Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Kualitas yang Dibutuhkan bagi Para Pengemban Dakwah Islam yang Ideologis

Senin, 03 November 2025 | 17:53 WIB Last Updated 2025-11-03T10:54:05Z
Menegakkan Panji Islam dengan Disiplin, Keberanian, Pengorbanan, Kompetensi, dan Semangat Dinamis

Pendahuluan: Dakwah Sebagai Amanah Ideologis

TintaSiyasi.id -- Dakwah Islam bukan sekadar seruan lisan, tetapi gerakan ideologis yang menegakkan kebenaran dan membentuk peradaban. Para pengemban dakwah (da’i, ustadz, kader dakwah, atau aktivis Islam) bukan hanya penyampai pesan, tetapi juga penjaga nilai-nilai Islam dalam realitas kehidupan.

Menjadi pengemban dakwah ideologis berarti hidup dengan satu tujuan besar: menghidupkan Islam dalam diri, masyarakat, dan sistem kehidupan.
Untuk itu dibutuhkan bukan sekadar semangat, tetapi kualitas kepribadian dan profesionalisme spiritual yang kokoh — sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah ﷺ dan generasi para sahabat.

Berikut adalah lima kualitas utama yang menjadi pilar bagi para pengemban dakwah Islam yang ideologis, militan, dan berjiwa pemimpin umat.

1. Disiplin: Keteguhan dalam Ketaatan dan Waktu

Disiplin adalah fondasi bagi setiap pejuang dakwah. Dalam Islam, disiplin berarti menepati janji dengan Allah dan manusia. Seorang da’i sejati menegakkan disiplin dalam waktu, ibadah, ilmu, dan amanah.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sesungguhnya Allah mencintai seseorang yang apabila melakukan pekerjaan, ia melakukannya dengan itqan (sempurna dan disiplin).”
(HR. Thabrani)
Para pengemban dakwah harus menjadi teladan dalam kedisiplinan moral dan operasional.
Mereka menata waktu dengan rapi: antara ibadah, belajar, berkhidmat, dan berdakwah.

Disiplin bukan hanya sikap administratif, tetapi manifestasi dari keimanan bahwa setiap detik adalah amanah dari Allah.
“Waktu seorang mukmin lebih berharga daripada emas,
karena emas bisa dicari kembali,
tapi waktu yang berlalu tak akan pernah kembali.”

2. Pemberani: Tegak di Tengah Gelombang Tantangan

Dakwah selalu mengandung risiko. Menyampaikan kebenaran sering kali berhadapan dengan arus kebatilan, kemalasan umat, bahkan tekanan penguasa.
Oleh karena itu, seorang pengemban dakwah mesti memiliki keberanian moral dan spiritual yang tinggi.
Keberanian dalam dakwah bukanlah nekat, tetapi keteguhan hati karena keyakinan kepada Allah.
Sebagaimana firman Allah:
“Maka janganlah kamu takut kepada manusia, tetapi takutlah kepada-Ku.”
(QS. Al-Maidah: 44)

Para pejuang dakwah ideologis harus siap berdiri di garis depan — berani berkata benar meski pahit, menolak kompromi dengan kebatilan, dan berani mengambil tanggung jawab atas amanah umat.

Pemberani sejati adalah mereka yang takut hanya kepada Allah dan tidak tunduk kepada tekanan dunia.

3. Pengorbanan: Tanda Keikhlasan dan Kesungguhan

Tidak ada perjuangan tanpa pengorbanan.
Para pengemban dakwah mesti siap mengorbankan waktu, tenaga, pikiran, harta, bahkan kepentingan pribadi demi tegaknya agama Allah.

Rasulullah ﷺ dan para sahabat adalah contoh nyata: mereka meninggalkan harta, keluarga, dan kenyamanan demi menyebarkan cahaya Islam.

Pengorbanan adalah harga dari kemuliaan.
Dalam tasawuf, pengorbanan disebut tajrid — melepaskan diri dari keterikatan duniawi demi kebersihan niat kepada Allah.
Allah berfirman:
“Kamu sekali-kali tidak akan mencapai kebajikan yang sempurna, sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai.”
(QS. Ali Imran: 92)

Seorang pengemban dakwah yang ideologis tidak mencari pujian atau imbalan dunia. Ia berjuang lillahi ta‘ala, karena cintanya kepada Islam lebih besar daripada cintanya kepada dirinya sendiri.
Dari pengorbanan itulah lahir keikhlasan, dan dari keikhlasan itulah muncul keberkahan.

4. Kompeten: Berilmu, Berstrategi, dan Berakhlak Tinggi

Dakwah tidak bisa ditegakkan dengan semangat semata; ia harus ditopang oleh kompetensi yang matang.

Kompetensi dalam dakwah mencakup tiga dimensi utama:
1. Ilmu yang mendalam (religius dan kontekstual)
2. Keterampilan komunikasi dan manajemen sosial
3. Integritas akhlak dan spiritualitas
Rasulullah ﷺ adalah guru, pemimpin, komunikator, dan negarawan yang ulung. Beliau berdakwah dengan strategi, hikmah, dan pemahaman psikologis yang mendalam.

Ulama seperti Imam Hasan al-Banna menegaskan bahwa seorang da’i harus faqih dalam Islam dan peka terhadap realitas zamannya.
Artinya, pengemban dakwah ideologis tidak boleh terjebak dalam romantisme masa lalu, tetapi mampu menerjemahkan nilai Islam dalam bahasa zaman.

Kompetensi bukan hanya alat, tetapi bukti bahwa dakwah dijalankan dengan profesionalisme ruhani — cermat, cerdas, dan bertanggung jawab.

5. Aktif dan Dinamis: Gerak yang Berkelanjutan

Islam adalah agama yang hidup dan menghidupkan. Maka para pengembannya harus aktif, produktif, dan dinamis.
Mereka tidak menunggu momentum, tetapi menciptakan momentum kebaikan.
Seorang pengemban dakwah sejati terus bergerak — membaca, menulis, berdiskusi, menyapa masyarakat, membantu sesama, dan membangun jaringan dakwah.
Ia tidak berhenti pada satu bentuk dakwah, melainkan terus berinovasi: dari majelis ilmu menuju dakwah digital, dari khutbah ke aksi sosial, dari ide ke implementasi.

Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.”
(HR. Ahmad)

Gerakan dakwah yang aktif dan dinamis melahirkan energi positif dalam masyarakat, memperluas pengaruh Islam, dan menebarkan rahmat di setiap lini kehidupan.

Kesimpulan: Dakwah sebagai Jalan Kehidupan

Menjadi pengemban dakwah Islam yang ideologis bukanlah pilihan sementara, melainkan jalan hidup (thariqah al-hayah).
Lima kualitas utama — disiplin, pemberani, pengorbanan, kompeten, dan aktif-dinamis — adalah ruh perjuangan yang harus ditanamkan dalam diri setiap kader umat.

Dakwah adalah misi cinta dan tanggung jawab peradaban.
Hanya mereka yang memiliki kualitas ruhani dan intelektual yang utuh yang akan mampu menegakkan panji Islam dengan penuh keagungan.
“Jika engkau menegakkan Islam dalam dirimu, maka Allah akan menegakkan Islam melalui tanganmu.”
– Imam Hasan al-Banna

Oleh. Dr. Nasrul Syarif, M.Si. (Penulis Buku Gizi Spiritual dan Dosen Pascasarjana  UIT Lirboyo)

Opini

×
Berita Terbaru Update