TintaSiyasi.id -- Turki mengumumkan surat perintah penangkapan terhadap PM Israel Benjamin Netanyahu dan beberapa pejabat Israel atas dugaan genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza. Langkah ini diumumkan Jumat (7/11/2025) dan menandai eskalasi terbaru ketegangan diplomatik kedua negara yang sebelumnya sudah renggang akibat perang di Jalur Gaza. Kantor kejaksaan Istanbul menyatakan total ada 37 tersangka yang menjadi target. (tvonenews.com, 9/11/2025)
Beberapa negara mengambil langkah normalisasi hubungan dengan Israel yang terbaru Kazakhstan yang bergabung dalam Abraham Accords sebagai bagian dari kebijakan luar negeri nya. Presiden AS Donald Trump kemudian secara resmi mengumumkan bahwa Kazakhstan akan bergabung dengan negara-negara yang telah menormalisasi hubungan dengan Israel. (Antaranews.com, 8/11/2025)
Perlu kita pahami secara mendalam bahwa normalisasi hubungan dengan Israel merupakan salah satu perangkap AS dan sekutunya untuk melegalkan penjajahan Zionis atas Gaza. AS akan menggunakan cara apapun baik secara langsung maupun tidak langsung untuk menjajah dan menguasai negeri Muslim. Hal ini pun akan semakin mudah bagi AS untuk melanggengkan penjajahannya. Penguasa negeri-negeri Muslim pun hingga saat ini menunjukkan pengkhianatan yang nyata terhadap Gaza, termasuk Turki yang hanya mengecam dan hanya sekadar retorika. Selama keputusan terhadap Palestina tunduk pada kepentingan Barat dan terkungkung dengan ide nasionalisme, penjajahan Palestina akan terus berlanjut. Solusi dua negara (two state solution) yang di agung-agungkan bukan lah solusi hakiki bagi Palestina dari penjajahan AS, Israel Dan para sekutunya. Gencatan senjata yang sudah berulang kali dilakukan juga hanya omong kosong. Rakyat Gaza tetap terjajah dan ditindas hingga saat ini korban terus bertambah.
Sudah saatnya para pemimpin negeri Muslim mencari solusi hakiki atas persoalan Gaza yaitu dengan jihad dan khilafah. Khilafah sebagai junnah bagi kaum Muslim akan mencabut penjajahan hingga ke akar-akarnya dari bumi Palestina. Saatnya umat Islam bersatu untuk melawan penjajah dengan jihad. Hanya dengan jihad, Palestina akan dirampas dari tangan penjajahan. Sebagai umat Islam yang memiliki kewibawaan seharusnya kita tidak sedikit pun berharap kepada penjajah. Sebab Allah SWT telah memperingatkan dalam Al-Qur'an yang artinya, "Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. Dan hanya kepada Allah kembali (Mu)". (TQS. Ali-Imran : 28).
Umat harus menyadari pentingnya perjuangan mengembalikan kehidupan Islam dengan tegak nya Daulah Khilafah mengikuti metode dakwah Rasulullah SAW. Rasulullah SAW menegakkan Daulah Khilafah di Madinah yang menjadi peradaban Islam yang kokoh dan ditakuti oleh musuh-musuh Islam. Persatuan umat merupakan kekuatan dan modal utama yang harus ada untuk membebaskan Palestina dari Israel, AS dan sekutunya. Hal ini nampak jelas saat pembebasan
Pembebasan Al-Quds sudah pernah terjadi sebelumnya pada masa Umar Bin Khattab dan Salahuddin Al-Ayyubi dengan jihad. Persatuan umat dalam kepemimpinan Islam telah menjadi bukti nyata keberhasilan kaum Muslim dalam membebaskan Palestina.
Maka, harus ada langkah nyata dan bukan sekedar retorika apalagi normalisasi dengan penjajah dengan mengambil langkah solusi dua negara. Sudah saatnya penguasa negeri-negeri Muslim bersatu demi melawan Zionis dan sekutunya untuk melaksanakan jihad.
Wallahu a'lam bishshawab. []
Oleh: Pipit Ayu
Aktivis Muslimah