Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Mengisi Masa Pensiunan dengan Sosialpreneur dan Sosial Keagamaan: Menebar Energi Positif dan Nilai Manfaat yang Tinggi

Minggu, 02 November 2025 | 17:40 WIB Last Updated 2025-11-02T10:40:37Z

TintaSiyasi.id -- Pendahuluan: Pensiun Bukan Akhir, Tapi Awal Babak Baru Kehidupan.

Bagi sebagian orang, masa pensiun sering dianggap sebagai akhir dari perjalanan karier. Jabatan berakhir, rutinitas berhenti, aktivitas menurun, dan sering kali muncul rasa hampa. Namun dalam pandangan orang beriman dan berpikir positif, pensiun bukanlah akhir, melainkan awal dari perjalanan baru yang lebih bermakna — perjalanan menuju kontribusi sosial, spiritual, dan kemanusiaan.
Para ulama tasawuf mengingatkan, “Nilai hidup seseorang bukan diukur dari panjang usianya, tetapi dari banyaknya manfaat yang ia tinggalkan.”
Inilah hakikat kehidupan setelah pensiun: masa untuk menebar manfaat, memperbanyak amal, dan memanen keberkahan hidup.

1. Makna Pensiun dalam Perspektif Ruhani
Dalam pandangan spiritual Islam, pensiun bukan berarti berhenti berkarya, tetapi berpindah dari orientasi duniawi ke orientasi ukhrawi.
Jika sebelumnya waktu habis untuk mengejar target dan karier, kini waktunya diarahkan untuk mengejar ridha Allah, menolong sesama, dan memperbaiki diri.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.” (HR. Ahmad)
Maka, setelah pensiun, fokus hidup idealnya bukan sekadar menikmati sisa umur, tapi memaknai setiap detik untuk memberi arti bagi orang lain.
Hidup yang berarti adalah hidup yang memberi.
Dan memberi tak harus selalu dengan harta — bisa dengan waktu, ilmu, pengalaman, bahkan dengan ketulusan dan doa.

2. Sosialpreneur: Bisnis dengan Jiwa Kemanusiaan
Konsep sosialpreneur atau sociopreneurship kini menjadi tren baru di kalangan pensiunan yang visioner.
Berbeda dari bisnis konvensional yang mengejar keuntungan finansial semata, sosialpreneur menempatkan nilai kemanusiaan dan kebermanfaatan sebagai inti dari usaha.
Dalam bahasa spiritual, sosialpreneur adalah bisnis dengan niat ibadah.
Ia menjadikan rezeki bukan tujuan, melainkan sarana untuk menebar keberkahan.
Keuntungan duniawi menjadi “bonus” dari amal sosial yang diniatkan karena Allah.
Para sufi sering berkata:
“Berkah harta bukan karena banyaknya, tetapi karena manfaatnya bagi orang lain.”
Dengan semangat itu, pensiunan bisa membangun usaha berbasis nilai-nilai sosial seperti:
• Koperasi syariah yang membantu masyarakat kecil.
• Usaha kuliner halal yang memberdayakan ibu rumah tangga.
• Program pertanian organik berbasis pesantren atau masjid.
• Pelatihan keterampilan untuk anak muda dan santri.
Semua itu bukan hanya menggerakkan ekonomi, tetapi juga menyebarkan nilai kebaikan dan keteladanan.

3. Kegiatan Sosial Keagamaan: Amal Jariyah Sepanjang Zaman
Selain sosialpreneur, kegiatan sosial-keagamaan menjadi ladang amal yang tak pernah kering bagi mereka yang memasuki masa pensiun.
Inilah fase di mana seseorang bisa mengabdikan ilmunya, waktunya, dan tenaganya untuk membangun umat dan memperkuat nilai-nilai spiritual masyarakat.
Bentuknya sangat beragam:
• Mengajar mengaji anak-anak di masjid atau TPA.
• Membina majelis taklim dan kelompok dzikir.
• Menjadi penggerak kegiatan sosial masjid.
• Membantu lembaga yatim, dhuafa, dan lansia.
• Mengembangkan dakwah digital sederhana dengan nilai hikmah.
Setiap langkah kecil dalam kegiatan sosial-keagamaan adalah investasi amal yang terus mengalir, sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ:
“Apabila manusia meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali tiga: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang mendoakannya.” (HR. Muslim)

4. Energi Positif dari Nilai Manfaat
Menebar manfaat berarti menebar energi positif.
Ketika seseorang melakukan kebaikan dengan niat yang tulus, maka bukan hanya orang lain yang merasakan manfaatnya, tetapi jiwa pelakunya pun ikut terisi cahaya dan ketenangan.
Para sufi menyebut keadaan ini sebagai sakīnatun nāzilah — ketenangan yang turun dari Allah ke dalam hati hamba-Nya yang berbuat baik.
Energi positif ini menular, menumbuhkan semangat, mempererat ukhuwah, dan menciptakan lingkungan yang penuh kasih.
Dalam teori psikologi modern pun disebutkan bahwa memberi dan menolong orang lain meningkatkan hormon kebahagiaan dan memperpanjang usia harapan hidup.
Artinya, kegiatan sosial dan spiritual bukan hanya memperkaya amal, tapi juga menyehatkan jiwa dan raga.

5. Tiga Pilar Kehidupan Pensiunan Bahagia: Takwa, Manfaat, dan Syukur
Para ulama hikmah menjelaskan, hidup yang berkah dan mulia di masa pensiun bertumpu pada tiga pilar utama:
1. Takwa
Takwa menjadi kompas batin yang menuntun setiap langkah agar tetap di jalan yang diridhai Allah.
Ia menjaga niat agar setiap kegiatan sosial dan bisnis bernilai ibadah.
2. Manfaat
Hidup bukan tentang berapa lama seseorang bernapas, tetapi berapa banyak kebaikan yang ia sebarkan.
Setiap senyuman, nasihat, atau pengorbanan menjadi amal yang dicatat malaikat.
3. Syukur
Syukur adalah energi yang melipatgandakan keberkahan.
Pensiunan yang bersyukur akan melihat masa tuanya bukan sebagai masa surut, melainkan masa panen amal dan penyemaian pahala abadi.

6. Refleksi Ruhani: Pensiun dari Dunia, Bekerja untuk Akhirat
Hakikatnya, setiap manusia akan “pensiun” dari dunia.
Masa pensiun duniawi hanyalah latihan sebelum datang pensiun abadi, ketika manusia berpindah ke alam akhirat.
Karena itu, masa pensiun sejati bukan untuk berdiam diri, tetapi untuk mempersiapkan pertemuan dengan Sang Pencipta.
Syaikh Ibnu Atha’illah As-Sakandari menulis dalam Al-Hikam:
“Barang siapa mengisi waktunya dengan selain Allah, maka ia telah menyia-nyiakan umurnya.”
Maka, sebaik-baik pensiunan adalah mereka yang:
• Meninggalkan jabatan, tetapi tidak meninggalkan pengabdian.
• Menyimpan kekayaan, tetapi membelanjakannya di jalan kebaikan.
• Berhenti bekerja untuk dunia, tetapi mulai bekerja untuk akhirat.

Penutup: Hidup Mulia, Mati Bahagia, Dikenang Karena Manfaatnya
Setiap fase kehidupan memiliki nilai, dan masa pensiun adalah fase menuai makna.
Inilah saat terbaik untuk:
• Menjadi sumber inspirasi bagi generasi muda,
• Menjadi teladan dalam kemandirian dan kepedulian,
• Menjadi jembatan amal yang menghubungkan dunia dan akhirat.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Barang siapa memudahkan urusan orang lain di dunia, Allah akan memudahkan urusannya di dunia dan akhirat.” (HR. Muslim)
Dengan menjadi sosialpreneur dan pelaku sosial keagamaan, seorang pensiunan sejatinya sedang menulis kisah baru yang lebih mulia dari masa jabatan dunia — kisah tentang keberkahan, kemanfaatan, dan cinta kasih kepada sesama.

Doa Penutup
“Ya Allah, jadikan masa pensiun kami sebagai masa keberkahan, bukan kesepian;
masa pengabdian, bukan kealpaan;
masa menebar manfaat, bukan masa menunggu akhir.
Limpahkan kekuatan, keikhlasan, dan cahaya iman agar sisa umur kami Engkau isi dengan amal yang Engkau cintai.”

Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si
(Penulis Buku Gizi Spiritual dan Dosen Pascasarjana  UIT Lirboyo. Jogjakarta 31 November 2025. Training Pra Purna Tugas PT Penggadaian Bacht VIII, The Alana Hotel Malioboro Jogjakarta)

Opini

×
Berita Terbaru Update