diri yang salah arah.

Keempat, sistem ekonomi kapitalis.

Sistem ekonomi kapitalis mengalihfungsikan peran negara yang seharusnya menjadi periayah (pengurus) setiap urusan rakyatnya beralih menjadi regulator antara kepentingan kapitalis dengan kebutuhan rakyat. Belum lagi lapangan pekerjaan menjadi hal sulit karena rakyat harus berusaha sendiri tanpa peran negara. Ini menjadikan peran keluarga melemah secara struktural. Orang tua dibuat sibuk mengejar ekonomi demi memenuhi kebutuhan dasar anggota keluarganya. Rumah tak lagi menjadi benteng ketahanan keluarga, hingga kontrol terhadap anak makin menurun.

Dalam sistem ekonomi kapitalis ini, budaya konsumerisme dipasarkan sebagai identitas, gaya hidup hanya demi kelanggengan kapitalis menjajakan produknya. Maka tak heran langgengnya aksesibilitas narkoba sebagai komoditas yang diperjualbelikan akibat orientasi keuntungan semata. Sindikat narkoba terus beroperasi karena adanya pasar dan peluang profit besar.

Kelima, sistem hukum.

Lemahnya penegakan hukum di sistem sekuler kapitalistik bukan hal baru. Dalam sistem ini, keadilan hanya milik mereka yang memiliki uang. Industri hukum sudah menjadi rahasia umum. Hukum bak mata pisau, tajam ke bawah tumpul ke atas. Inilah realitas tak terbantahkan di sistem sekuler kapitalistik hari ini. Peredaran narkoba sangat sistemik dan merajalela, bukti lemahnya pengawasan negara. Pemberantasan narkoba yang digembar-gemborkan pun hanya menyentuh permukaan saja, tak mampu atau mungkin tak berani memberedet hingga ke akarnya. Bahkan, disinyalir ada hubungan saling menguntungkan antara penegak hukum dengan sindikat narkoba. Inilah mengapa persoalan narkoba tak ada ujung penyelesaiannya. Namun, apabila keberadaan kampung narkoba dibiarkan, ini akan menjadi malapetaka bagi remaja. 

Kerentanan remaja bukan murni kesalahan individu, tetapi lahir dari kondisi sistemik atas penerapan sistem sekuler kapitalistik di tengah-tengah kehidupan yang mendorong gaya hidup permisif, hedonis, dan serba instan. Akar ideologis krisis generasi tidak lepas dari kontribusi sistem sekuler kapitalistik yang menyuburkan kerentanan remaja terhadap narkoba, bahkan lebih jauh lagi menjadi akar penyebab seluruh permasalahan generasi.

Dampak Cengkeraman Narkoba pada Remaja terhadap Keberlangsungan dan Kualitas Generasi

Keberadaan narkoba yang mencengkeram generasi pasti berdampak pada keberlangsungan dan kualitas generasi, di antaranya:

Pertama, merusak kognitif dan emosional remaja.
Kedua, kemunduran akademik.
Ketiga, ketergantungan jangka panjang terhadap narkoba.
Keempat, runtuhnya karakter, moral, dan kontrol diri, hingga terbentuk siklus dekadensi moral.
Kelima, keretakan hubungan orang tua dan anak.
Keenam, beban ekonomi dan psikologis meningkat.
Ketujuh, generasi lemah secara mental dan fisik.
Kedelapan, tidak produktif, tidak berdaya, dan sulit menjadi pemimpin masa depan.
Kesembilan, menurunnya kualitas sumber daya manusia.
Kesepuluh, makin menguatkan dominasi sistem sekuler kapitalistik.
Kesebelas, melemahkan peluang kebangkitan umat karena hilangnya peran generasi sebagai agen perubahan.

Dampak cengkeraman narkoba pada remaja bukan sekadar masalah kesehatan, tetapi ancaman yang membahayakan terhadap keberlangsungan dan kualitas generasi sebuah peradaban. Terlebih menghancurkan harapan kebangkitan umat dari keterpurukan krisis generasi yang diciptakan sistem sekuler kapitalistik.

Solusi Komprehensif untuk Memutus Keterjeratan Remaja dari Cengkeraman Narkoba

Peradaban sekuler kapitalistik yang telah menciptakan krisis generasi hingga remaja terjerat dalam cengkeraman narkoba harus diselesaikan secara komprehensif. Adanya akar masalah ideologis membutuhkan solusi ideologis pula. Hal utama yang harus dilakukan adalah mencabut akar sekuler kapitalistik dan menggantinya dengan ideologi shahih yang bersumber dari Sang Pencipta manusia.

Islam yang selalu diabaikan bahkan sengaja ingin disingkirkan dalam sistem pengaturan negara sejatinya satu-satunya solusi komprehensif bagi keterpurukan generasi, krisis generasi yang membelenggu dengan berbagai macam persoalannya, bukan sekadar melepas remaja dari cengkeraman narkoba saja.

Islam menguatkan 3 pilar penjaga dan kontrol bagi pertumbuhan remaja agar tumbuh menjadi generasi yang tangguh berkepribadian Islam, yaitu:

Pertama, keluarga. Islam menjadikan keluarga sebagai benteng pertahanan pertama bagi pertumbuhan generasi. Ibu sebagai umm warobbatul bait adalah madrasatul ula bagi anak-anaknya. Fitrah ibu sebagai pencetak generasi Muslim yang tangguh, membekali anak-anak dengan akidah Islam. Ayah mengokohkan perannya sebagai qawwam untuk mendidik istri dan anak-anaknya. Keluarga adalah benteng terkecil bagi keberlangsungan generasi.

Kedua, masyarakat. Islam mewajibkan masyarakat menjadi kontrol pertumbuhan generasi melalui perannya dalam amar makruf nahi mungkar. Masyarakat yang diatur dengan Islam tidak akan membiarkan sedikit pun kemaksiatan lolos dan terabaikan. Tidak seperti peradaban sekuler kapitalistik hari ini, segala macam bentuk kemaksiatan dinormalisasi atas nama kebebasan berperilaku.

Ketiga, negara. Islam memberikan amanah bagi negara atau penguasa sebagai raain. Dalam Islam, penguasa adalah raain (penggembala/pemelihara) dan rakyat adalah amanah yang harus diurus. Rasulullah Saw bersabda, "Seorang imam (pemimpin) adalah penggembala, dan ia bertanggung jawab atas rakyatnya." (HR. Bukhari-Muslim).

Negara wajib mengurusi setiap urusan rakyatnya. Salah satunya, menjamin generasi tumbuh menjadi generasi yang tangguh berkepribadian Islam, salah satunya terjauhkan dari cengkeraman narkoba.

Dalam mewujudkan kepengurusan rakyatnya, Islam menjadikan syariat Islam sebagai pemegang kedaulatan. Seluruh lini kehidupan diatur dengan aturan Islam, mekanismenya antara lain:

Pertama, sistem pendidikan Islam.
Sistem pendidikan berasaskan Islam bukan yang lain. Orientasi pendidikan mencetak generasi yang bersyaksiyah Islam (berkepribadian Islam), memiliki keimanan yang kokoh, hingga dapat menutup celah kerentanan remaja terjerat dalam cengkeraman narkoba. Keimanan yang dimiliki dapat menjadi benteng kokoh dari berbagainjeratan kemaksiatan, salah satunya jerat narkoba.

Kedua, sistem sosial Islam.
Islam dengan kesempurnaan aturannya juga mengatur sistem pergaulan di masyarakat. Hukum asal kehidupan laki-laki dan perempuan terpisah, kecuali untuk hal-hal yang diperbolehkan oleh syariat, di antaranya terkait pendidikan, kesehatan, muamalah. Tidak ada kebebasan berperilaku karena hukum asal perbuatan manusia terikat dengan hukum syarak. Liberalisme dalam berperilaku hanya kedok bagi manusia yang mempertuankan hawa nafsu.

Ketiga, sistem ekonomi Islam.
Penerapan sistem ekonomi Islam menjadikan kekayaan dunia terdistribusi secara adil, tidak terkonsentrasi pada segelintir pihak sebagaimana kegagalan kapitalisme global yang membiarkan kekayaan terkonsentrasi pada segelintir elit, sementara mayoritas kesulitan memenuhi kebutuhan hidup. Islam mengatur agar kekayaan tidak hanya beredar di kalangan orang kaya saja. Allah SWT berfirman, “…supaya harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu.” (TQS. Al-Hasyr: 7).

Dalam sistem ekonomi Islam melarang adanya riba, monopoli, dan penimbunan sehingga mencegah eksploitasi dan akumulasi kekayaan pada segelintir orang. Pengelolaan kepemilikan umum (seperti tambang, minyak, energi, air) oleh negara untuk kepentingan seluruh rakyat, bukan diserahkan ke swasta atau asing. Hasil dari pengelolaan kepemilikan dikembalikan untuk kesejahteraan rakyat. Dalam Islam juga ada zakat, infaq, sedekah, dan jizyah yang semua pendistribusiannya telah diatur sempurna oleh syariah.

Negara wajib memenuhi kebutuhan dasar setiap individu rakyat, meliputi sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan, dan keamanan. Negara wajib menciptakan lapangan pekerjaan bagi setiap penanggung nafkah, mendorong agar mampu memenuhi kebutuhan sekunder hingga tersier. Peran negara ini menjadikan keluarga tidak terjerembab sekadar untuk memenuhi kebutuhan dasar, hingga melemahkan peran sebagai orang tua.

Penerapan Islam di seluruh lini kehidupan mampu menjadi solusi komprehensif atas seluruh problematika umat hari ini, bukan hanya memutus cengkeraman narkoba atas remaja. Karena upaya menjauhkan remaja dari narkoba harus menyentuh akar masalah. Penguasa tidak boleh hanya menyalahkan dan membebankan pada keluarga, namun juga harus sadar diri peran vitalnya sebagai raain. []

#LamRad
#LiveOppressedOrRiseUpAgainst


Oleh: Dewi Srimurtiningsih
Dosol Uniol 4.0 Diponorogo

Opini

×
Berita Terbaru Update