TintaSiyasi.id -- Dalam setiap liter bahan bakar yang mengalir ke tangki motor rakyat, tersimpan lebih dari sekadar energi untuk menyalakan mesin. Di dalamnya ada harapan, kepercayaan, dan amanah. Rakyat percaya bahwa negara hadir untuk melindungi, bukan menipu. Namun ketika kualitas bahan bakar menurun tanpa kejelasan, ketika rakyat kecil menjadi korban kebijakan yang tak transparan, maka sesungguhnya yang terbakar bukan hanya bensin — tetapi nurani publik yang mulai kehilangan arah.
Ketika Amanah Dikhianati
Beberapa waktu terakhir, keluhan muncul dari berbagai daerah. Ratusan motor rusak mendadak setelah mengisi bahan bakar jenis tertentu. Banyak yang menduga terjadi perubahan kualitas, bahkan pengoplosan. Pertalite, yang selama ini menjadi tumpuan rakyat kecil, kini justru menjadi sumber keresahan.
Apakah ini sekadar masalah teknis, atau cerminan dari krisis amanah yang lebih dalam?
Negara sejatinya bukan sekadar pengelola anggaran, melainkan pemegang kepercayaan rakyat. Amanah publik bukan angka dalam laporan keuangan, melainkan tanggung jawab moral. Bila bahan bakar dikurangi kualitasnya, namun harga tak ikut turun, maka rakyat menanggung dua kerugian sekaligus — ekonomi dan kepercayaan.
Kejujuran Adalah Bahan Bakar Bangsa
Sebuah bangsa bisa bertahan dari krisis ekonomi, tapi tidak dari krisis moral. Kejujuran adalah bahan bakar utama pembangunan. Ketika integritas dikorbankan demi keuntungan sesaat, seluruh sistem kehilangan daya dorongnya.
Negara sebesar Indonesia tidak akan maju hanya dengan infrastruktur megah atau retorika kemandirian energi, jika nilai kejujuran dan tanggung jawab sosial diabaikan.
Pemerintah harus berani bersikap transparan. Audit terbuka terhadap kualitas dan distribusi bahan bakar harus dilakukan. Bukan untuk mencari kambing hitam, tapi untuk mengembalikan kepercayaan publik. Sebab transparansi bukan tanda kelemahan, melainkan bukti keberanian moral.
Kritik Bukan Kebencian
Ketika rakyat bersuara, jangan buru-buru menuduh mereka tidak tahu diri. Justru karena cinta pada negeri, mereka berani bicara. Karena peduli, mereka menolak diam.
Kritik yang jujur adalah vitamin bagi demokrasi. Ia menjaga agar negara tidak jatuh dalam penyakit keangkuhan dan ketulian kekuasaan. Negara yang mau mendengar rakyatnya adalah negara yang masih sehat.
Menegakkan Etika Keadilan
Negara harus kembali berpihak kepada yang lemah. Jangan biarkan kebijakan publik dikendalikan oleh kepentingan korporasi. Rakyat kecil sudah terlalu sering menjadi korban eksperimen ekonomi tanpa pelindung moral.
Bahan bakar boleh murah, tapi jangan murahan kualitasnya. Kebijakan boleh berubah, tapi jangan hilang nuraninya.
Penutup: Amanah Adalah Kehormatan
Jangan kau curangi rakyat.
Karena sekali kepercayaan itu hilang, tidak ada subsidi, program, atau slogan yang bisa membelinya kembali.
Negara yang kuat bukan yang banyak proyek, tapi yang jujur dalam menjaga amanah.
Dan bangsa yang besar bukan yang hebat berbicara, tapi yang tulus mendengar suara rakyat kecilnya.
Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si. 
Tentang Penulis:
Dr. Nasrul Syarif, M.Si adalah akademisi, penulis, dan pemerhati isu-isu sosial keislaman. Aktif menulis opini publik yang menekankan integritas, etika kepemimpinan, dan spiritualitas kebangsaan dalam membangun masyarakat .