Terbukti, terangnya, dengan
ditandatanganinya Memorandum of Understanding (MoU) oleh Kementerian
Agama dan Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS) mengenai semangat moderasi agama
dan toleransi global versi Barat.
“Salah satu poin utama dalam MoU
tersebut adalah pemberian beasiswa Fullbright kepada santri, mahasiswa,
dan dosen di bawah Kemenag. Melalui beasiswa ini, mereka dapat menempuh studi
di berbagai bidang keilmuan di universitas-universitas Amerika Serikat,”
ujarnya di hadapan puluhan jemaah.
Lanjutnya, jika itu terjadi maka
rusaknya rakyat, karena penguasanya rusak, dan karena rusaknya para ulama.
Ia mengutip nasihat yang disampaikan
Imam Al Ghazali, “Tidaklah terjadi kerusakan rakyat itu kecuali dengan
kerusakan penguasa, dan tidaklah rusak para penguasa kecuali dengan kerusakan
para ulama.”
Jati Diri Pesantren
Menurut Nikmah, hanya dengan sistem
Islam jati diri pesantren bisa dikembalikan. ”Terbukti dalam sejarah, Islam
pernah meraih kejayaannya selama kurun lebih empat belas abad memimpin dunia
dengan kegemilangannya,” ungkapnya.
“Dalam bidang Pendidikan, Islam
banyak menyumbangkan tinta emas karya-karya ilmuwan yang manfaatnya bisa kita
rasakan hingga sekarang,” tuturnya.
Ia menegaskan bahwa tujuan pendidikan
dalam Islam adalah membentuk kepribadian Islami. “Hal ini tentu berbeda dengan
tujuan pendidikan era sekularisme hari ini. Peserta didik mengenyam pendidikan
hanya untuk dijadikan sebagai ‘buruh kapitalis’,” lugasnya.
Ia pun menegaskan, setidaknya ada
tiga pilar pendidikan dalam Islam. “Pertama, keluarga dan peran orang tua,”
sebutnya.
Lanjut dikatakan, negara mempunyai
kewajiban membuat keluarga sejahtera dan mampu mendidik agama mulai dari dasar.
“Ibu tidak fokus pada bekerja, tetapi
fokus memperhatikan kebutuhan anak sehingga hak-hak anak terpenuhi,” ungkapnya.
“Kedua, masyarakat melakukan muhasabah
lil hukkam. Ketiga, negara yang wajib menyelenggarakan pendidikan secara
optimal dan menjamin terpenuhinya kebutuhan pokok pendidikan,” tambahnya.
Ia pun menegaskan, sejarah peran
strategis politis pesantren untuk mencetak ulama faqih fiddiin. “Mereka memimpin
perjuangan umat menghilangkan kezaliman dan percontohan model pendidikan
sebagai pembinaan membentuk kepribadian Islam,” tandasnya.[] Gina Setiana
