Tintasiyasi.id.com -- Sementara dunia mulai percaya bahwa gencatan senjata berarti keadaan mulai pulih, realitas kehidupan warga Gaza justru semakin memburuk. Musim dingin yang disertai badai dan hujan lebat menghantam tenda-tenda pengungsian yang rapuh.
Banyak tenda sobek, roboh, dan terendam banjir, mengancam keselamatan ribuan keluarga yang sejak awal sudah kehilangan rumah dan tempat berlindung. UNRWA menggambarkan situasi ini sebagai “bencana di tengah bencana," sebagaimana diberitakan Antara pada 15 November 2025, ketika hujan deras memperparah kondisi tenda-tenda yang tidak layak menahan cuaca ekstrem
(antaranews.com, 15/11/2025).
Meski gencatan senjata telah disepakati, Israel tetap memblokir masuknya material perlindungan penting seperti tenda baru, rumah mobil, serta perlengkapan darurat lain. UNRWA kembali menyerukan agar Israel mengizinkan bantuan tersebut, namun permintaan itu tidak digubris.
Hal ini dilaporkan Antara pada 15 November 2025, yang menyebut bahwa blokade terhadap perlengkapan darurat memperburuk kondisi pengungsi yang sudah sangat rentan (antaranews.com, 15/11/2025).
Dalam situasi seperti itu, penderitaan warga Gaza terus bertambah. Laporan Turkish Anadolu Agency (AA) pada 13 November 2025 menyebut bahwa tenda-tenda yang ditempati warga bahkan tidak mampu lagi menahan hujan badai.
Banyak pengungsi, termasuk anak-anak, terpaksa tidur dalam kondisi basah dan dingin, sementara banjir merusak barang-barang yang tersisa (aa.com.tr, 13/11/2025).
Yang lebih memilukan, meskipun gencatan senjata telah berlaku sejak 10 Oktober, jumlah korban jiwa terus bertambah. Antara pada 14 November 2025 melaporkan bahwa sedikitnya 260 warga Palestina tewas dan lebih dari 630 lainnya luka-luka sejak masa gencatan dimulai.
Angka ini menunjukkan bahwa derita tidak berhenti hanya karena suara tembakan berkurang. Gaza tetap berada dalam situasi terjajah, dan rakyatnya tetap menjadi korban (antaranews.com, 14/11/2025).
Semua ini membuktikan satu hal penting: gencatan senjata bukanlah solusi. Selama akar persoalan, yaitu penjajahan Israel atas Palestina, tetap ada, maka krisis kemanusiaan akan terus berulang dalam bentuk berbeda.
Dunia yang menganggap bahwa “Gaza baik-baik saja” karena tidak mendengar ledakan bom, sesungguhnya terjebak dalam narasi yang dikendalikan oleh kekuatan global, terutama Amerika Serikat, yang memiliki kepentingan strategis dalam menjaga keberlangsungan entitas penjajah di kawasan tersebut.
Solusi Barat selama puluhan tahun terbukti tidak mampu menyelesaikan masalah Palestina. Bantuan kemanusiaan terus datang, perundingan damai terus dibicarakan, tetapi penjajahan tetap berlanjut.
Barat bahkan sering kali mengalihkan perhatian publik dengan klaim bahwa situasi sudah membaik, padahal rakyat Gaza masih hidup di bawah blokade yang membunuh pelan-pelan.
Solusi yang datang dari pihak yang sejak awal menjadi bagian dari masalah tentu tidak akan pernah menghasilkan penyelesaian yang benar.
Dalam perspektif Islam, yang dibutuhkan Gaza bukanlah gencatan sesaat atau kompromi politik, melainkan solusi hakiki yang seharusnya menjadi pegangan para pemimpin negeri-negeri Muslim.
Gaza membutuhkan perlindungan sejati, yang dalam konsep Islam hanya dapat diwujudkan melalui jihad dan keberadaan khilafah. Khilafah adalah junnah—perisai yang melindungi umatnya dari segala bentuk penjajahan dan agresi.
Sebuah struktur politik yang tidak tunduk pada kepentingan asing dan berdiri untuk menjaga kehormatan, darah, serta tanah kaum Muslim.
Oleh karena itu, dakwah Islam ideologis harus terus dikeraskan.
Umat perlu disadarkan bahwa kemerdekaan Palestina tidak akan datang dari meja perundingan yang dikendalikan Barat, tetapi dari upaya sungguh-sungguh membangun kekuatan politik umat Islam.
Selama umat tidak kembali pada solusi Islam secara total, penderitaan Gaza akan terus berulang, dan dunia akan terus berkata “Gaza baik-baik saja” meski ribuan nyawa kian terseret dalam derita tanpa akhir.
Inilah saatnya dunia Islam berhenti bergantung pada solusi buatan Barat, dan mulai mengambil langkah nyata untuk menghapus penjajahan melalui syariat yang diturunkan untuk membawa rahmat bagi seluruh alam. Gaza tidak butuh iba sesaat—Gaza butuh pembebasan yang hakiki.[]
Oleh: Prayudisti SP
(Aktivis Muslilmah)